Mohon tunggu...
Ghina Salsabila
Ghina Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Respon Inggris dalam Krisis Boko Haram di Nigeria

30 Desember 2022   13:29 Diperbarui: 30 Desember 2022   14:33 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: The New York Times.

Nigeria merupakan negara terpadat, salah satu Negara terbesar dalam bidang ekonomi di Benua Afrika, dan memiliki kekuatan militer terbesar ketiga di kawasan Afrika. Nigeria memiliki pengaruh ekonomi yang penting di seluruh wilayah, di mana semakin banyak investasi yang dilakukan (khususnya di sektor perbankan). Sektor pertanian menyumbang hampir sepertiga dari PDB dan sekitar dua pertiga lapangan kerja, namun sektor perminyakan tetap menjadi sektor ekonomi utama bagi Nigeria. 

Nigeria merupakan salah satu produsen minyak terbesar, menempati urutan ke-10 sebagai produsen minyak terbesar di dunia. Meskipun negara tersebut memiliki potensi industri yang besar, Nigeria masih sangat bergantung pada ekspor minyak dan berjuang untuk mengembangkan kapasitas penyulingan serta berusaha agar mampu mencapai produksi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya. Itulah kenapa selama beberapa dekade terakhir, Nigeria berusaha mengembangkan bentuk-bentuk kerjasama ekonomi dalam skala regional maupun global agar tidak hanya bergantung pada produksi dan eksport minyak semata.

Sejak demokratisasi pada tahun 1999, Nigeria relatif memiliki pemerintahan yang demokratis tanpa gangguan. Namun, masalah keamanan semakin meningkat, khususnya sejak munculnya sekte Islam radikal Boko Haram. Konflik Boko Haram di bagian timur laut Nigeria terus menggoyahkan keamanan kawasan tersebut serta menguras pasukan keamanan dan keuangan Negara. Konflik yang ditimbulkan oleh Boko Haram juga meningkatkan kerawanan pangan. Boko Haram sendiri merupakan kelompok teroris yang berbasis di Nigeria bertanggung jawab atas berbagai serangan di kawasan utara dan timur laut Nigeria yang telah menewaskan ribuan orang sejak kemunculannya pada tahun 2009. Kelompok ini mendukung ideologi ekstremis Sunni yang mengarah pada kekerasan dan menjalin kerjasama, loyalitas, dukungan, serta menerima bantuan dari al Qaeda kawasan Afrika Utara (biasa dikenal sebagai AQIM), termasuk bantuan dana dan pelatihan.

Boko Haram dan konflik yang lebih luas yang ditimbulkannya, terus menjadi prioritas mendesak pemerintah Nigeria. Ini karena konflik Boko Haram telah menjadi episode yang sangat brutal dalam sejarah Nigeria pasca demokratisasi, yang mengakibatkan ribuan korban jiwa, penculikan ratusan --- termasuk 270 siswi dari komunitas Chibok --- dan mengakibatkan pengungsian hampir dua juta orang, terutama di kawasan timur laut Nigeria dan wilayah Danau Chad. Sepak terjang Boko Haram di Nigeria tidak hanya menjadi perhatian domestik, namun juga internasional, salah satunya adalah Inggris. Bahkan, Inggris dan Nigeria menjalin kerjasama keamanan dan pertahanan yang secara khusus berfokus pada melawan aktivitas kriminal maupun terorisme di Nigeria.

Komitmen yang berkaitan dengan keamanan Nigeria ini dibuat pada awal 2022, bersamaan dengan dialog Kerjasama Keamanan dan Pertahanan Inggris-Nigeria yang berfokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan Nigeria dalam mengatasi ancaman bersama dan menjaga keamanan orang Inggris dan rakyat Nigeria. Dialog ini juga mendorong dukungan Inggris ke Nigeria dalam menangani Negara Islam Afrika Barat atau Islamic State of West Africa (ISWA) dan Boko Haram. Selain itu, dialog ini juga akan membangun kerja sama antara Inggris dan Nigeria dalam menanggapi konflik dengan kelompok ekstremis di kawasan timur laut negara itu. Dialog ini, setelah sebelumnya pada tahun 2018 Inggris dan Nigeria juga telah menandatangani kesepakatan kerjasama keamanan dan pertahanan, telah menghasilkan rancangan kebijakan baru untuk memperdalam keterlibatan Inggris dengan otoritas keamanan Nigeria. Hal ini dirinci dalam pernyataan resmi bersama yang dikeluarkan oleh kedua negara setelah pembicaraan.

Penasihat kebijakan yang ditugaskan oleh Inggris ke Nigeria juga akan berbagi pengalaman dan membantu pasukan Nigeria merespons aktivitas kriminal secara efisien dan efektif di seluruh negeri. Selain itu, akan ada dukungan Inggris untuk usaha Nigeria yang ingin lebih melibatkan masyarakat sipil dalam perumusan kebijakan di beberapa negara bagian. Ini akan membantu meningkatkan keamanan sipil dan memungkinkan tentara Nigeria untuk memfokuskan upayanya memerangi terorisme. Hal ini merupakan terobosan baru, mengingat keterlibatan dan intervensi militer dalam politik di Nigeria termasuk tinggi. Keterlibatan militer Nigeria dalam proyek demokratisasi di Nigeria ini berlatar belakangkan pandangan bahwa militer Nigeria merupakan garda penjaga prinsip-prinsip demokrasi di Negara tersebut. Sekalipun dalam realitanya, hal ini masih seringkali menyimpang dengan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, keterlibatan ini juga mendorong banyaknya purnawirawan militer yang mengambil panggung politik di Nigeria. Sekalipun secara prinsip demokratisasi hal ini tidaklah salah, namun realitanya, hubungan patronase antara pejabat militer aktif dengan purnawirawan militer di Nigeria masih cukup kuat.

Dukungan dan kerjasama keamanan antara Inggris dan Nigeria ini didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah latar belakang ekonomi. Selain mengganggu hubungan bilateral yang terjalin antara Nigeria dan Negara-negara Afrika lainnya, Boko Haram secara langsung juga mengganggu kepentingan Negara Eropa, termasuk Inggris, di Nigeria. Gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh Boko Haram di Nigeria secara langsung mengganggu perkembangan ekonomi di Nigeria termasuk dalam sektor investasi luar negeri, sementara salah satu negara yang berinvestasi di Nigeria adalah Inggris, dimana berdasarkan fact sheet Department for International Trade Inggris, Nigeria merupakan partner kerjasama terbesar Inggris urutan ke 42. Pada penghujung 2022, kerjasama ini menghasilkan 0,4 % dari total perdagangan Inggris. Pada tahun 2020, saham keluar dari investasi langsung asing atau Foreign Direct Investment (FDI) dari Inggris di Nigeria adalah 5,1 miliar terhitung 0,3% dari total saham FDI keluar Inggris, sementara saham masuk investasi asing langsung di Inggris dari Nigeria adalah 780 juta. Tidak mengherankan jika gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh Boko Haram di Nigeria mendapatkan perhatian khusus dari Inggris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun