Masalah Anak Jalanan di Kota Semarang
Kota Semarang, sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah, menghadapi berbagai tantangan sosial, salah satunya adalah masalah anak jalanan. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan kondisi ekonomi yang sulit, tetapi juga menggambarkan kerentanan sosial yang dialami oleh anak-anak.Â
Menurut data Dinas Sosial Kota Semarang, jumlah anak jalanan di kota ini meningkat dari 179 orang pada tahun 2010 menjadi sekitar 790 orang pada tahun 2013. Angka ini menunjukkan bahwa masalah anak jalanan di Semarang semakin mendesak untuk ditangani.
Faktor Penyebab Terjadinya Banyak Anak Jalanan di Kota Semarang
1. Kemiskinan
Kemiskinan adalah faktor utama yang mendorong anak-anak untuk terpaksa turun ke jalan. Banyak keluarga di Semarang yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga anak-anak diharapkan untuk membantu mencari nafkah. Menurut penelitian oleh Fadoli dan Rostyaningsih (2015), keluarga yang berpenghasilan rendah sering kali mengandalkan anak-anak mereka untuk mengemis atau mengamen demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2. Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan dalam rumah tangga juga berkontribusi signifikan terhadap masalah ini. Anak-anak yang mengalami kekerasan atau pengabaian di rumah sering kali melarikan diri dan mencari perlindungan di jalan. Hal ini membuat mereka rentan terhadap eksploitasi lebih lanjut. Juwartini (2005) mencatat bahwa banyak anak jalanan berasal dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis.
3. Kurangnya Akses Pendidikan
Anak-anak jalanan sering kali putus sekolah karena tekanan ekonomi dan kurangnya dukungan dari orang tua. Mereka tidak memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan formal, sehingga terjebak dalam siklus kemiskinan. Penelitian oleh Khatami (2024) menunjukkan bahwa banyak anak jalanan di Semarang tidak pernah mendapatkan pendidikan yang layak, yang menghalangi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan.
4. Eksploitasi Ekonomi