Mohon tunggu...
GHINA KHAIRUNNAJAH
GHINA KHAIRUNNAJAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA| PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010167

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

TB - 2 Kebatinan Mangkunegara IV Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

28 November 2024   17:30 Diperbarui: 28 November 2024   17:30 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai contoh, dalam merancang kebijakan pengentasan kemiskinan, seorang pemimpin yang berempati dan peka terhadap kesenjangan sosial akan merancang program yang memberi kesempatan yang lebih besar bagi kelompok masyarakat miskin untuk mengakses pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Selain itu, mereka juga akan lebih cenderung untuk mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin melalui kebijakan redistribusi kekayaan yang adil dan berkelanjutan. Dengan cara ini, pemimpin dapat menciptakan sebuah masyarakat yang lebih sejahtera dan inklusif, di mana tidak ada satu pun kelompok yang terabaikan atau tertinggal.

4. Memperkuat Solidaritas Sosial

Kepekaan sosial dan empati dalam filosofi Mangkunegaran IV juga berperan penting dalam memperkuat solidaritas sosial di masyarakat. Pemimpin yang peka terhadap kebutuhan masyarakat dan memiliki rasa empati yang tinggi akan lebih mudah membangun hubungan yang harmonis antara berbagai kelompok masyarakat, meskipun mereka memiliki latar belakang atau pandangan yang berbeda. Keputusan-keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan keadilan sosial dan kesejahteraan bersama akan mengurangi ketegangan sosial yang sering muncul akibat ketidakadilan dan ketimpangan dalam kebijakan pemerintah atau otoritas yang ada.

Penting untuk dicatat bahwa solidaritas sosial juga bergantung pada kepercayaan yang dibangun antara pemimpin dan rakyat. Keputusan yang adil, transparan, dan memperhatikan kepentingan semua pihak, akan menumbuhkan rasa persatuan dan pengertian di antara anggota masyarakat. Dengan solidaritas sosial yang kuat, masyarakat akan lebih mudah bekerjasama dalam menghadapi tantangan bersama dan menjaga kedamaian serta kestabilan sosial yang diperlukan untuk kemajuan bersama.

5. Menumbuhkan Kepemimpinan yang Beretika

Kepemimpinan yang beretika adalah salah satu nilai inti dalam filosofi Mangkunegaran IV. Pemimpin yang berempati dan peka terhadap kondisi sosial masyarakat akan senantiasa memperhatikan dimensi etis dalam setiap keputusan yang mereka ambil. Etika kepemimpinan ini mencakup integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan rasa keadilan yang tinggi terhadap semua lapisan masyarakat. Seorang pemimpin yang beretika cenderung menghindari pengambilan keputusan yang dapat merugikan masyarakat, karena mereka mempertimbangkan dampak jangka panjang dan berusaha untuk selalu bertindak dengan cara yang benar dan bermoral.

Selain itu, pemimpin yang beretika juga akan lebih transparan dalam pengambilan keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap kebijakan yang diambil. Kebijakan yang dibuat dengan dasar etika yang kuat cenderung dapat mengurangi praktik korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan ketidakadilan dalam masyarakat. Etika juga membantu pemimpin untuk menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat, karena mereka dapat mempercayai bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada pertimbangan moral yang jelas dan adil.

6. Mengurangi Potensi Ketidakadilan dan Korupsi

Kepekaan sosial dan empati juga berfungsi sebagai benteng penting dalam mengurangi potensi ketidakadilan dan korupsi dalam pemerintahan. Pemimpin yang empatik akan lebih berhati-hati dalam membuat keputusan yang melibatkan kepentingan publik, karena mereka sadar bahwa setiap keputusan memiliki dampak sosial yang besar. Dalam filosofi Mangkunegaran IV, pemimpin yang peka terhadap kebutuhan masyarakat akan selalu mengutamakan kepentingan rakyat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu yang memiliki pengaruh besar.

Melalui kesadaran diri dan pengendalian terhadap dorongan untuk menyalahgunakan kekuasaan, pemimpin yang empatik dapat menghindari terjadinya korupsi, penyalahgunaan sumber daya negara, atau kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir orang. Kepekaan terhadap ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat akan membuat pemimpin lebih cenderung bertindak sesuai dengan prinsip kejujuran dan keadilan, menghindari kebijakan yang merugikan rakyat banyak, dan memastikan transparansi serta akuntabilitas dalam setiap langkah yang diambil.

7. Meningkatkan Transparansi dalam Pengambilan Keputusan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun