Mohon tunggu...
GHINA KHAIRUNNAJAH
GHINA KHAIRUNNAJAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA| PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010167

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG Universitas Mercu Buana Meruya Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

TB - 2 Kebatinan Mangkunegara IV Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

28 November 2024   17:30 Diperbarui: 28 November 2024   17:30 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filosofi Mangkunegaran IV tidak hanya menjadi warisan sejarah tetapi juga panduan berharga dalam membentuk pola kepemimpinan modern yang bermartabat, berintegritas, dan berorientasi pada kepentingan publik.

Mengapa Kepekaan Sosial dan Empati dalam Filosofi Mangkunegaran IV sebagai Faktor Pengarah Pengambilan Keputusan yang Lebih Adil

Kepekaan sosial dan empati, dua nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam filosofi Mangkunegaran IV, dapat mendorong pengambilan keputusan yang lebih adil karena keduanya berperan penting dalam membangun pemahaman dan sikap yang lebih peka terhadap situasi serta kebutuhan orang lain. Dalam konteks kepemimpinan, nilai-nilai ini tidak hanya mendasari keputusan yang diambil, tetapi juga menentukan arah kebijakan yang akan memengaruhi kesejahteraan masyarakat. Sebuah kepemimpinan yang peka dan penuh empati terhadap keadaan sosial masyarakat akan mampu menghasilkan kebijakan yang tidak hanya adil, tetapi juga mengarah pada pemerintahan yang lebih transparan, inklusif, dan berkelanjutan. Filosofi Mangkunegaran IV memandang kedua nilai ini sebagai inti dari kepemimpinan yang beretika, yang bertanggung jawab tidak hanya kepada diri sendiri, tetapi juga kepada masyarakat yang lebih luas.

1. Meningkatkan Pemahaman Terhadap Kebutuhan Masyarakat

Kepekaan sosial yang ditanamkan dalam filosofi Mangkunegaran IV mengajarkan pemimpin untuk lebih memahami realitas kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang berada dalam kondisi rentan. Kepekaan sosial membantu pemimpin dalam melihat berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk kemiskinan, ketidakadilan, dan marginalisasi sosial. Dengan pemahaman yang lebih mendalam terhadap permasalahan sosial ini, pemimpin dapat membuat kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Selain itu, kepekaan ini membantu untuk mendekatkan pemimpin dengan masyarakat, sehingga mereka lebih mudah untuk mendengarkan suara-suara yang selama ini mungkin terabaikan, seperti kelompok minoritas, perempuan, atau kelompok disabilitas. Dengan memperhatikan kebutuhan mereka, pemimpin akan mampu merancang kebijakan yang tidak hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu, tetapi memberikan manfaat yang lebih luas, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Sebagai contoh, dalam konteks pembuatan kebijakan ekonomi, seorang pemimpin yang peka akan lebih memperhatikan kebijakan yang berfokus pada pemerataan kekayaan dan pengentasan kemiskinan. Hal ini sangat penting dalam menciptakan pemerintahan yang adil, di mana keputusan-keputusan kebijakan tidak hanya menguntungkan kelompok-kelompok dengan sumber daya lebih banyak, tetapi juga mencakup kesejahteraan bagi masyarakat yang lebih miskin dan terpinggirkan.

2. Mengurangi Bias dalam Pengambilan Keputusan

Empati yang diajarkan dalam filosofi Mangkunegaran IV memungkinkan seorang pemimpin untuk dapat melihat dunia dari berbagai perspektif. Ketika seorang pemimpin memiliki empati, dia cenderung akan lebih objektif dalam pengambilan keputusan, karena mampu merasakan dan memahami perasaan serta tantangan yang dihadapi oleh pihak lain, terutama yang berada dalam posisi yang lebih lemah atau terpinggirkan. Dengan empati, seorang pemimpin dapat mengurangi potensi bias atau ketidakadilan dalam proses pengambilan keputusan, karena mereka akan lebih menyadari keberagaman pengalaman dan kebutuhan masyarakat.

Pemimpin yang empatik akan cenderung untuk mempertimbangkan berbagai perspektif sebelum memutuskan kebijakan yang berpotensi berdampak pada banyak pihak. Keputusan-keputusan yang diambil tanpa empati seringkali terjebak dalam bias pemikiran sempit yang hanya memikirkan kepentingan satu kelompok atau individu, mengabaikan kebutuhan kelompok lainnya yang mungkin lebih lemah. Dengan memahami dan merasakan kondisi hidup masyarakat secara langsung, pemimpin yang empatik akan mampu mengambil kebijakan yang lebih inklusif dan adil, dengan memperhatikan kesejahteraan semua pihak, bukan hanya yang sudah kuat atau lebih berpengaruh.

3. Mendorong Keputusan yang Berorientasi pada Kesejahteraan Bersama

Kepekaan sosial dan empati dalam filosofi Mangkunegaran IV tidak hanya mendorong pemimpin untuk memperhatikan kebutuhan individu, tetapi juga untuk mengutamakan kesejahteraan kolektif. Pemimpin yang memiliki kepekaan sosial tinggi tidak hanya mengutamakan keuntungan pribadi atau kelompok kecil yang memiliki kekuatan dan pengaruh besar, tetapi mereka mempertimbangkan kebijakan yang akan membawa manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat. Keputusan yang mementingkan kesejahteraan bersama tidak hanya berfokus pada keuntungan langsung atau ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan keadilan sosial dan pemerataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun