Pergantian tahun merupakan salah satu momen yang seringkali ditunggu-tunggu oleh mayoritas masyarakat di berbagai belahan dunia. Acara yang identik dengan meriahnya kembang api ini dirayakan dengan cara yang berbeda-beda di setiap negara, contohnya di Skotlandia, mereka merayakan pergantian tahun dengan tradisi yang unik yaitu dengan Festival cahaya api. Festival ini diikuti banyak pria dewasa yang berparade sambil membawa suluh dengan bola api diatasnya. Lain halnya di negara Denmark, mereka memiliki tradisi yang tak kalah unik yaitu dengan mengumpulkan piring tak terpakai sepanjang tahun lalu melemparkannya ke depan pintu rumah saudara atau tetangga di malam tahun baru. Di Indonesia sendiri, perayaan malam tahun baru dirayakan dengan meniup terompet dan menyalakan kembang api. Selain itu, tradisi bakar-bakaran juga turut memeriahkan momen pergantian tahun ini. Momen ini menjadi waktu yang istimewa dan dirayakan dengan meriah di berbagai tempat dengan penuh euforia dan kegembiraan yang tidak jarang pula melibatkan kemaksiatan.
    Namun, bagaimana islam memandang momen pergantian tahun baru masehi ini?
Banyak ulama memberikan pandangannya terkait perayaan tahun baru masehi dalam islam, salah satunya Ustadz Khalid Basalamah. Melalui kanal YouTubenya ia berpendapat bahwa islam tidak memperkenan perayaan tahun baru masehi. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, umat nasrani sudah merayakan tahun baru mereka dan ini merupakan ritual bagi mereka. Rasulullah tidak pernah mencontohkan dan ikut memeriahkan perayaan tersebut. Bahkan ketika tahun baru hijriyah, Rasulullah tidak pernah mengkhususkan doa ataupun melakukan kegiatan keagamaan dengan maksud memperingati dan mengistimewakan momen tersebut.
Dari Abu Sa'id al-Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda,
. . Â .
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhab, pasti kalian pun akan mengikutinya. Kami (para sahabat) berkata, 'Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nasrani?' Beliau menjawab, 'Lantas siapa lagi'?" (HR Muslim: 2669).
Sebagai seorang muslim, pergantian tahun seharusnya menjadi momen introspeksi, merenungi dosa-dosa yang telah lalu, dan berkomitmen untuk memperbaiki diri di tahun yang baru. Merayakan tahun baru dengan perbuatan mubazir seperti membuang waktu karena begadang semalaman, membuang uang karena perayaannya, berpesta, berkumpul dengan yang bukan mahram, serta melakukan berbagai kemaksiatan yang lain hanya akan memberikan kerugian pada kita.
Terlebih bertepatannya pergantian tahun ini dengan masuknya bulan Rajab, salah satu bulan yang diistimewakan karena waktu yang mustajab untuk berdoa, umat islam seharusnya memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada daripada terjebak dalam tradisi orang kafir. Karena ketika seseorang melakukan kebiasaan suatu kaum maka ia termasuk golongan kaum tersebut. Sesuai dengan hadits Rosulullah :
( ) (4031)
"Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongannya." HR. Abu Dawud, (4031) dinyatakan shoheh oleh Albany dalam Shoheh Abi Dawud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H