Konsensus Washington merupakan sebuah konsensus yang diciptakan oleh John Williamson pada tahun 1989. Konsensus ini dibuat dengan pengaruh dari Amerika dan juga lembaga multilateral yang berpengaruh seperti IMF dan juga World Bank. Konsensus ini dibuat untuk mereformasi kebijakan ekonomi negara berkembang khususnya negara Amerika Latin yang saat itu sedang mengalami krisis ekonomi. Isi kebijakan dari konsensus ini yaitu merubah kebijakan lama dimana negara sebagai penggerak ekonomi dan dialihkan dengan kebijakan yang berorientasi pada pasar. Secara tidak langsung, konsensus ini mengembalikan ideologi ekonomi neoklasik yang berfokus pada 3 komponen penting yaitu tenaga kerja, modal, dan sumber daya/teknologi.
Adapun 10 poin dari konsensus Washington yaitu:
- Penerapan kebijakan fiskal yang seimbang dengan diketatkannya pengeluaran.
- Pengalihan subsidi ke golongan miskin, Kesehatan, Pendidikan, dan pembangunan.
- Reformasi perpajakan dengan memperluas basis pajak dan tarif pajak moderat.
- Suku bunga yang ditentukan berdasarkan hukum pasar.
- Nilai tukar mata uang yang kompetitif.
- Liberalisasi perdagangan
- Perluas investasi asing
- Privatisasi BUMN
- Deregulasi aturan lama, memfokuskan konsumen dan lingkungan.
- Hukum pasti bagi perlindungan hak kekayaan intelek.
Saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997-1998, Amerika melalui IMF dan World Bank menawarkan bantuan dengan menjalakan kebijakan yang ada di konsensus Washington ini. Seperti yang kita ketaui, Amerika sebagai negara adidaya memiliki pengaruh yang cukup besar terutama terhadap negara-negara berkembang.
Amerika menjadi otak utama dalam membantu mengatasi krisis saat itu. Ekonomi dunia berada dalam tatanan yang secara tidak langsung dibentuk oleh Amerika. Pengaruh Amerika bisa dirasakan melalui Lembaga-lembaga besar multilateral seperti IMF, WTO, dan World Bank.
Kebijakan yang dilakukan IMF saat itu yaitu dengan memberikan pinjaman dana dengan bunga kecil, dan tenggat pengembalian yang lama. Namun kebijakan tersebut justru menjebak Indonesia ke dalam liberalisasi dan privatisasi. Pembatasan subsidi untuk masyarakat, BUMN dijual kepada swasta, investasi dari perusahaan asing, dan lainnya. Kebijakan tersebut gagal dilaksanakan oleh Indonesia karena tidak memberikan hasil yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Hal ini membuktikan bahwasannya konsensus Washington ini tidak bisa diadopsi oleh seluruh negara dan salah satunya Indonesia. Terlebih bahwa konsensus Washington ini berfokus pada keuntungan pasar bebas bukan untuk menstabilkan keaaan ekonomi suatu negara.
Karena gagalnya konsensus Washington ini mengembalikan ekonomi negara dan banyaknya kritik oleh pengamat terhadap konsensus ini karena krisis lain juga muncul seperti krisis 2008, yang terjadi karena Lembaga yang memberikan dana kepada para peminjam yang sebenarnya tidak mampu membayar. Sehingga terjadi peningkatan kebangkrutan yang memicu ambruknya sejumlah lembaga peminjaman. Akibat dari masalah yang tidak terselesaikan akhirnya terdapat konsensus lain yang mulai berkembang.
Dalam dunia ekonomi politik internasional terdapat konsensus lain yaitu konsensus Beijing. Istilah Konsensus Beijing ini dikenalkan oleh Joshua Cooper Ramo pada tahun 2004, namun dalam prakteknya telah dilaksanakan oleh Deng Xiaoping selama masa pemerintahannya setelah Mao Zedong pada tahun 1976. Sejalan dengan kebangkitan China pada saat itu.
Poin yang bisa diambil dari konsensus Beijing ini adalah :
- Pengendalian ketat kekuasaan politik untuk menjaga stabilitas negara
- Penerapan kapitalisme negara dengan mencegah pasar beroperasi secara bebas
- Jumlah penduduk terbatas
- Pemberian fasilitas khusus dan inovatif
- Perbanyak ekspor sebanyak yang bisa dilakukan.
Kebijakan yang dijalankan china ini berhasil membangkitkan china menuju revolusi dan menyelamatkan 300 juta warganya dari kemiskinan.
Lalu apa yang membedakan antara konsensus Washington dengan konsensus Beijing? Melihat keberhasilan china untuk bangkit dan kegagalan negara-negara yang menggunakan konsensus Washington ini mengimplementasikan kegagalan konsensus Washington untuk beradaptasi terhadap perbedaan masalah ekonomi tiap negara. Keberhasilan China untuk bangkit dengan menerapkan konsensus Beijingnya berdasarkan kebutuhan negara itu sendiri.
Dikutip dari tulisan Zhang Weiwei dalam tulisannya yang berjudul "The Allure of the Chinese Model", bahwa sebenarnya kebijakan yang dimiliki china ini karena keberhasilan untuk beradaptasi dan selektif terhadap ide ide kebijakan asing yang dibutuhkan oleh negara china itu sendiri.Â