Mohon tunggu...
ghinamufida
ghinamufida Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi-Universitas Pendidikan Indonesia

Hobi saya bernyanyi, travelling, dan mengarang cerita

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Pembelajaran IPS Dalam Menumbuhkan Sikap Tenggang Rasa

20 Desember 2024   23:49 Diperbarui: 20 Desember 2024   23:49 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sikap tenggang rasa merupakan suatu sikap yang harus ditumbuhkan sejak dini. Tenggang rasa merupakan sikap dalam menghargai dan menghormati orang lain, baik dari segi lisan, maupun perbuatan. Remaja di era sekarang ini seperti kehilangan arah dalam bertindak. Banyak kenakalan yang terjadi yang diakibatkan kurangnya rasa saling menghormati antar sesama. Di era globalisasi, sikap tenggang rasa mulai hilang di telan kemajuan zaman. Salah satu faktor yang melatar belakangi lunturnya sikap ini ialah akibat dari globalisasi, di antaranya munculnya sikap individualisme, perubahan nilai dan budaya, dan pengaruh dari sosial media. Menurut Alpian (2016) dalam (Iriyanti, 2019) Tepa selira, atau yang biasa dikenal sebagai tenggang rasa, adalah ketika seseorang menempatkan perasaannya di atas perasaan orang lain. Tenggang rasa juga identik dengan sikap saling mencintai dan menghargai sesama.

Masa sekolah merupakan masa yang menyenangkan, namun bagaimana jika masa tersebut malah di isi dengan rasa takut, cemas, dan intimidasi. Di Indonesia sendiri, kasus perundungan atau bullying akhir-akhir ini marak terjadi. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan sekitar 3.800 kasus perundungan di Indonesia sepanjang 2023. Ini adalah peningkatan signifikan dari angka yang dikumpulkan dari KPAI dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pada tahun-tahun sebelumnya, yang mencatat 226 kasus di 2022, 53 kasus di 2021, dan 119 kasus di 2020. Ironisnya, kasus intimidasi meningkat setiap tahun (Wibisana, 2024). Hal tersebut diakibatkan akibat kurangnya rasa saling menghargai antar sesama. Ketika kita memiliki sikap tenggang rasa, kita akan bersikap seenaknya, bahkan sampai melukai fisik.

Menurut Akhmad (2012:75) tenggang rasa dapat dilihat dari: 1. Dapat menghormati hak-hak orang lain, 2. Memiliki rasa sayang terhadap orang lain, 3. Menjaga sikap, perkataan dan tingkah laku yang nantinya akan membuat orang lain tersinggung (Agustina Iriyanti, 2019). Dengan kita memiliki sikap tenggang rasa maka Perselisihan dan konflik dapat dihindari dengan menciptakan suasana kekeluargaan dalam kehidupan bersama, yang memungkinkan kita untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, menghormati dan menghargai sesama. Menurut (Bamai Uma,2020) ciri-ciri orang yang memiliki tenggang rasa di antaranya (a) Perkataan: karakteristik pertama dari sikap tenggang rasa adalah dari segi perkataan. Orang yang memiliki sikap tenggang rasa akan mampu mempertimbangkan bagaimana mereka berbicara, dan (b) Perbuatan: Perbuatan adalah perilaku yang jarang sekali dapat dikontrol. (c) Orang yang memiliki sikap tenggang rasa cenderung lebih menghargai pendapat orang lain saat berinteraksi. Sangat penting bagi setiap orang untuk memiliki perspektif tenggang rasa. Ini bukan hanya dianjurkan oleh Pancasila, dasar hukum negara kita, sebagai satu-satunya filsafat hidup bangsa Indonesia, tetapi juga karena kita semua harus menyadari bahwa kita tidak bisa hidup dengan baik tanpa bantuan orang lain. Menumbuhkan sikap tenggang rasa dapat dimulai dari hal kecil, seperti dengan mengucapkan kata tolong, terima kasih, maaf.

Sekolah merupakan tempat yang tepat dalam mengajarkan sikap tenggang rasa. Tentunya dalam pembentukan karakter siswa banyak peran yang turut andil dalam segi perkembangan dan mengajarkannya, seperti lingkungan rumah, dan sekolah. Lembaga Pendidikan merupakan tempat di mana individu memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dalam rentang usia tertentu, seperti prasekolah, PAUD, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

Pembelajaran IPS memiliki tujuan yang selaras dengan sikap tenggang rasa, karena Pembelajaran IPS memiliki tujuan untuk memberi siswa pemahaman yang luas tentang berbagai konsep serta menumbuhkan dan mendidik nilai, etika, dan keterampilan berdasarkan pemahaman mereka (Teofilus Ardian Hopeman, 2022).  Contoh sikap tenggang rasa yang dapat diterapkan di sekolah  menolong teman yang mengalami musibah, tidak menganggap remeh orang lain, dan menghormati pendapat orang lain. Beberapa materi yang relevan dengan pendidikan karakter ini di antanya menghargai keberagaman budaya dan lingkungan alam yang ada di lingkungan sekitar, memahami dinamika di masyarakat, dan lainnya yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat.

Sebuah kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari bagaimana cara guru tersebut dalam menyampaikan sebuah materi yang di dalamnya memiliki menanamkan nilai moral dan etika. Peserta didik harus mampu membawa dirinya dalam keberagaman bermasyarakat. Metode pembelajaran yang menarik dapat menjadikan kegiatan belajar lebih terpadu dan bermakna. Menurut Jacobs memandang pembelajaran terpadu sebagai pendekatan kurikulum interdisipliner (HENNI ENDAYANI, 2023).

Metode yang cocok dengan pembelajaran ini di antaranya :

  • Problem Based Learning (PBL) Metode ini dianggap cocok karena dengan memperkenalkan contoh yang nyata diharapkan peserta didik akan lebih paham bagaimana dalam memahami tenggang rasa pada lingkungannya
  • Metode pembelajaran Inquiry Metode ini cocok, karena peserta didik akan berpikir kritis dan analitis. Sehingga akan dilatih dalam mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Seiring dengan berkembangnya era globalisasi yang lebih kebarat-baratan, banyak dampak yang timbul, baik sisi positif maupun negatif. Namun dampak-dampak tersebut harus dapat dikontrol, karena jika tidak maka dampak negatif yang akan lebih dominan. Salah sikap yang mulai hilang akhir-akhir ini ialah sikap tenggang rasa atau sikap saling menghargai perbedaan. Sikap tersebut mulai hilang sedikit demi sedikit akibat dari kemajuan teknologi yang tidak terkontrol. Banyak pihak yang terlibat dalam mendukung keberhasilan penanaman sikap moral ini, di antaranya keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Akan percuma jika sekolah telah mengimplementasikan namun tidak adanya kontrol dalam lingkungan keluarga. Menghargai orang lain bukan hanya untuk kalangan muda saja atau tua saja, namun sudah menjadi kewajiban bersama, menjaga kehidupan rukun dengan  saling menghargai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun