Mohon tunggu...
GHINA HANIFAH
GHINA HANIFAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan Konseling UPI

Saya adalah seorang mahasiswa yang memiliki minat terhadap psikologi dan pendidikan. Menulis dan membaca adalah hobi yang dari dulu saya tekuni.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sindrom Celebrity Worship Pada Penggemar K-Pop Tanda Gangguan Kesehatan Mental?

3 November 2023   07:00 Diperbarui: 3 November 2023   21:43 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era globalisasi saat ini kita tidak dapat menghindari arus pertukaran informasi yang terjadi sangat cepat karena kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi ini dimanfaatkan oleh beberapa negara untuk memperkenalkan kebudayaannya. Korea Selatan adalah salah satu negara yang gencar dalam mempromosikan budaya mereka mulai dari fashion, makanan, produk kecantikan, dan yang paling populer saat ini adalah industri musik K-Pop. Boy group dan girl group seperti NCT, New Jeans, BTS dan Blackpink sudah sangat familiar terdengar di telinga kita karena hampir setiap saat orang-orang dan media massa membahas mengenai hal tersebut. Kepopuleran aliran musik K-Pop ini tidak hanya terjadi dalam kalangan remaja, tetapi anak hingga orang dewasa pun menyukai aliran musik yang satu ini. Tidak bisa dipungkiri aliran musik K-Pop ini memang sangat menarik perhatian khalayak umum karena selalu memberikan inovasi baru dalam setiap lagu dan album yang dikeluarkan sehingga memberikan kesan yang fresh atau baru. 

Memiliki kegemaran mengenai aliran musik dan idola tertentu dapat dijadikan sebagai salah satu hiburan di sela-sela realitas kehidupan yang melelahkan dan menimbulkan stres. Namun, tak jarang ditemukan penggemar K-Pop yang justru menjadikan kegemaran dan idolanya sebagai prioritas utama dan mengabaikan kewajibannya di kehidupan nyata. 

Ilmu psikologi menjelaskan mengenai fenomena inisebagai Syndrom Celebrity Worship (SCM). Sindrom ini merupakan suatu kecenderungan individu untuk selalu dekat dengan idolanya yang mengarah kepada perilaku dan tindakan disfungsional (Rojek, 2012). Salah satu perilaku sindrom celebrity worship yang sering ditemukan adalah ketika penggemar merasa seperti memiliki kedekatan dengan sang idola seperti berfantasi bahwa idola tersebut merupakan pacar atau suami mereka. Sehingga, mereka melakukan berbagai cara agar bisa menjadi lebih dekat. Mereka tidak segan untuk mencari tahu kehidupan pribadi sang idola, seperti membeli informasi penerbangan pesawat termasuk hari, jam, dan nomor kursi serta menguntit idolanya sampai ke hotel atau rumah. Tak tanggung-tanggung mereka rela menghabiskan puluhan hingga ratusan juta untuk memperoleh hal tersebut. Penggemar K-Pop yang kerap melakukan hal tersebut dikenal dengan istilah sasaeng. Hal tersebut tentu saja membuat idol merasa risih karena merasa kehidupan pribadinya terusik.

Lalu apakah sindrom celebrity worship tersebut merupakan salah satu gejala terjadinya gangguan kesehatan mental?

Terdapat beberapa penelitian yang telah berhasil menemukan hubungan antara sindrom celebrity worship dengan kondisi psikologis seseorang. Menurut Maltby dkk. (2001) individu yang memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah dapat menyebabkan individu tersebut tidak dapat mengelola konflik di kehidupannya dengan baik, sehingga melakukan celebrity worship untuk melarikan diri dari realita. Selain itu, Maltby dkk. juga menyatakan bahwa mereka menemukan gejala kecemasan dan depresi pada penderita sindrom celebrity worship tahap intense-personal dan borderline-pathological. Dimana pada tahap tersebut penggemar sudah mulai menaruh empati, melakukan imitasi dan fantasi berlebihan pada idolanya. Penelitian Zsila dkk. (2019) menemukan bahwa seseorang yang mengalami gejala gangguan psikologis seperti anxiety, depresi, hostility, dan paranoid membuat seseorang lebih mudah berfantasi dan terjerumus pada celebrity worship. 

Dari beberapa penelitian-penelitian yang sudah dilakukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sindrom celebrity worship dengan kondisi psikologis seseorang. Tentu hal tersebut dapat memengaruhi kesehatan mental jika terus menerus dibiarkan. Namun, bukan karena merasa mengalami gejala sindrom celebrity worship kita dapat mengklaim bahwa kita memiliki gangguan kesehatan mental. Jadi, tetap kita harus mendatangi ahli seperti psikolog agar mereka dapat mendiagnosis kondisi kesehatan mental kita dan memberikan penanganan yang tepat.

Menurut Maltby dkk. (2003) salah satu cara mengantisipasi terjadinya celebrity worship pada individu adalah dengan menanamkan nilai religius, sehingga individu tersebut memiliki kepatuhan yang tinggi kepada Tuhan. Dengan demikian, individu tersebut cenderung memiliki kemungkinan yang kecil untuk mengalami sindrom celebrity worship.

Referensi:

Maltby, J., Houran, J., & McCutcheon, L. E. (2003). A clinical interpretation of attitudes and behaviors associated with celebrity worship. Journal of Nervous and Mental Disease, 191(1), 25--29. https://doi.org/10.1097/00005053-200301000-00005

Maltby, J., McCutcheon, L. E., Ashe, D. D., & Houran, J. (2001). The Self-Reported Psychological Well-Being of Celebrity Worshippers. North American Journal of Psychology, 3(3), 441. https://www.researchgate.net/publication/353979393

Rojek, C. (2012). Fame Attack: The Inflation of Celebrity and Its Consequences. Bloomsbury. https://doi.org/10.1177/0094306115570271qq

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun