Mohon tunggu...
Ghitrifaldi Adrian
Ghitrifaldi Adrian Mohon Tunggu... Jurnalis - askol

tugas aja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konflik yang Ada di Masyarakat

14 Mei 2019   10:43 Diperbarui: 7 Juli 2021   21:56 13229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KONFLIK YANG ADA DI MASYARAKAT

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis dengan judul "Konflik Yang Ada Di Masyarakat", karya tulis ini ditujukan untuk memenuhi salah satu profil lulusan SMP Labschool Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak yang sudah membantu dalam penulisan karya tulis ini, yakni kepada yang saya hormati:

Drs. H. Asdi  Wiharto, selaku Kepala SMP Labschol Jakarta yang turut serta memberikan pengesahan

Siti Innayatu Sholiha, S. Pd, selaku wali kelas yang memberikan dukungan dan saran

Baca juga :Perspektif Habermas dalam Konflik Cipta Kerja

Gilang Saputro, M. Hum dan Bapak Wahyudi, S. Pd, selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan sebagai ketua panitia penanggung jawab penulisan karya tulis

Dra. Titin Setiawati selaku guru pembimbing dalam penulisan karya tulis

Kedua orang tua penulis yang mendukung dalam penulisan karya tulis ini

Jakarta, 19 Maret 2019

Penulis,

Ghitrifaldi Adrian Joffana

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan..........................................................................................       i

Kata pengantar...............................................................................................      ii

Daftar isi..........................................................................................................     iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................      1

Latar Belakang ......................................................................................      1

Rumusan Masalah..................................................................................      2

Batasan Masalah....................................................................................      3

Tujuan Penulisan ...................................................................................      3

Teknik Pengumpulan Data ....................................................................      3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................      4

Pengertian Konflik.................................................................................      4

Penyebab Terjadinya Konflik ...............................................................      5

Determinan Tingkat Aspirasi ...................................................      6

Determinan persepsi mengenai aspirasi pihak lain....................      8

Tidak Adanya Alternatif Yang Dapat Diterima Semua Pihak.      9

Pengaruh Konflik...................................................................................    10

Dampak Ringan-berat...............................................................    10

Dampak Kecil-besar..................................................................    11

Dampak Spesifik-umum............................................................    11

Dampak Berhasil-menang-menyakiti atau merugikan pihak lain  12

Dampak Sedikit-banyak............................................................    13

Solusi penanganan konflik.....................................................................    14

BAB III PENUTUP....................................................................................    16

Kesimpulan............................................................................................    16

Saran  .....................................................................................................    17

Daftar Pustaka..................................................................................................    18

Daftar Lampiran  ...............................................................................................  19

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konflik sering terjadi di dalam masyarakat, hal tersebut biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan pemahaman antara dua pihak atau lebih dan karena adanya perbedaan kebutuhan salah satu pihak. Konflik bisa menjadi hal yang baik dan hal yang buruk. Terkadang apabila dalam suatu konflik terjadi provokasi yang berlebihan, maka dapat menyebabkan terjadinya perselisihan.

Pada umumnya konflik adalah suatu permasalahan sosial yang disebabkan karena adanya perasaan saling tidak memahami dan bedanya kebutuhan para pihak. Jenis konflik ada beberapa, diantaranya adalah konflik rasial, konflik antar agama, konflik internasional, dan lain-lain.

 Konflik sering kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, masyarakat, ataupun rumah. Konflik juga dapat menjadi hal yang positif apabila dapat dikontrol, namun konflik juga bisa menjadi hal yang buruk jika semakin banyak provokasi dari kedua pihak sehingga dapat menyebabkan perselisihan.

Baca juga : Konflik Tanah Papua

Untuk menghindari terjadinya konflik, kita harus mengetahui penyebabnya terlebih dahulu sehingga kita dapat mengantisipasi terjadinya konflik dengan melakukan upaya preventif sesuai dengan penyebabnya

Di negara Indonesia, konflik banyak sekali terjadi terutama karena masalah agama dan politik, terkadang konflik tersebut dapat membuat terjadinya perselisihan antara dua pihak, yang dapat merusak perdamaian dan memengaruhi masyarakat sekitar. Pengaruh tersebut dapat berasal dari sejumlah media komunikasi seperti media sosial, TV, teman, keluarga, dan lain lain.

Konflik yang dapat memicu perkelahian adalah karena adanya provokasi atau salah pahamnya terhadap suatu kalimat yang diucapkan, sehingga dapat terjadi aksi protes atau perkelahian.

Dikarenakan konflik merupakan sesuatu yang sangat terlibat dengan kehidupan kita bahkan terjadi setiap hari, maka penulis merasa perlu membuat karya tulis dengan judul "Konflik Yang Ada di Masyarakat"

Baca juga : Peningkatan Angka Pengangguran pada Era Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Teori Konflik

1.2       Rumusan Masalah

Dari penjelasan singkat diatas dapat diketahui beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

Apa itu Konflik?

Apa penyebab terjadinya konflik?

Bagaimana konflik bisa menjadi perkelahian?

Bagaimana caranya untuk menghindari konflik?

Adakah cara untuk mengontrol konflik?

Apa dampak konflik?

1.3       Batasan Masalah

Mengingat banyaknya pembahasan tentang konflik, dalam karya tulis ini penulis membatasi permasalahan pada pengertian konflik, penyebab terjadinya dan dampak konflik.

1.4       Tujuan Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah "Konflik yang ada di masyarakat" ini adalah agar kita dapat mengetahui penyebab terjadinya konflik, kita juga dapat menghalangi terjadinya perkelahian yang disebabkan oleh konflik, dan dapat mengetahui dampak konflik

1.5       Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencari data tentang topik ini, penulis mengumpulkan data dengan melakukan metode studi pustaka dari berbagai sumber seperti buku dan internet berupa blog, website, dan lain lain.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Konflik

            Menurut Webster (1966), pengertian konflik dalam bahasa aslinya yaitu configere adalah "perkelahian, peperangan, atau perjuangan." (sesuai kutipan pada "Teori konflik sosial", 2009). Yang lebih bersifat konfrontasi fisik antara dua pihak atau lebih. Arti kata tersebut berkembang setelah adanya pemahaman lain tentang konflik yaitu "ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai kepentingan, ide, dan lain-lain." (Webster, 1966). Masuknya pendapat kedua dari Webster  membuat kata tersebut menyentuh aspek psikologi bukan hanya fisik saja. "Persepsi mengenai perbedaan kepentingan" (Dean & Jeffrey, 2009:10), merupakan definisi lain dari arti kata konflik menurut Dean dan Jeffrey.

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, maka dapat diartikan bahwa konflik merupakan ketidaksepakatan atau perbedaan berbagai kepentigan, ide, dan lain lain yang dapat menyebabkan perkelahian.

Konflik sendiri bisa dibedakan berdasarkan 5 (lima) hal, yakni:

Berdasarkan sifatnya yaitu konstruktif yang berarti menguntungkan dan destruktif yang berarti merugikan

Berdasarkan posisi pelaku terdiri dari vertikal yakni konflik antar kelompok masyarakat yang memiliki tingkatan dan horizontal yakni konflik antar kelompok masyarakat yang setara kedudukanya

Berdasarkan sifat pelaku yaitu terbuka dan tertutup.

Berdasarkan pengolahannya interindividu, antarindividu, antarelompok.

Berdasarkan tingkat konsentrasi aktivitas manusia.

Konflik juga dapat berdampak positif atau negatif, sebagai contoh dampak positif adalah dapat membuat atau memperkuat hubungan antara dua pihak atau lebih melalui kompetisi. Sedangkan untuk contoh negatif adalah dapat membuat terjadinya perkelahian apabila tidak ditemukanya alternatif yang dapat diterima semua pihak yang terlibat

2.2       Penyebab Terjadinya Konflik

          Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, secara tidak sadar masyarakat melakukanya setiap saat. Berikut adalah penyebab-penyebab konflik :

Determinan tingkat aspirasi (teguh kepada pendapat/pendiriannya)

Determinan persepsi mengenai aspirasi pihak lain (kepercayaan terhadap pihak lain dan pendapatnya)

Tidak adanya alternatif yang dapat diterima semua pihak (tidak ditemukanya solusi) .

2.2.1    Determinan Tingkat Aspirasi

            Salah satu penyebab konflik adalah karena pihak-pihak yang terlibat masing-masing memiliki pendapat yang kuat, biasanya pendapat tersebut memiliki suatu pertimbangan atau alasan mengapa mereka sangat yakin akan pendapat itu. Menurut Dean dan Jeffrey (2009:28), "Pertimbangan pertama adalah pertimbangan realistis, sedangkan yang kedua bersifat idealistis". Pertimbangan tersebut dapat timbul melalui berbagai cara, diantaranya:

Prestasi masa lalu,

Persepsi mengenai kekuasaan,

Aturan dan norma, serta

Pembandingan dengan orang lain.

Pertama prestasi masa lalu, salah satu pertimbangan yang penting adalah prestasi masa lalu yang merupakan pertimbangan realistis, ketika prestasi naik maka aspirasi akan bangkit dan sebaliknya aspirasi akan jatuh ketika prestasi menurun. Hal itu disebabkan karena orang merasa lebih berharap ketika segala sesuatu bertambah baik dan kurang berharap ketika sesuatu bertambah buruk.

            Kedua persepsi mengenai kekuasaan, alasan realistis yang lainya adalah persepsi suatu pihak terhadap posisi pihak yang beroposisi. Menurut Dean dan Jeffrey (2009: 30) bahwa "aspirasi juga cenderung meningkat ketika orang berhadapan dengan seseorang atau sebuah kelompok yang sumber-sumber dayanya dianggap berharga  dan tampaknya lebih lemah daripada dirinya sendiri". Maksud dari kutipan diatas adalah suatu pihak dapat merasa lebih tinggi daripada pihak oposisi berdasarkan penampilan dan harta, yang dapat menyebabkan pihak itu merasa lebih diuntungkan dalam suatu konflik.

            Ketiga aturan dan norma, menurut Thibaut dan Kelley (1959) "fungsi utama aturan adalah untuk mengantisipasi aspirasi pihak-pihak oposan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya konflik" (sesuai kutipan pada "Teori konflik sosial", 2009). Dari kutipan diatas dapat diartikan bahwa aturan dan norma diadakan untuk mengantisipasi masalah atau konflik yang dapat terjadi, sehingga kemungkinan terjadinya  konflik dapat dikurangi. Sebagai contoh adalah aturan mengenai pencurian, bila tidak ada aturan mengenai itu maka konflik akan sering terjadi sehingga masyarakat tidak bisa berfungsi dengan baik.

            Keempat pembandingan dengan orang lain, orang cenderung akan membandingkan diri dengan orang-orang disekitarnya yang berdekatan, apabila dia merasa bahwa orang lain tersebut berprestasi lebih baik atau lebih maju dibandingkan dengan dirinya, maka hal ini akan menstimulasi terjadinya peningkatan pada aspirasinya sendiri yang dapat memicu terjadinya konflik. Hal ini termasuk pertimbangan realistis dan idealistis juga. Disebut realistis karena dirasakan masuk akal bila orang yang menjadi pembandingnya dapat melakukan sesuatu maka dia juga dapat melakukan hal yang sama, dan disebut idealistis dikarenakan dia berpikir bahwa hasil kerjanya harus sama hasilnya dengan pembandingnya.

2.2.2    Determinan persepsi mengenai aspirasi pihak lain 

            Penyebab konflik yang lainya adalah tingkat kepercayaan suatu pihak terhadap pihak lain dan opininya. Suatu pihak tidak akan dipercayai apabila pihak tersebut pernah diberikan suatu amanah dan tidak bertanggung jawab, pengalaman tersebut dapat menyebabkan pihak lain berpikiran bahwa pihak itu tidak akan segan-segan untuk melakukannya lagi di lain waktu.

Menurut Kriesberg (1982) yang menyatakan bahwa "selalu diperlukan adanya pengalaman yang keras, yang mengecewakan, agar sebuah konflik dapat terjadi."  (sesuai kutipan pada "Teori Konflik Sosial", 2009). Dari kutipan itu dapat diartikan bahwa konflik dapat terjadi apabila suatu pihak pernah melakukan sesuatu yang mengecewakan pihak lain, yang dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan pihak lain pada pihak tersebut

Apabila antara para pihak tidak dapat saling mempercayai, maka akan timbul aspirasi atau opini masing-masing yang berbeda sehingga dapat menyebabkan terjadinya konflik. Menurut Dean dan Jeffrey (2009:36) "Estimasi mengenai tujuan pihak lain juga dipengaruhi oleh kepercayaan dan ketidakpercayaan". Kita bisa mengartikan dari kutipan Dean dan Jeffrey, suatu pihak dapat memperkirakan tujuan pihak lain berdasarkan kepercayaan suatu pihak terhadap pihak itu.

Dari dua kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, suatu pihak dapat mempercayai pihak lain berdasarkan pengalamannya, apabila pihak itu pernah mengecewakan suatu pihak lain maka opini dan pihak itu tidak akan dipercayai, hal itu dapat menyebabkan bedanya tujuan dan opini sehingga bisa terjadi konflik. Seperti seseorang yang berbohong ketika diajak pergi oleh orang lain, kemudian dia tertangkap berbohong, hal itu dapat mengurangi kepercayaan orang lain kepadanya.

2.2.3    Tidak Adanya Alternatif yang Dapat Diterima Semua Pihak

            Tidak adanya alternatif atau solusi yang dapat diterima semua pihak adalah salah satu penyebab konflik lainnya. Jika terjadi konflik antara dua pihak dan dapat ditemukan suatu solusi yang dapat membuat kedua belah pihak mencapai tujuannya, maka pada kasus ini konflik tidak akan terjadi. Namun sebaliknya jika suatu solusi tidak dapat ditemukan, maka konflik akan terjadi.

Menurut Dean dan Jefrrey (2009:38), "alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak dapat disebut sebagai solusi integratif  karena dapat menyepakatkan --yaitu mengintegrasikan- kepentingan kedua belah pihak." Meskipun hanya sekedar ide-ide samar hal itu dapat membangkitkan harapan untuk ditemukannya suatu solusi integratif, hal tersebut dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya konfllik.

Alternatif integratif yang nyata disebut persepsi potensial integratif (Perceived Integrative Potential (PIP)). Yaitu persepsi tentang adanya potensi untuk mencapai solusi yang integratif atau yang dapat diterima semua pihak.

2.3       Pengaruh Konflik

            Ketika konflik terjadi, maka akan ada perubahan atau dampak tertentu, meskipun dampak konflik itu terjadi secara  terpisah antara masing-masing pihak. Hasil dari dampak-dampak ini seringkali mengakibatkan semakin tegangnya konflik dan semakin sulit untuk diatasi. Dampak-dampak tersebut dibagi menjadi lima, namun dampak-dampak tersebut tidak selalu terjadi dalam satu konflik. Adapun kelima dampak tersebut adalah:

ringan -- berat

kecil -- besar

spesifik -- umum

berhasil -- menang -- menyakiti atau merugikan pihak lain

sedikit -- banyak

2.3.1    Dampak ringan-berat

             Dalam suatu konflik akan terjadi suatu argumentasi persuasif, dan janji untuk meyakinkan pihak lain agar sepakat dengan dirinya dalam suatu aspirasi atau tujuan. Dalam banyak kasus, cara yang lembut ini pada akhirnya digantikan oleh cara yang lebih berat seperti ancaman, kadang bisa menimbulkan aksi kekerasan.

Yang dimaksud dengan dampak ringan sampai berat adalah, saat konflik terjadi akan ada proses membujuk antara satu pihak dengan pihak lain, dan apabila proses pembujukan ini tidak berhasil maka hal itu bisa menimbulkan aksi kekerasan, sebagai contoh peristiwa yang terjadi di University of New York in Buffalo (UB) yang dalam hal ini taktik para mahasiswa beralih dari usaha memprotes pejabat rektor sampai meledakan bom di gedung perpustakaan. Pihak polisi yang semula hanya menolak pelaku protes kemudian beralih ke metode yang lebih keras, yaitu dengan cara memukul dengan tongkat dan menahan mereka

2.3.2    Dampak kecil-besar

            Ketika konflik sedang memanas atau memuncak, masalah-masalah yang terjadi cenderung terulang lagi, setiap pihak juga cenderung semakin terserap di dalam konflik yang terjadi dan bersedia untuk mengerahkan segala sumber dayanya, saat kondisi itu terjadi konflik bisa menjadi berbahaya.

 Kedua kecenderungan ini dapat dilihat di krisis UB, pihak mahasiswa semakin terganggu dengan adanya pihak polisi dan oleh karenanya mahasiswa dengan cepat menuntut pihak polisi berulang kali dan aksi protes dilakukan lagi. Sedangkan untuk pihak polisi mereka mengeluarkan sumber daya dalam bentuk waktu dan konsentrasi dengan mengerahkan sebuah kontingen atau pasukan besar ke dalam kampus.

2.3.3    Dampak spesifik-umum

            Menurut Dean dan Jeffrey (2009:144), "di dalam yang konflik yang sedang memuncak, masalah spesifik cenderung berubah menjadi masalah umum". Kondisi ini menyebabkan hubungan antara pihak-pihak yang terlibat cenderung mengalami kemunduran yang bersifat umum.

 Setelah melalui konflik, maka cenderung timbul perasaan tidak suka antara pihak satu dengan pihak lainnya, sehingga menimbulkan perasaan tidak toleransi terhadap pihak lain, sebagaimana yang terjadi di krisis UB. Setelah adanya kehadiran pihak polisi di dalam kampus, para mahasiswa mulai merasa tidak senang atau terganggu, hal itu menyebabkan adanya tuntutan agar pihak universitas melepaskan diri dari keterlibatanya.

2.3.4    Dampak berhasil-menang-menyakiti atau merugikan pihak lain

            Pada tahap-tahap awal konflik, pihak-pihak yang terlibat cenderung menjadi egois, maksud dari egois dalam konteks ini adalah suatu pihak akan berusaha sebaik-baiknya untuk kepentingannya sendiri, tanpa mempedulikan dampak baik atau buruknya terhadap pihak lain. Menurut Deutsch (1958), hal itu disebut "Orientasi Individualistis", (sesuai kutipan pada "Teori konflik sosial", 2009).

            Menurut Dean dan Jeffrey (2009:145), tanda tanda terjadinya orientasi individualistis adalah adanya pemikiran yang mementingkan kepentingan diri sendiri dan bebas dari pemikiran mengenai nasib orang lain. Tetapi ketika konflik sedang memuncak maka kepentingan yang tadinya sederhana menjadi tujuan-tujuan kompetitif. "Suatu pihak akan menggangap bahwa dirinya berhasil atau sukses saat dia mengalahkan pihak lain", (Dean dan Jeffrey, 2009:145). Hasilnya ketika konflik sedang berlanjut maka kerugian yang dialami kedua pihak semakin besar, dampak dari hal tersebut adalah tujuan masing-masing pihak cenderung berubah, dan untuk mencapai tujuan itu membutuhkan pengorbanan, yang dimana pengorbanan itu lebih merugikan pihak lain.

Sebagai contoh dapat kita lihat di krisis UB. Mahasiswa yang tujuan awalnya hanya memprotes kehadiran polisi di dalam kampus dengan cepat berubah menjadi mengajukan tuntutan yang sangat sulit dipenuhi oleh bagian administrasi.

2.3.5    Dampak sedikit-banyak

            Menurut Dean dan Jeffrey (2009:146), "konflik yang dimulai dengan agitasi  yang dilakukan oleh sedikit peserta sering kali tumbuh menjadi tindakan kolektif, ketika salah satu pihak merasa gagal untuk memenangkannya". Maksud dari kutipan tersebut adalah, ketika konflik terjadi dengan disertai adanya hasutan maka, pihak lain yang tadinya tidak terlibat dengan konflik bisa jadi bergabung dengan salah satu pihak sehingga dia terlibat dengan konflik itu, dan suatu pihak akan mulai menghasut pihak lain ketika dia merasa gagal.

            Menurut Dean dan Jefrrey (2009:146) menyatakan bahwa salah satu pihak akan mulai menghasut pihak lain ketika dia mulai berpikiran, "bila anda tidak bersedia melakukan apa yang saya inginkan dan saya tidak mampu mendapatkan apa yang saya inginkan melalui ancaman, janji, atau cara lain untuk memanipulasi anda, maka kepentingan utama saya adalah mencari orang-orang yang sejalan dengan saya". Dari kutipan tersebut dapat diartikan suatu pihak akan mencari pihak lain yang tujuannya sama dengan pihak tersebut apabila pihak oposisi tidak mau bekerja sama atau menyamakan tujuannya.

            Dari dua kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, konflik yang disertai dengan adanya hasutan dapat menyebabkan suatu pihak yang tadinya tidak terlibat dengan konflik bisa jadi terlibat karena pihak itu bergabung dengan salah satu pihak yang terlibat dengan suatu konflik, dan suatu pihak akan mulai menghasut ketika dia merasa gagal menghasut pihak oposisi untuk bekerja sama

Sebagai contoh dapat dilihat di dalam krisis UB. Mahasiswa radikal, yang tadinya bertindak sendiri mampu mengajak ribuan sekutu dengan berjalannya waktu, demikian juga dengan bagian administrasi yang melibatkan polisi dalam jumlah yang semakin besar.

2.4       Solusi penanganan konflik

            Menurut Dean dan Jeffrey ada tiga cara untuk menangani konflik yang terjadi yaitu:

Melakukan kompromi

 Kompromi adalah kesepakatan yang dicapai ketika kedua belah pihak mengambil titik tengah dari sebuah permasalahan atau opini yang jelas. Kebanyakan kompromi tidak memberikan hasil yang tiap pihak harapkan namum tidak seburuk apa yang mungkin mereka dapatkan, hal tersebut mengapa kompromi disebut memberikan hasil yang ada di titik tengah suatu permasalahan.

Membuat kesepakatan tentang tata cara menentukan pemenang

Cara yang kedua untuk menangani konflik adalah dengan membuat  sebuah kesepakatan untuk menentukan siapa yang  menang. Namun permintaan kedua pihak tetap terkabulkan, tetapi ada satu pihak yang semua permintaannya  terpenuhi, sedangkan ada pihak lain yang  permintaannya tidak terpenuhi semuanya hanya beberapa saja.  Ada beberapa cara untuk menentukan pemenangnya yaitu:

Melempar koin, pihak yang pilihannya sesuai dengan permukaan koin yang muncul dianggap sebagai pemenang

Membandingkan kebutuhan, pihak yang dianggap paling berkepentingan dengan isu yang diperdebatkan dianggap sebagai pemenang

Menyerahkan pada keputusan pihak ketiga, pihak yang pendapatnya tampak paling meyakinkan menurut hakim dianggap sebagai pemenang

Pemungutan suara, pihak yang mendapatkan suara mayoritas atau terbanyak dianggap sebagai pemenang

Menemukan solusi integratif

Menurut Dean dan Jefrrey (2009:38), solusi integratif  adalah alternatif yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Dari ketiga cara untuk menangani konflik, solusi integratif adalah cara yang menghasilkan solusi paling memuaskan pihak-pihak yang terlibat, bedanya solusi integratif dengan kompromi adalah, solusi integratif menghasilkan solusi yang lebih menguntungkan pihak-pihak yang terlibat, sedangkan kompromi menghasilkan solusi yang membagi rata keinginan pihak-pihak yang terlibat. Contohnya seorang adik dan kakak memperebutkan suatu ayam goreng, kakaknya hanya menginginkan dagingnya, sedangkan adiknya hanya menginginkan kulitnya. Akhirnya mereka setuju  untuk membagi rata ayam itu, hal tersebut dibilang kompromi. Padahal kedua pihak dapat lebih diuntungkan apabila kakaknya mengambil dagingnya dan adeknya hanya mengambil kulitnya, dan hal itu disebut solusi integratif.

BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan

            Konflik dapat dimengerti sebagai ketidaksepakatan atau perbedaan berbagai kepentingan, ide, dan lain lain. Konflik dapat dibagi berdasarkan sifatnya, posisi pelaku, sifat pelaku, pengolahanya, dan berdasarkan tingkat konsentrasi aktivitas manusia. Konflik ada dampak positif dan negatifnya, dalam hal ini dampak positifnya adalah dapat membuat atau memperkuat hubungan antara dua pihak atau lebih, dan dampak negatifnya adalah dapat membuat terjadinya perkelahian apabila tidak ditemukanya solusi.

            Konflik disebabkan oleh beberapa hal yakni determinan tingkat aspirasi, determinan persepsi mengenai aspirasi pihak lain, dan tidak adanya alternatif yang dapat diterima semua pihak. Konflik sendiri memiliki 5 macam dampak tersendiri yaitu,

Dampak Ringan-berat

Dampak Kecil-besar

Dampak Spesifik-umum

Dampak Berhasil-menang-menyakiti atau merugikan pihak lain

Dampak Sedikit-banyak

3.2       Saran

Berdasarkan uraian di atas, diketahui konflik bisa menjadi hal yang baik dan hal yang buruk bagi masyarakat, oleh karena itu penulis memberikan beberapa saran agar terhindar terjadinya konflik yang berlebihan yang berdampak buruk, sebagai berikut:

Saran untuk pembaca

Lebih terbuka terhadap opini atau tujuan pihak lain;

Tidak menghakimi opini atau tujuan pihak lain berdasarkan pengalaman yang pernah dilalui;

Menjadikan orang lain yang lebih sukses sebagai motivasi atau perbandingan bukan sebagai penumbuh rasa iri, sehingga tidak menyebabkan terjadinya konflik

Saran untuk penulis

Kurangnya sumber pustaka

Topik pembahasan yang kurang spesifik

Saran untuk peneliti lain

Topik pembahasan yang lebih spesifik tentang konflik

Menggunakan lebih banyak sumber pustaka

Melakukan lebih banyak survei di daerah konflik

DAFTAR PUSTAKA

Pruitt, Dean G. dan Jeffrey Z. Rubin. 2009. Teori Konflik Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Susan , Novri MA. 2014. Pengantar Sosiologi Konflik, Indonesia: Prenada Media

Anonim. 2017. Pengertian Konflik, Penyebab dan Contoh Konflik Sosial.    www.blogpengertian.com. Diunduh pada Kamis, 7 Februari 2019 (Pukul           18.20 WIB)

Sosiologi pintar. 2014. Pemecahan Masalah Konflik dan Kekerasan.            Sosiosociety.blogspot.com. Diunduh pada Jumat, 9 Februari 2019 (Pukul            16.25)

Mufazzall. 2015. Teori konflik. Mufazzall.blogspost.com. Diunduh pada Jumat,     9 Februari 2019 (Pukul 16.30)

Maxmanroe. 2019. Pengertian konflik: Arti, Faktor penyebab, Jenis, dan     Dampak konflik. www.maxmanroe.com. Diunduh pada Jumat, 8 Februari      2019 (Pukul 17.00)

Lampiran

Contoh 1: Buku rujukan "Teori Konflik Sosial", ditulis oleh Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, diterbitkan oleh pustaka pelajar (2009) di Yogyakarta

Contoh 3: Buku rujukan "Pengantar Sosiologi Konflik", ditulis oleh Novri Susan, MA, diterbitkan oleh Prenada Media (2014) di Indonesia

Contoh 2 : Aksi demonstrasi sebagai contoh konflik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun