Keseteraan gender tidak hanya isu sosial, namun juga sebagai pilar yang memengaruhi kemajuan suatu bangsa. Menurut Holly dkk, dalam jurnal "Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Pengungkapan SDGs yang Dimoderasi Dualitas Gender" keseteraan gender dalam hal ini yaitu penerapan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di tempat kerja. Dengan adanya dewan direksi perempuan, organisasi akan memiliki posisi yang unik dan tertinggi untuk mencapai kinerja sosial dan keuangan.Â
Di Indonesia, pemerintah telah mengambil tindakan guna mendukung hadirnya keseteraan gender, dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 mengenai Penghapus Diskriminasi terhadap Perempuan dan pencanangan Sustainable Development Goals (SDGs), spesifik menitikberatkan tujuan kelima tentang pentingnya keseteraan gender. Meskipun demikian apakah kebijakan yang diberlakukan berjalan efektif?Â
Melalui SDGs nomor 5, kesetaraan gender telah menjadi agenda global. Namun, ada tantangan untuk melaksanakannya di berbagai bidang kehidupan. Kemajuan menuju keseteraan gender ini di Indonesia dihambat oleh berbagai hambatan antara lain struktural, budaya, dan sosial.Â
Hal ini terlihat dari Indeks Kesetaraan Gender yang dirilis oleh Badan Program Pembangunan PBB (UNDP), di mana Indonesia berada di peringkat 103 dari 162 negara, menjadikannya yang terendah ketiga di ASEAN.Â
Selain itu, data lain menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia pada tahun 2018 berada di angka 90,99, sementara Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) tercatat di angka 72,1. Data ini menggambarkan masih besarnya pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesetaraan gender di Indonesia.Â
Tantangan dalam Menuju Kesetaraan GenderÂ
1. Budaya Patriarki yang Masih Kuat
Di banyak wilayah, pola pikir patriarki masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Perempuan sering dianggap lebih cocok mengurus rumah tangga daripada berkarier atau berperan di luar ranah domestik. Anggapan seperti ini tidak hanya membatasi peluang mereka untuk mengembangkan diri melalui pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga menyulitkan mereka untuk terlibat dalam pengambilan keputusan penting, baik dalam keluarga maupun di ruang publik.Â
2. Tingginya Kekerasan Berbasis GenderÂ
Kekerasan terhadap perempuan masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Banyak kasus seperti kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual di tempat kerja, hingga kekerasan di ruang publik sering tidak terlaporkan. Hal ini disebabkan oleh stigma sosial yang melekat dan ketakutan korban terhadap respons negatif dari lingkungan sekitar.Â
3. Ketimpangan Ekonomi dan Terbatasnya PeluangÂ
Perbedaan akses ekonomi antara laki-laki dan perempuan masih menjadi persoalan yang nyata. Perempuan sering menerima gaji yang lebih rendah meskipun melakukan pekerjaan yang setara dengan laki-laki. Selain itu, beban pekerjaan rumah tangga yang tidak merata sering kali membatasi ruang mereka untuk mengembangkan karir. Di daerah pedesaan, tantangan ini semakin diperparah dengan sulitnya perempuan mendapatkan akses ke modal usaha, pelatihan, dan teknologi sumber daya penting yang seharusnya membantu mereka meningkatkan kualitas hidup.Â
Perkembangan Kesetaraan Gender di Indonesia
Walaupun tantangan dalam menuju kesetaraan gender masih cukup besar, Indonesia telah mencatat sejumlah perkembangan positif. Dikutip dari GoodStats kesetaraan gender Indonesia pada tahun 2024 naik 4,88% dalam 19 tahun. Sehingga kesetaraan gender di Indonesia pada tahun 2024 ada di skor 68,6%, Angka tersebut terpantau 0,01% lebih tinggi dari rata-rata global.Â
Lebih lanjut, dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Indonesia mengalami penurunan yang signifikan menjadi 0,447, memperlihatkan perbaikan yang stabil dalam kesetaraan gender. Dimulai dari sektor kesehatan, pemberdayaan dan tenaga kerja.Â