Mohon tunggu...
Ghina Muhada
Ghina Muhada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya melukis, memasak, traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemarau Panjang Diduga Jadi Penyebab Harga Garam Turun

9 Januari 2024   11:22 Diperbarui: 9 Januari 2024   11:53 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: Creative Market

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau panjang di Indonesia pada tahun 2023 disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu penyebab terbesar terjadinya musim kemarau panjang yang menyebabkan cuaca panas di Indonesia ini ternyata dipicu karena fenomena El Nino. Diketahui El Nino merupakan fenomena alam yang disebabkan karena peningkatan suhu permukaan laut yang umumnya terjadi setiap 2-7 tahun. Di Indonesia, dampak El Nino sangat berpengaruh pada berkurangnya curah hujan hingga menyebabkan musim kemarau panjang.

Dilansir dari CNBC, BMKG menyebut bahwa puncak El Nino di Indnesia terjadi pada bulan Juni 2023 dengan intensitas rendah hingga bulan September 2023. Namun, hingga lewat pertengahan bulan Oktober, sebagian besar cuaca di Indonesia masih panas dan beberapa daerah mengalami kekeringan. Lantas, kapan fenomena panas ekstrem dan kemarau panjang ini akan berakhir? Sebenarnya, BMKG awalnya memprediksi bahwa kemarau mungkin akan  berakhir pada akhir September 2023. Sayangnya, prediksi ini nampaknya meleset karena masih banyak wilayah Indonesia yang panas dan belum turun hujan.

Kemarau panjang merupakan fenomena yang memberikan dampak serius bagi petani produksi garam. Garam adalah bahan penting dalam industri makanan, industri farmasi, dan industri kimia lainnya. Penyebab turunnya harga garam disebabkan oleh kemarau panjang sehingga stok garam melimpah. Fenomena El Nino membawa keuntungan bagi petani garam yakni mempercepat masa panen garam dari rata-rata satu kali panen dalam sepekan menjadi dua kali panen dalam sepekan dengan hasil produksi meningkat hingga 50 persen. Tingkat produksi yang tinggi ini mengakibatkan peningkatan pasokan garam di pasar, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan harga garam karena persaingan yang lebih tinggi antara produsen garam. Selain itu, proses produksi garam juga menjadi lebih cepat dan kualitas garam lebih baik selama musim kemarau. Hal ini dapat menghasilkan stok garam yang melimpah, yang dapat mempengaruhi harga garam menjadi lebih murah. Ketersediaan garam yang melimpah saat musim kemarau ini menjadi penyebab utama penurunan harga garam. Namun, penting untuk di ketahui bahwa harga garam juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti permintaan pasar, faktor ekonomi dan juga import yang masih terus dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, situasi yang berbeda di setiap daerah juga dapat mempengaruhi harga garam selama musim kemarau.

Menurunnya harga garam saat ini mencapai 80% dari harga awal panen, Biasaya jika musim kemarau tiba petani garam justru meraup keuntungan, namun sayang harga garam setiap minggu nya semakin menurun. Jika pada bulan Juli lalu harga garam mencapai Rp.4.000 per kilogram, hingga memasuki awal tahun ini harga garam hanya Rp.700-900 per kilogramnya. Sedangkan biasanya pada saat musim hujan saja harga garam mencapai Rp.2.000, rendahnya harga garam ini tak sedikit petani garam yang memilih untuk menyimpan garamnya digudang untuk dijual saat harga garam kembali naik.        

"Pada bulan Juni 2023, cuacanya masih ada hujan sehingga proses pembuatan garamnya agak lama. Sedangkan saat ini setelah airnya matang dan dituang di lahan pengeringan dalam waktu sepekan sudah bisa dipanen," kata Mundi, salah seorang petani garam asal Desa Dresi Kulon, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang.

Hanya saja, kata Kasipin, "harga jual garamnya saat ini turun karena bulan Juni 2023 bisa mencapai Rp4.000 per kilogramnya, kini hanya laku Rp 1000/kg".

Tidak terkendalinya harga garam hingga terjun bebas disebabkan karena tidak ada standarisasi harga yang ditetapkan oleh pemerintah untuk komoditas garam. Agar harga garam stabil dan petani bisa merasakan manisnya garam,  untuk itu penting agar pemerintah bisa menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET). Akan tetapi, dengan solusi yang tepat seperti standarisasi harga, diversifikasi usaha, akses pemasaran yang memadai, serta dukungan dari pemerintah, petani garam dapat mengatasi tantangan ini dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun