Mohon tunggu...
Ghina Nur Syifana
Ghina Nur Syifana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Mahasiswa semester 4 yang memiliki minat pada industri media

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Pagi Haru Siang Turu, Mengintip Nuansa Unik Ketika Idul Fitri

16 April 2024   21:00 Diperbarui: 16 April 2024   21:01 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Berfoto Bersama Merayakan Hari Raya Idul Fitri | Foto: Getty Images Signature 

Namun Dhai juga merasa bahwa momen haru ini tidak berlangsung lama, ia mengatakan bahwa memasuki siang hari suasana haru mulai hilang bahkan tergantikan dengan hawa turu alias tidur. Lebih lanjut, Dhai menjelaskan ketika sudah siang hari suasana rumah yang tadinya ramai dan antusias perlahan hilang berganti menjadi sepi dan lemas.

“Kalau udah siang orang-orang ada yang pergi (silaturahmi) ke tempat lain, berangkat ziarah atau tidur. Jadi suka udah ga pakai baju lebaran lagi mungkin itu si yang bikin vibesnya ilang. Terus udah mulai nyari tukang bakso juga.” jelas Dhai.

Perubahan suasana tersebut juga dirasakan oleh Kinan dan Anes, dimana ketika siang hari keluarga mereka sudah tidak lagi selera makan ketupat dan opor, tidak lagi memakai pakaian barunya dan tidak lagi semangat yang menggebu-gebu. Menurut mereka, saat siang hari energi sudah mulai habis akibat segala persiapan dan perayaan Idul Fitri.

Kinan menjelaskan bahwa sejak kemarin keluarganya sibuk mempersiapkan ketupat, opor dan membersihkan rumah. Tidak hanya itu di kampung asalnya, anak-anak remaja diwajibkan ikut arak-arakan ketika malam takbir. Saat Lebaran tiba Kinan mengaku dalam kondisi yang sedikit lelah sehingga tidak heran jika tidur siang dengan pakaian rumah yang nyaman adalah agenda wajib di keluarganya, meski begitu ia tetap antusias menyambut Idul Fitri.

Tidak jauh berbeda dengan Kinan, keluarga Dhai juga memiliki kebiasaan berbenah rumah yang cenderung mengarah pada renovasi kecil-kecilan menjelang Lebaran karena menjadi tuan rumah dari sanak saudara yang pulang kampung. Berkumpulnya seluruh keluarga besar membuat perayaan semakin meriah, tidak terkecuali saat membagikan THR kepada anak-anak. Meriahnya perayaan di pagi hari tidak menyisakan energi bagi keluarga Dhai untuk lebaran hingga penghujung hari.

Alih alih memakan ketupat dan opor keluarga Anes memiliki kebiasaan untuk mencari tukang bakso untuk makan siang. Menurut Anes, keluarganya cukup bosan untuk menjadikan ketupat sebagai makanan pokok hari itu sehingga bakso adalah makanan alternatif yang pas dimakan saat siang hari sambil bercengkrama.

Memaknai Hari Kemenangan

Pada akhirnya, momen Idul Fitri tidak selalu tentang kehangatan dan rasa haru karena ada banyak cara untuk menikmati dan menjalani hari kemenangan. Seperti yang dialami oleh Kinan, Anes, dan Dhai dimana suasana hari raya mereka diwarnai cara yang berbeda.

Meski begitu tidak serta merta menghilangkan makna Hari Raya sebenarnya dimana Idul Fitri atau Lebaran memiliki makna dalam refleksi diri, bentuk syukur, dan kegembiraan yang mencakup aspek religi dibalut ragam tradisi dan budaya Indonesia. Lewat makna tersebut terciptalah beraneka cara atau aktivitas untuk merayakan momen Lebaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun