aku tertegun memandang pelataran ilalang yang tandus. disana, bahkan kunang-kunang seolah enggan berpijar sekedar memberiku petunjuk jalan menuju terang. gelap, semua gelap. pandangan yang tertahan dalam raba, hanya itu risalah ikhtiar yang aku lakukan. diantara ranting-ranting busuk langkah ini menapak. menyusuri rimba pertempuran yang begitu berat. letihku menyudut pada peraduan asa, berlahan terus memaksa ku menghampiri itu. dalam nada samar, terdengar kacau, berisik, ah...lebih tepatnya itu hanya seekor anjing yang melonglong sinis. buas. melangkah asal, sungguh membuatku nyasar begitu jauh. sedang kesadaran ku masih belum mampu menyadarkan, bahwa kekotoran hati mengawali penyesatan ini. purnama, yang biasa orang anggap sempurna. hilang tanpa bekas, mungkin telah terpaut diantara selangkangan gerhana. atau menunduk dibalik bukit sambil mengintipku penuh ejekan. peduli apa dengan purnama!! aku hanya ingin mampu menatap jalan ku, setidaknya menemukan kunang-kunang untuk menerangi hati, agar aku tak lagi buta pada diriku, agar aku segera menyudahi sesat hatiku. Tuhan... seribu kalinya aku menyebutMu, berjuta kalinya aku mengingatMU. namun lagi-lagi ada permintaan dariku. ah... dimana orang-orang yang mengatakan iman, dimana itu ada dalam diriku, saat aku hanya mengingat MU dalam susahku. maafkan kemunafikanku Tuhan...maafkan ilalang... tahukah kau, kalau aku bosan dengan sesatku ini, aku ingin melangkah pada rumput yang hijau, terang, indah. dengan langkah kepastian, dengan langkah yang ku bimbing, untuk ku, untuk nya yang terkasih, untuk kita dalam jalan yang berlabel 'halal'. dan dalam bingkai do'a restu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H