Mohon tunggu...
Ghina Salsabila
Ghina Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dinamika Rivalitas antara China dan AS, Bagaimana Posisi Geopolitik Indonesia?

29 November 2021   15:20 Diperbarui: 29 November 2021   16:38 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: AsiaToday.id

Seperti yang sudah kita ketahui, posisi Indonesia dari sisi geografis berada di antara dua samudera, yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang dimana hal ini sangat menguntungkan dan juga bernilai strategis bagi kepentingan nasional Indonesia secara geopolitik.

Selain itu di antara negara-negara ASEAN, Indonesia juga memiliki jumlah populasi penduduk, gugusan pulau, wilayah daratan dan laut yang terluas dan terbesar. 

Indonesia juga dikenal sebagai negara yang dikelilingi oleh lautan luas dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah didalamnya. Dengan kondisi laut Indonesia yang strategis telah membuat lintasan laut Indonesia sebagai jalur perdagangan global terutama dengan adanya hubungan dibidang perekonomian, politik, dan perdagangan dengan Amerika Serikat dan China.

Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di Kawasan Asia Pasifik khususnya di Asia Tenggara, kawasan tersebut memiliki keunggulan pada sektor perekonomian yang cukup besar dan pertumbuhan ekonominya pun dapat terus meningkat, sehingga telah membuat negara-negara barat tertarik untuk memasarkan dan memenuhi barang produksi yang dibutuhkan di kawasan ini, terutama Amerika Serikat. 

Posisi yang dimiliki Asia Tenggara juga mulai diperebutkan oleh Amerika Serikat dan China karena memiliki posisi yang strategis dari segi geopolitik, geoekonomi, dan juga geostrategic untuk menyebarkan pengaruh dari segi kepentingan politik maupun ekonomi. 

Saat ini China telah muncul sebagai kekuatan baru di kawasan Asia Pasifik, kemunculan China sebagai negara superpower yang baru dapat memicu kondisi keamanan dan membuat ketidakstabilan di kawasan Asia Pasifik. 

IMF (International Monetary Fund) mengatakan bahwa meningkatnya kekuatan China dalam sektor politik, ekonomi, dan militer dapat membuat China menjadi mitra utama perdagangan di kawasan Asia dan menyaingi Amerika Serikat yang merupakan kekuatan utama di berbagai kawasan yang ada di dunia.

Isu mengenai rivalitas negara superpower antara Amerika Serikat dan China ini dalam sejarahnya dapat menyebabkan destabilisasi di kawasan tersebut. Seperti pada Perang Dunia II masa perang dingin, persaingan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat telah menimbulkan ketegangan sektor keamanan di beberapa kawasan Amerika Latin, Asia, dan Eropa. 

Rivalitas yang terjadi antara Amerika Serikat dan China tersebut disebabkan karena perebutan hegemoni penguasaan pada sektor perdagangan. Pasalnya negara-negara di dunia dan juga Indonesia dapat terkena dampak yang ditimbulkan atas terjadinya rivalitas antara Amerika Serikat dan China. 

Ketegangan meningkat ketika China mengklaim secara sepihak hampir 90% wilayah Laut China Selatan dan membuat ketegangan tidak hanya dengan Amerika Serikat namun juga dengan beberapa negara ASEAN, seperti Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia mengenai Kepulauan Natuna.

Secara geografis, perairan Laut China Selatan memiliki kekayaan sumber daya laut dan berbatasan langsung dengan beberapa negara ASEAN, China, dan Taiwan yang memiliki peranan penting dalam geopolitik Indo-Pasifik. 

Namun, perairan yang menjadi lintas laut utama untuk perdagangan internasional dapat membuat konflik Laut China Selatan menjadi sebuah ancaman mengenai stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Tenggara karena ambisi China terhadap wilayah tersebut. 

Amerika Serikat yang merupakan kompetitor utama dari negara tirai bambu ini, memandang bahwa klaim China terhadap perairan Laut China Selatan adalah ilegal dihadapan hukum internasional. Anthony Blinken, seorang Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan dengan tegas untuk menolak China yang mengklaim wilayah Laut China Selatan dengan memberikan dukungan kepada negara-negara Asia Tenggara. 

Menurut Anthony Blinken, tindakan yang dilakukan oleh China juga dapat memicu impunitas dan membuat ketidakstabilan besar di negara-negara lain.

Jika dilihat dari politik luar negeri Indonesia sendiri yang menganut sistem politik bebas-aktif. Posisi geopolitik Indonesia lebih baik untuk tidak berpihak kepada salah satu dari kedua negara tersebut. Indonesia yang bekerjasama dengan Amerika Serikat dan China pada sektor perdagangan dan ekonomi merupakan salah satu alasan utama mengapa Indonesia menjaga relasi dan bersifat netral dengan keduanya. 

Prinsip yang ada pada politik luar negeri bebas-aktif juga menggambarkan Indonesia untuk berusaha menjalin hubungan antar negara dengan mengutamakan perdamaian dan menghormati kedaulatan setiap negara. Indonesia juga harus menjaga kesejahteraan dan kedaulatan bangsa. 

Selain itu, dengan adanya Indonesia yang tidak berpihak di antara keduanya, Indonesia juga dapat mengutamakan peningkatan militer dan diplomasi ekonomi karena kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan Amerika Serikat dan China.

Daftar Referensi

Arbar, T. F. (2021, Agustus 10). Panas! AS-China Bentrok di Sini soal Laut China Selatan. CNBC Indonesia. cnbcindonesia.com

Fadhil, A. I. (2020, Maret 29). Politik Luar Negeri Indonesia dalam Dominasi China dan Amerika Serikat di Indo-Pasifik. PSDR LIPI. psdr.lipi.go.id

Hasian, K. M. (2021, Januari 24). Rivalitas Amerika Serikat dan Cina di Asia Pasifik. PSDR LIPI. psdr.lipi.go.id

Laut China Selatan, Klaim Teritori hingga Ribut AS-China. (2021, Januari 29). CNN Indonesia. www.cnnindonesia.com

Purba, A. O., & Rosevina, A. C. (2021). INDONESIA DAN RIVALITAS AMERIKA SERIKAT DENGAN CHINA DI KAWASAN ASIA PASIFIK. NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8(3), 177-182.

Sutrisno, & Meirinaldi. (2020). Indonesia dan Rivalitas Amerika Serikat dengan China di Kawasan Asia Pasific. Jurnal Ekonomi, 22(3), 202-217.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun