Kecerdasan Buatan (AI) telah menjadi inti dari transformasi teknologi yang memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia saat ini. Disamping kehadirannya AI telah membawa manfaat besar, tumbuh kekhawatiran terkait siapa yang sebenarnya mengendalikan siapa; apakah manusia mengendalikan AI atau AI yang mengendalikan manusia?
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan AI telah mencapai tingkat yang mengesankan. AI dapat memproses data dengan cepat, membuat prediksi, mempelajari pola, bahkan mengambil keputusan secara otomatis. Namun, dengan kecanggihan ini, muncul pula pertanyaan etis dan filosofis yang perlu dipertimbangkan dengan serius.
Sejauh mana manusia seharusnya memberikan kontrol pada sistem kecerdasan buatan. Penggunaan AI dalam berbagai aspek seperti pembuatan tugas, melakukan analisis bahkan dalam suatu hal yang dapat mempengaruhi kehidupan kita, telah menimbulkan kekhawatiran akan potensi kehilangan kontrol terhadap kecerdasan buatan.
Pada jenjang Pelajar ataupun Mahasiswa penggunaan AI sangat marak digunakan, baik sebagai referensi ataupun untuk mengerjakan seluruh tugasnya. Apakah kehadiran AI merupakan suatu hal yang buruk bagi manusia? Namun nyatanya AI banyak meringankan tugas-tugas manusia pada saat ini.
Yang menjadi tantangan manusia saat ini ialah mempergunakan AI dengan sebijak mungkin, bukan kita yang dikendalikan oleh AI dan merasa tidak bisa apa-apa tanpa adanya AI. Perdebatan antara mengendalikan atau dikendalikan AI tidak bisa dianggap enteng. Yang diperlukan adalah mencari keseimbangan yang tepat di mana manusia tetap memegang kendali atas pengembangan dan penggunaan AI, sementara pada saat yang sama, memanfaatkan potensi besar dari kecerdasan buatan.
AI menggunakan data pengguna untuk menghasilkan prediksi dan rekomendasi. Namun, pengguna seringkali tidak menyadari bahwa data mereka digunakan dan dapat disalahgunakan. AI juga dapat menyebabkan ketergantungan manusia pada teknologi. Misalnya Ketika seseorang menyerahkan semua tugasnya pada AI tanpa dia memahaminya sedikitpun sehingga tanpa adanya AI ia tidak bisa melakukan apa-apa. Ketergantungan manusia pada AI dapat mengurangi kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara mandiri.
Tak bisa dipungkiri AI pun banyak berdampak positif kepada kita seperti dengan adanya AI, aksesibilitas pendidikan bisa lebih meningkat, karena AI mampu menyediakan beragam konten pendidikan dalam format yang lebih mudah untuk diakses semua kalangan. AI pun dapat membantu dalam Penelitian dan Analisis Data karena AI dapat digunakan oleh Mahasiswa ataupun Dosen untuk membantu meneliti, menganalisa, atau mengolah data dalam jumlah besar, sehingga prosesnya menjadi lebih efektif. Hal ini biasa digunakan dalam penyusunan penelitian atau research tertentu.
Perdebatan mengenai kontrol antara manusia dan kecerdasan buatan (AI) menciptakan pandangan yang beragam tentang arah masa depan teknologi. Sangat penting bagi manusia untuk tetap memegang kendali atas pengembangan, regulasi, dan penggunaan kecerdasan buatan. Selain itu membuat pedoman etika yang jelas dan komprehensif dalam penggunaan AI menjadi suatu keharusan.
Pada akhirnya, kebijaksanaan terletak pada cara manusia menggunakan, mengendalikan, dan mengintegrasikan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari. Mencari keseimbangan yang tepat antara peran manusia dan AI merupakan langkah krusial untuk memastikan bahwa kehadiran teknologi ini memberikan manfaat maksimal tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.
Penulis : Ghozian Sidqi Haikal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H