Mohon tunggu...
Bilgi
Bilgi Mohon Tunggu... Petani - penikmat kopi

Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percikan hikmah. Seperti halnya fisik, hati juga merasakan letih. (Ali bin Abi Thalib)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hayal Mimpi

12 Oktober 2021   18:47 Diperbarui: 12 Oktober 2021   18:57 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption: pixabay.com

Aku terdampar dalam ruang sepi. 

kutatap embun. berjalan bertebaran, menguap. Masuk lewat hidungku. Merasuk dalam nafas, dalam jantung, dalam otak, dan mengalir dalam darah, melemaskan sendi-sendiku. 

Kulihat nyamuk. Menghampiri membawa gergaji besi bergerigi tajam, merobek kulit dan menghisap sumsumku. 

Kutatap dinding, diam hening, kokoh, dan membungkamku.

Kutatap kursi jati, ia berdiri, bercerita. Berkata ingin bercinta dan menggagahiku. 

Kulihat lukisan bidadari. Matanya berbinar melihatku, lalu ia keluar dari pigura, melangkahkan kaki, menjadi tinggi, rambutnya pekat. Ia mendekat terbang seperti nyamuk, lalu mengajakku bersembunyi dibalik dinding kokoh, di atas kursi jati. 

Aku tertidur, nyeyak, dalam mimpi, tubuhku menjadi embun. Hingga aku tak ingin bangun. 

12102021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun