Mohon tunggu...
Ghina Nur Azzizah
Ghina Nur Azzizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

gatau mau diisi apa, yaudahlah ya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desa Tampakang: Bukti Keharmonisan Manusia dan Alam

20 Mei 2024   22:59 Diperbarui: 20 Mei 2024   23:40 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Desa Tampakang" Sumber: penulis (11/5)

Desa Tampakang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Paminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Keberadaan desa ini di atas permukaan air memberikan karakteristik tersendiri dan menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung. Desa Tampakang tidak hanya menawarkan pemandangan alam yang indah, tetapi juga menyimpan kearifan lokal yang kaya dan tradisi yang masih lestari hingga kini. 

Asal Usul Desa Tampakang

Desa Tampakang dahulu adalah hutan yang sangat lebat dan menjadi tempat tinggal bagi suku Dayak yang menganut agama Hindu. Zaman dahulu, saat musim kemarau, ada seorang warga dari Nagara yang mengalami hilang ingatan. 

Dia berkelana dan terus berjalan hingga mencapai Danau Panggang, kemudian melanjutkan perjalanan ke Tampakang. Lalu, akhirnya dia tiba di sebuah desa yang dihuni oleh suku Dayak. 

Saat itu, desa tersebut belum bernama Desa Tampakang. Seorang warga dari Nagara ini kemudian dirawat hingga sembuh oleh penduduk Dayak setempat. Penduduk Dayak tersebut menganggapnya sebagai bagian dari keluarga mereka.

Setelah 1-2 tahun berlalu, orang ini mulai merindukan kampung halamannya. Lalu dia memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Namun, sebelum meninggalkan desa itu, dia meninggalkan kain yang dibuat dari serat nanas untuk diikatkan ke sebuah ranting pohon yang bercabang. 

Dia melakukan itu sebagai penanda bahwa tempat itu lah tempat yang sebelumnya dia tempati, agar dia bisa kembali lagi ke desa itu. Oleh karena itu, desa ini dinamai Desa Tampakang, yang artinya kayu bacakang atau kayu bercabang.

Mitos di Desa Tampakang

Setelah seorang warga Nagara itu selesai mengikatkan kain di kayu yang bercabang, pulanglah dia ke kampung halamannya, yang disambut oleh keluarganya yang terkejut dengan kehadiran dia di sana. Ternyata, keluarganya selama ini menganggap bahwa dia sudah meninggal dan mereka sudah beberapa kali melaksanakan haul. 

Lalu dia bercerita bahwa beberapa waktu ini dia tinggal di sebuah desa pedalaman yang dihuni oleh suku Dayak. Di tempat itu, ikannya banyak, tetapi juga banyak buayanya. Kalau ingin mencari ikan, ayo kita ke sana, katanya.

Lalu berangkatlah dia bersama empat orang lainnya dan membawa alat penangkap ikan dari rotan untuk menangkap ikan di Tampakang. Pulang dari sana, mereka berlima membawa banyak ikan besar, seperti ikan gabus dan ikan toman. 

Sejak saat itu, orang yang berdatangan ke Tampakang semakin banyak, tujuan mereka adalah untuk menangkap ikan. Namun, saat itu ada seseorang yang sedang mencari ikan diserang dan dimakan oleh buaya. Lalu mereka berlima mendatangi orang sakti yang ada di Kalua, yaitu Datu Jafar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun