Mohon tunggu...
ghoni febri
ghoni febri Mohon Tunggu... -

Saya adalah mahasiswa teknik elektro ITS surabaya, berasal dari kota lamongan. Sekarang berumur 21 tahun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rizki Datang Saat Tidak Dipikirkan

10 Agustus 2011   01:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:56 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sore hari ketika matahari mulai mengarah ke barat, saya dan beberapa teman mulai berkumpul di basecamp atau sebuah rumah kontraan mahasiswa yang dijadikan sebagai pusat informasi dan forum bersama. Satu persatu anak mulai datang, sementara Nita mempersiapkan sebuah bungkusan kado yang dipesannya tadi pagi. Sebuah benda yang akan berkesan dan TOP1 buat yang akan menerima, karena penuh dengan kenangan bersama.

Semua teman sengaja di ajak dalam acara ini, akan tetapi yang bisa hadir cuma 9 anak dari 29 anak dan 1 anak akan menyusul ke stasiun. Acara surprise sebagai perpisahan bagi teman kami yang sudah diterima kerja di salah satu perusahaan minyak terkemuka. Dia memang anak perempuan TOP1 angkatan ini. Kami sengaja tidak memberitahu Rachma, teman yang akan berangkat ke Jakarta kalau akan mengantar kepergiannya di stasiun Pasar Turi Surabaya.

Jam 4 sore kami mulai memacu motor kami, karena jadual keberangkatan kereta pukul 17.20 WIB. Kami tidak mau ketinggalan kereta sehingga melewatkan moment spesial ini. Perjalanan dari basecamp ke Stasiun membutuhkan waktu sejam. Ternyata kami datang berbarengan dengan Rachma yang saat itu hanya di antar oleh Ibunya. Kami mempercepat langkah kami agar tidak diketahui olehnya dan menunggu agar dia masuk ke stasiun terebih dahulu.

Surprise. . J

Kami masuk ke dalam stasiun dan langsung menemuinya. Dia gak menyangka kalau kita akan datang mengantarkannya. Sementara ibunya tersenyum bahagia melihat persahabatan kami yang begitu erat. Session itu kia buat dengan berfoto-foto, kami tidak malu meskipun penumpang, pengantar dan penjaga stasiun melihat.

Menjelang keberangkatannya, ada seorang penjual roti maryam yang menawarkan dagangannya ke kami. Si Ibu pun menyuruh Rachma agar membelikan roti tersebut buat buka puasa yang sebentar lagi karena melihat wajah kami yang seakan ingin menikmati lembutnya roti yang ditabur gula halus. Sebelumnya kami belum merencanakan akan buka puasa dimana dan Alhamdulillah, rizki itu datang saat tidak dipikirkan.

Informasi agar penumpang segera masuk kedalam kereta terdengar dari pengeras suara, sehingga Rachma bersiap masuk ke kereta. Dibantu toni dan sari membawa barang bawaan berupa tas ransel besar sedangkan tas punggung dibawanya sendiri. Didalam dia bertemu dengan 2 teman yang beda jurusan yang sama diterima kerjanya. Kereta berjalan pelan menuju ke arah barat, lambaian tangan Rachma dari dalam pun disambut anak-anak dari luar kereta . Suara kereta semakin menjauh, kami pun segera meninggalkan stasiun.

Adzan maghrib berkumandang saat kami masih berada di stasiun, kami pun berbuka dengan minuman kotak dwika bawa. 3 buah minuman tersebut dibagi bersama 10 anak dan kamipun santap roti maryam yang dibelikan rachma tadi. Sungguh nikmat berbuka diawal waktu dengan yang manis bersama teman-teman. Meskipun hanya dengan seadanya, tapi rasa syukur itu terucapkan. Membayangkan apakah saudara kita yang lain bisa berbuka seperti ini. Dan semoga Allah menerima puasa kita semua pada hari itu dan hari selanjutnya.

Kami segera mencari masjid yang dekat dengan stasiun agar tidak terlambat jamaah dan mencari waktu awal sholat. Ternyata, di sebelah stasiun terdapat masjid yang besar, dengan pintu dan jendela depan terbuat dari kayu yang diukir kaligrafi. Salah satu jendela yang saya lihat terukir isi dari surat Al-Falaq yang begitu indah. Kami sholat secara bergantian dikarenakan membawa barang. Sehingga ada yang menjaga dan ada yang sholat duluan.

Didalam masjid penuh dengan jamaah yang berbeda-beda profesi. Terlihat dari pakaian yang mereka kenakan, akan tetapi dihadapan-Nya, tak ada bedanya sama sekali hanya kualitas iman dan takwa yang membedakannya. Sesudah sholat, kami bergantian dengan dwika dan aziz yang tadinya menjaga tas kita. Sementara mereka mengambil air wudlu dan sholat maghrib.

Sekali lagi rizki datang saat tidak terpikirkan, kami diberi nasi oleh takmir masjid tersebut. Jamaah yang lain harus menukarkan kupon yang diberi sebelum sholat, sedangkan kami tidak memiliki kupon sama sekali. Rasa syukur itu terucap lagi, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Dwika dan Aziz yang baru selesai sholat juga diberi nasi bungkus oleh takmir. Beberapa gelas air mineral juga diambilkan buat kami, padahal jamaah yang lain harus mengambil sendiri. Ketidakmengertian kami dalam tata cara buka bersama disini, yang berbeda dengan masjid lain. Maklum mahasiswa, masih menjadi PPT (Para Pencari Takjil) ketika buka puasa di masjid tertertu.

Sungguh, niat yang baik akan dibalas dengan kebaikan pula. Meskipun balasannya pada saat itu juga, tapi yakin kalau balasan itu akan datang disaat yang tepat dan tidak terpikirkan sebelumnya. Waktu yang semakin malam, membuat kami menyegerakan untuk segera pulang agar bisa jamaah terawih. Kami pun berpisah menuju rumah masing-masing.

Selamat berjuang kawand..

Beberapa bulan, tahun lagi kita akan bertemu dengan kesuksesan masing-masing..

Amin. .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun