Sejumlah daerah di tanah air, telah meliburkan sekolah selama 14 hari untuk mengurangi penyebaran virus corona. Lebih tepatnya sebenarnya bukan diliburkan ya, tetapi memindahkan tempat belajar yang awalnya di sekolah menjadi belajar di rumah. Dimana seorang guru melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) atau memberikan tugas pelajaran di rumahnya masing-masing menggunakan teknologi informasi dan media sosial (medsos) atau via aplikasi WhatsApp.
Aktivitas KBM di rumah telah dimulai dari tanggal 16 Maret, hari Senin yang lalu, dan hari ini adalah masuk hari ke-5. Beberapa orangtua sudah merasa lelah dan cenderung hipertensi lantaran merasa kewalahan mengajar atau membimbing anak sendiri. Dimana setiap harinya tugas dari guru selalu datang dan menanti. Oleh karenanya, sebagian orangtua tak jarang selalu menggenggam handphone dan mengecek aplikasi WahtsApp atau media sosialnya hanya untuk memastikan tugas-tugas dari guru masing-masing.
Hal yang membuat hipertensi orangtua bukan hanya tugas-tugas dari guru, melainkan juga mengawasi anak-anaknya agar tidak keluar rumah untuk bermain di tempat keramaian. Karena tujuan 'diliburkan' atau dipindahkan tempat belajar menjadi di rumah adalah untuk menghindari aktivitas sosial di luar rumah.
Dari 10 orangtua yang sudah saya lakukan survei di wilayah Kebon Baru, Jakarta Selatan, 8 diantaranya merasa hipertensi karena kesulitan dalam membimbing anak-anaknya belajar dan mengerjakan tugas pelajaran. Maka, tak dapat dipungkiri sebagian orangtua harus menakut-nakuti anak-anaknya bahwa di luar selalu ada razia dari Satpol PP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H