Pemuda adalah harapan masa depan bangsa Indonesia. Kalimat itulah yang menjadi dasar penggerak semangat dan motivasi dalam pergerakkan pemuda. Siapakah pemuda? Agent of change? Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya merupakan faktor-faktor penting yang sangat diandalkan oleh bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan kedaulatan Bangsa.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita dan mempertahankan kedaulatan bangsa ini tentu akan menghadapi banyak permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus dihadapi itu beraneka ragam. Dengan masalah-masalah yang sudah ada maupun yang akan datang, penting bagi rakyat Indonesia, terutama pemuda Indonesia untuk membiasakan diri dalam meningkatkan dan memperbaiki produktifitas kita sebagai bangsa Indonesia. Bangsa ini butuh orang–orang yang mampu bersuara dan memberikan sumbangsih konkrit bagi negaranya dengan segenap kemampuan dan daya kredibilitas yang dimiliki.
Pendidikan adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi pemuda Indonesia. Salah satunya permasalahan sekaligus tantangan bagi pendidikan Indonesia adalah tidak meratanya pendidikan yang layak di daerah-daerah terpencil. Mampukah pendidik muda Indonesia menghadapi permasalahan-permasalahan untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak di daerah-daerah pelsook dan perbatasan negeri? Mampukan pendidik muda Indonesia bersatu untuk menjawab tantang ASEAN Economic Community 2015?
Strategi Pemuda Indonesia Menghadapi ASEAN Economic Community 2015
ASEAN Economic Community (AEC) 2015 merupakan salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia. Indonesia sangat perlu mencetak tenaga kerja terampil, karena tenaga kerja terampil yang paling banyak berpengaruh dan sangat ditekan dalam ASEAN Economic Community 2015. Menurut Global Competitiveness Index yang dikeluarkan oleh World Economic Forum 2012-2013 memperlihatkan bahwa peringkat daya saing Indonesia berada pada posisi ke-50 dari 144 negara, turun dari posisi ke-46 pada 2011. Untuk kawasan ASEAN, Indonesia hanya menempati urutan ke-5 di bawah Singapura (2), Malaysia (25), Brunei (28), dan Thailand (38). SDM merupakan hal yang sangat penting sebagai pelaku dalam AEC 2015. SDM yang berkualitas, cekatan, inovatif dalam mengambil ide, langkah, dan tindakan, akan mampu bersaing dan kuat menghadapi tantangan yang dihadapai.
Sebagai pemuda Indoensia, kita harus optimis bahwa Indonesia juga tidak akan kalah dengan kualitas tenaga kerja terampil dari negara-negara tetangga se-Asia Tenggara. Sebenarnya Indonesia masih kurang dalam bidang pendidikan, sehingga kita kalah dalam hal sumber daya manusia dengan negara lain. Maka dari itu, Indonesia harus meningkatkan kualitas pendidikan agar kita tidak kalah saing dengan negara lain, yaitu dengan cara mencetak pendidik muda yang berkualitas dan menciptakan pendidikan yang berkualitas serta memberikan pendidikan yang layak untuk daerah-daerah pelosok di Indonesia.
Berdasarkan data BPS tahun 2013, tenaga kerja Indonesia yang produktif adalah 120 juta orang. Lalu bagaimana jika nanti tenaga kerja asing masuk ke Indonesia seperti tenaga kerja Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan lain-lain yang memiliki kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris atau keterampilan lainnya yang lebih baik dibandingkan negeri kita? Dalam waktu yang singkat, perguruan tinggi Indonesia harus mampu mempersiapkan lulusan yang siap bersaing di kancah internasional. Sebab jika tidak, nantinya kita justru menjadi penonton di negeri sendiri.
Pemerintah harus mendukung penuh demi terciptanya pemuda Indonesia yang berkualitas. Pemuda-pemudi Indonesia pun juga harus segera sadar bahwa ASEAN Economic Community 2015 harus siap dihadapi dengan kemampuan kompetensi yang mumpuni. Mampukah pemuda-pemudi Indonesia siap bersaing menghadapi AEC 2015? Tentunya mampu. Pemuda Indonesia harus berperan penting untuk menghadapi AEC 2015, yaitu menciptakan kualitas diri yang mumpuni untuk kompetensi dan keterampilan-keterampilan yang diharapkan. Indonesia, sebagai negara penggagas berdirinya ASEAN, seharusnya menjadikan AEC 2015 sebagai agenda prioritas nasional dalam meningkatkan SDM, mebangun infrastrukur, sampai tercapai sebuah tujuan, dimana Indonesia bisa menjadi Macan Asia. Mengedukasi di negeri sendiri dengan pendidikan yang berkualitas dan memeratakan pendidikan yang layak di daerah-daerah pelosok dan perbatasan, sadar dengan kompetensi dan keterampilan yang kurang, sosialisasi, lalu proteksi diri dan proteksi negeri dengan memberikan pengabdian kepada masyarakat. Pemuda-pemudi Indonesia juga harus memiliki integritas, yakni berkata, bersikap dan bertindak jujur serta berpihak pada nilai yang benar dan kepentingan publik.
Urgensi Pendidikan di Indonesia
Pendidikan adalah salah satu pemutus tali kemiskinan. Pendapat itu sepertinya telah lama kita kenal. Akan tetapi sudahkah bangsa ini membiarkan rakyatnya berpesta pora merayakan pendidikan? Sudahkah setiap warga negara di negeri ini mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang paling tinggi? Pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia yang diwacanakan oleh pemerintah ternyata belum membuat semua lapisan masyarakat Indonesia khususnya daerah pelosok dan perbatasan belum menikmati pendidikan dengan selayaknya, seperti contoh di Pulau Kalimantan, Pulau Irian Jaya, Pulau NTB, Pulau NTT, dan sebagainya. Program pendidikan sekolah gratis di Indonesia yang diumbar para wakil rakyat ketika akan dipilih hanya omong kosong belaka. Sekolah negeri yang oleh pemerintah ditujukan untuk menampuang masyarakat miskin agar dapat menempuh pendidikan ternyata lebih banyak diisi oleh masyarakat kelas menegah atas.
Melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, sulit untuk membuat gambaran umum untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya. Jika sekilas kita melihat pada sekolah-sekolah unggulan yang ada di kota, mungkin kita bisa berbangga dengan kondisi pendidikan kita saat ini. Sekolah-sekolah tersebut sudah sangat mapan dalam hal fasilitas dan kualitas. Para murid dan guru dari sekolah-sekolah elit selalu dimanja dengan fasilitas pendidikan yang lengkap dan mutakhir. Segala proses pembelajaran dijalankan dengan nyaman dan mudah sehingga dapat menghasilkan murid yang berkualitas. Namun, ketika kita melihat kondisi pendidikan di daerah pelosok dan perbatasan, keadaan tersebut sungguh berbanding terbalik.