Mohon tunggu...
Bilgi
Bilgi Mohon Tunggu... Petani - penikmat kopi

Hiburlah hatimu, siramilah ia dengan percikan hikmah. Seperti halnya fisik, hati juga merasakan letih. (Ali bin Abi Thalib)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Teh Gunung Dempo

11 September 2021   12:58 Diperbarui: 12 September 2021   22:04 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perkebunan teh gunung dempo (Dokumentasi Pribadi

Dempo
relakah tubuhmu dihisap sari lewat daun teh yang tumbuh
Relakah engkau hanya kami nikmati dari jauh

Dempo
Begitu sabarnya engkau menahan diri menyimpan api
sementara kami pernah berdiri memijakkan kaki
menapaki gagahnya puncak engkau berdiri
Dibibir kawahmu kami ber-selfi menyalakan unggun sembari bernyanyi

Dempo
Sabarnya engkau ratusan tahun menyaksikan tanahmu dikebiri Bule-bule luar negeri
Sadarkah engkau tububuhmu telah dimonopoli oleh belanda yang menjajah tanah kami

Dempo
Lidahku bahkan tak akrab dengan yang tumbuh rapi sampai kini
Menghampar hijau
pada lereng lerengmu
Pada suhu dinginmu

diatas tanah yang setiap pagi berselimut kabut

Diatas tanah yang setiap senja dilintasi mesin-mesin

Diatas tanah yang setiap hari dijatuhi keringat buruh para petani

Diatas tanah yang setiap hari berdiri gagah para pendaki

namun kini
Rasa terbaik pucuk teh-mu tak rata melintasi lidah-lidah para dahaga, jelata dikaki-kaki bangsa sendiri

11 09 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun