Editor atau produser inilah yang akan menyatukan bagian-bagian terpisah agar menjadi satu kesatuan berita.
Di Balik Pembuatan Multimedia Storytelling
Multimedia Storytelling yang baik memiliki sifat multidimensional. Dalam pemberitaan dengan format multimedia storytelling, tersaji video yang dapat diilustrasikan dengan grafis. Misalnya salah satu pemberitaan di Tempo Interaktif berjudul 'Ketua Komisi bagi Koalisi Jokowi' yang berisikan artikel, video, dan visualisasi data.
Visualisasi data pada salah satu multimedia storytelling milik Tempo Interaktif ini sungguh interaktif dengan pembaca. Kita dapat menggeser bagian 'Politikus yang dipilih menjadi ketua dan wakil ketua Alat Kelengkapan Dewan (AKD) dari tiap fraksi'. Kita juga dapat mengakses visualisasi data berupa grafik, misalnya pada grafik 'Jumlah Anggota DPR di Setiap AKD'.
Kita dapat menemukan kutipan untuk suatu artikel, foto, maupun video. Tujuan pembuatnya tak lain adalah supaya kita turut merasakan emosi seperti pada video atau foto yang disajikan sesuai dengan tema berita.
Menurut Stevens (2014), jurnalis untuk situs berbasis multimedia storytelling seringkali haurs turun langsung ke lapangan agar lebih merasakan emosi atas suatu peristiwa.Â
Hal ini dimaksudkan agar ia dapat mengilustrasikan kejadian sebenarnya pada situs tersebut.
Sebelum jurnalis mengambil gambar di lapangan, mereka harus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, melaukan riset, dan membuat outline agar tata letak multimedia yang akan diletakkan di web lebih teratur.Â