Mohon tunggu...
Ghina K
Ghina K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Goddess with a Blade

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menguak Misteri di Balik "Perang" Ojek Online vs Ojek Pangkalan

10 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 10 Februari 2023   12:02 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu Tanda Anggota Ojek. Sumber: Twitter

Keberadaan ojek online seperti Go-Jek dan GrabBike semakin merajalela. Namun, kemunculan ojek online tersebut justru dapat membuat ojek konvensional atau yang biasa disebut ojek pangkalan gusar. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari mereka berasumsi bahwa kehadiran ojek online dapat berpengaruh besar dalam sisi pendapatan mereka.

"Penumpang makin jarang, pendapatan jadi berkurang" Pernyataan yang dilontarkan oleh salah satu pengojek pangkalan, JU (59), menggambarkan bagaimana kehidupan pengojek pangkalan semenjak hadirnya ojek online.

JO (38) menyatakan bahwa jika dulu pengojek pangkalan di hina sehingga jarang sekali orang yang ingin menjadi pengojek. Tetapi bak dunia terbalik, sekarang justru banyak sekali orang yang jadi pengojek online bahkan di setiap sudut jalanan pun dapat terlihat pengojek online yang lengkap dengan atributnya.

"Dulu ojek pangkalan di hina, jadi banyak yang ga mau ngojek. Tapi sekarang mah kebalik,banyak yang mau ngojek" Ujar JO (38) saat ditemui di satu pangkalan ojek di daerah Kabupaten Bandung.

Pendapatan dan jumlah penumpang harian ojek pangkalan dapat menurun hingga lebih dari 50% dibandingkan dengan sebelum adanya ojek online.

"Pendapatan sekarang makin turun, kadang sehari cuma 30.000, jauhlah sama sebelum ada ojek online. Bapak sehari bisa nyampe 70.000 -- 100.000" Ujar S (45) yang telah menjadi pengojek pangkalan selama 23 tahun lamanya di kawasan Gegerkalong, Kota Bandung.

"Sangat berpengaruh besar terhadap ojek pangkalan, ya intinya merugikan para ojek pangkalan seperti bapak. Kalo dulu tuh sehari 15 atau 20 orang pasti ada, sekarang 2 atau 3 orang" Pengojek pangkalan di salah satu kawasan di Kota Bandung, T (53) pun merasakan hal yang sama.

Pangkalan Ojek kawasan Gegerkalong, Kota Bandung. Sumber: Penulis
Pangkalan Ojek kawasan Gegerkalong, Kota Bandung. Sumber: Penulis

MENGAPA TIDAK MAU BERALIH?

Transisi ojek pangkalan menjadi ojek online sesungguhnya dapat sangat menjanjikan baik bagi para pengojek maupun bagi penumpang. Namun, ojek pangkalan masih tetap eksis ditengah- tengah kehidupan sehari-hari manusia yang saat ini diselaraskan dengan kecanggihan teknologi. Lantas mengapa pengojek pangkalan yang tetap eksis ini tidak mau beralih menjadi pengojek online?
 

Setelah ditelusuri, ternyata terdapat benang merah dari para pengojek pangkalan ini mengenai alasannya untuk tidak beralih menjadi pengojek online. Pertama, adanya kendala dalam perihal kesiapan mereka untuk memenuhi persyaratan menjadi pengojek online seperti sepeda motor yang tidak dapat didaftarkan hingga gagap teknologi.

"Motor bapak gabisa di daftarin, karena kan ada ketentuan harus dari tahun berapa sampe berapa. Motor bapak sudah terlalu jadul" Ujar T (53).

"Bapak juga kurang ngerti teknologi neng (kak), nih make hp aja hp jadul" Ujar JU (59) saat ditemui di pangkalan ojek kawasan Kota Bandung.

Bahkan diantara pengojek pangkalan pun ada yang telah melakukan pendaftaran ojek online namun terkendala fasilitas handphone yang tidak memadai sehingga dirinya tidak melanjutkan proses pendaftaran tersebut.

"Dulu juga pernah daftar, tapi ga dilanjutkan. Banyak faktor penyebabnya yang belum siap ya Handphone (salah satunya)" Ujar C (47), salah satu pengojek pangkalan di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung.

Benang merah kedua adalah perspektif pribadi dari pengojek pangkalan yang merasa bahwa mendaftar ojek online terkesan rumit sehingga pengojek pangkalan ini malas untuk mengurus pendaftaran ojek online tersebut.

"Ada keinginan tapi saya males urus syarat -- syaratnya jadi udahlah yang ada aja ini ojek pangkalan" Ujar S (45)

Hal serupa pun dirasakan oleh pengojek pangkalan lain di tempat yang berbeda, Y (55) yang pada tahun 2018 silam baru menjadi pengojek pangkalan di kawasan Cimahi.

"Harus daftar dulu males bapak neng, mending gini aja jadi ojek pangkalan duduk aja nungguin penumpang" Ujarnya saat ditemui di pangkalan ojek di daerah Cimahi.

Gambaran "keribetan" proses mendaftarkan diri untuk menjadi ojek online dibagikan oleh salah seorang pengguna Quora, Kiki yang saat ini tinggal di Jakarta. Kiki membagikan pengalamannya tentang bagaimana alur pendaftaran menjadi driver ojek online sehingga dapat pengojek pangkalan "malas" untuk beralih menjadi pengojek online.

"Pertama harus daftar online setelah itu nunggu panggilan SMS yang ga tau datangnya kapan, bisa sebulan, 3 bulan tergantung dibukanya lowongan. Setelah dapat panggilan SMS, datang kesana, wow, antrinya, ga puluhan, tapi ratusan orang. Ikut tes tertulis yang saya lupa soalnya seperti apa, dan itu sudah makan waktu setengah hari. Lolos dari tes tertulis lanjut tes Drive, bawa motor sendiri pastinya, harus lengkap ya, spion cuma satu, gagal, lampu rem mati, gagal, ga bawa sarung tangan, gagal (ada yang jual sih Deket situ). Dan itu kita nunggu di atas motor yang pasti dilapangan terbuka dengan peralatan perang lengkap, helm, jaket dan sarung tangan (ada juga yang pakai pas sudah gilirannya). Dan setelah gilirannya sangat lebih mudah dari tes buat SIM, karena pakai motor sendiri yang kita sudah biasa kita pakai). Tapi ternyata ga semudah itu, jalurnya lebih pendek, dan karena ini ojek online, tes Drive nya harus boncengan loh, jadi ya bukannya mudah mlh tambah sulit. Apalagi kalo dapat boncenger yang badannya lebih besar dari driver. Gagal 2 kali ya pulang, nanti tunggu panggilan lagi. Makanya kebanyakan opang (ojek pangkalan) yang saya kenal ga mau ribet sama proses itu, apalagi yang belum punya SIM, harus 2 kali mengalami proses itu. Sangat melelahkan" Cuit Kiki melalui akun Quoranya.

Pangkalan Ojek di Kawasan Cimahi. Sumber: Penulis
Pangkalan Ojek di Kawasan Cimahi. Sumber: Penulis

KARTU TANDA ANGGOTA, DI BACKING POLISI?

Di dalam penelusuran, ternyata terdapat fakta menarik tentang keharusan pengojek pangkalan untuk mempunyai Kartu Tanda Anggota ojek. Hal ini seolah menjadi bukti tersirat bahwa terdapat "kerjasama" antara ojek pangkalan dengan aparat setempat.

"Setiap ojek pangkalan harus punya KTA--- Kan punya kartu trayek khusus (KTA) disini di pasar" Ujar JO (38) beserta rekannya, I (44) yang mengojek di kawasan Kabupaten Bandung.

Kartu Tanda Anggota Ojek. Sumber: Twitter
Kartu Tanda Anggota Ojek. Sumber: Twitter

Informasi mengenai adanya KTA ojek pangkalan ini juga disampaikan oleh pengojek pangkalan lainnya di tempat yang berbeda.

"Iya disini ada kartu tanda anggota, jadi ga sembarang orang bisa mangkal disini" Ujar A (53) yang saat ini mengojek di kawasan Cimahi.

Sama dengan di Banjaran, dimana pengojek pangkalan disini pun juga memiliki Kartu Tanda Anggotanya sendiri

"Ojek pangkalan udah punya kartu sendiri -- sendiri" Ujar D (51)

Ternyata Kartu Tanda Anggota (KTA) tersebut dikeluarkan oleh pihak kepolisian setempat bahkan untuk bisa mendapatkan Kartu Tanda Anggota tersebut, para pengojek pangkalan ini harus merogoh kocek terlebih dahulu.

"Padahal kan orang yang mau ngojek juga harus buat kartu pake biaya, ga sembarangan ngojek" Ujar (44)

"Iya bikin anggota itu bayar kayak KTP gitu, tiap tahun diperpanjang ke polsek" Ujar JO(38)

Bukan hanya itu, JO(38) juga menambahkan bahwa dirinya perlu membayar sejumlah uang setiap bulannya untuk "pemasukan" bagi Dishub atau Polsek setempat dalam rupa iuran. Bahkan ojek pangkalan pun mempunyai susunan hierarki seperti ketua dan bendahara yang dimana mereka akan menjadi jembatan bagi pengojek pengkolan untuk "menyetorkan" iuran tersebut pada polsek atau dishub setempat.

"Terus buat biaya perbulan kan kita ada pemasukan ke Dishub atau ke Polsek... Ke ketua dulu (pengumpulan uangnya), nanti diurusin sama ketua buat ke Polsek atau ke Dishub" Tambahnya.

Hal tersebut secara tersirat dapat mengindikasikan adanya "kerjasama" antara pihak ojek pangkalan dengan pihak kepolisian dan atau dishub setempat. JO (38) juga menyinggung mengenai "kebijaksanaan" polisi kepada para pengojek pangkalan.

"Kalau misalkan ada yang kena tilang itu nanti ada kebijaksanaan dari Polisi. Jadi ngga dipersulit. Pentingnya bawa KTA ojek buat itu" Ujarnya.

Pangkalan Ojek kawasan Sukasari. Sumber: Penulis
Pangkalan Ojek kawasan Sukasari. Sumber: Penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun