Mohon tunggu...
Lukmanudin Lukmanudin
Lukmanudin Lukmanudin Mohon Tunggu... -

PENDIDIKAN : STIA LAN RI PEKRJAAN : KARYAWAN PAM JAYA

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Di Kampus Unpad Ada Pasar Kaget (Pasar Paun)

20 Juni 2011   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:21 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh :  LUKMANUDIN

Bandung adalah salah satu kota yang penuh dengan keunikan, keanehan serta penuh dengan kreasi (ide-ide) yang tidak akan ada habisnya, kreasi makanan dari kue “surabi” yang trdisional sampai  kue yang moderen bandunglah tempatnya, selain dari  itu kreasi pakaianpun   dari yang biasa hingga yang nyentrik  ada disana (Bandung) lebih jauh lagi Bandung adalah kota kembang. Kembang identik dengan keharumannya, semerbaknya, indahnya sampai-sampai kembang dijadikan simbol tanda cinta kasih sayang bagi seseorang yang sedang memadu kasih, serta sering dipakai untuk lambang perdamaian.

Bandung bukan hanya sebagai kota yang penuh kreasi dengan makanan dan kota pusat  mode,  kota Bandung juga  tempatnya kulliner serta tempat menimba ilmu  dari tingkat pendidikan  yang paling bawah sampai perguruan tinggi  yang polpulerpun  ada. Dinamakan kota pendidikan  memang tidak terlepas  dari Bandung pusatnya percetakan dan penerbit buku atau lebih dikenal dengan nama Bandung kota  pelajar (kota intelek)

Siapapun orangnya apabila mendengar kota bandung sudah tidak asing lagi ditelinga,  lingkungan kota bandung adalah kota yang nyaman, dingin, sejuk serta terkenal dengan keramahtamahannya sampai-sampai Bandung  menjadi tujuan akhir pekan bagi masyarakat Jakarta khususnya, masyarakat daerah lain pada umumnya hanyalah untuk menikmati keanekaragaman makanan khas kota Parahiyangan.

Memang pada awalnya dimasa  penjajahan Belanda “Paris Van Java” (kini Bandung)  dirancang  sedemikian rupa untuk menjadi salah satu  tempat peristirahatan namun kini Bandung telah menjadi  sebuah kota Metropolitan dan menjadi kota yang penuh dengan gedung-gedung bertingkat misalnya Mall, Hotel, Plaza dan lain-lain yang telah menggusur ruang terbuka hijau (RTH).  Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan  dalam pencanangan  musin tanam di akhir tahun 2008 nanti mengatakan bahwa yang mengalihfungsikan lahan pertanian  dan sumber cadangan/resapan air diwilayahnya  terancan hukuman penjara lima tahun  walau perdanya dalam proses penysunan (PR 19 Nopember 2008). Kalau kita cermati ada dua persoalan  yang harus segera mendapat tanggapan atau respon dari pihak terkait.  Pertama, jangan terlalu mudah  untuk memberikan ijin pengguna lahan pertanian untuk kegiatan pembangunan fisik. Kedua, pihak pemerintah daerah dalam hal ini UNPAD  jangan terlalu mudah  memberikan ijin untuk berjualan kepada para pedagang di lokasi kampus.

Diperkirakan lima belas tahun sudah  lokasi  kampus  UNPAD  di Jatinangor  bukanlah waktu yang cukup singkat, dengan mudahnya pihak UNPAD memberikan lapak untuk berjualan di lokasi sarana pendidikan kepada para pedagang musiman yang digelar tiap hari minggu (PaUn),  hal ini dikhawatirkan  akan menjadi alih fungsi dari lokasi yanag semestinya tempat menimba ilmu  menjadi lokasi tempat berkumpulnya para pedagang (pasar kaget).

Pengalaman  adalah guru yang paling baik

Dengan melihat kepada pengalaman  yang sudah ada misalnya di daerah kawasan Jatinegara Timur tepatnya di depan lapangan “Oerip Soemohardjo” Jakarta Timur pemerintah setempat merasa kewalahan untuk menertibkan  para PKL dan merasa sulit  untuk mengusir mereka (para pedagang) dan sudah berpuluh-puluh tahun mereka menjajakan  dagangannya ditempat itu,

Lain dengan yang ada di komplek perumahan Binong Permai, Karawaci Tangerang – Banten, pada awalnya satu orang pedagang sayur setiap pagi sebelum berangkat untuk menjajakan sayurannya disekitar komplek  para pembeli selalu berdatangan ke tempat tukang sayuran tersebut, lama kelamaan tukang sayuran bertambah dan pembelipun semakin ramai,  pada akhirnya bukan hanya tukang sayuran yang berjualan melainkan tukang ikan, tukang daging dan lain-lain, sampai kebutuhan rumah tanggapun tercukupi (komplit) sebagaimana layaknya pasar Inpres maka jadilah pasa kaget, pihak RW mencoba untuk memberi penjelasan bahwa didalam komplek tidak diperkenan ada pasar,  selain terkesan kumuh juga kotor dengan sampah-sampah. Namun sudah terlajur menjamurnya para pedagang pasar kaget, akhirnya sulit juga untuk diusir karena mereka sudah mempunyai lapak masing-masing dan selalu  membayar  iuran kepada petugas yang tidak diketahui dari instansi mana (Kelurahan atau Kecamatan). Fenomena ini dapat kita jumpai dimana-mana bukan hanya di Jakarta, Bandung, Surabaya, Banten  saja,  di daerah-daerah lainpun semacam ini pasti ada.

Demikian pula seperti halnya yang selama ini pihak UNPAD yang berlokasi di Jatinagor  telah memberikan kelonggaran kepada para pedagang musiman, hal ini  dikhawatirkan  akan mengakibatkan Pertama, para pedagang akan sulit diusir karena merasa telah membayar iuran kebersihan. Kedua, lama kelamaan lokasi yang mereka tempati karena tidak merasa nyaman mungkin becek karena adanya hujan apalagi bagi pedagang ikan, sayuran akan menyemen (mengecor) disekitar area dagangannya, ini baru satu,  dikalikan saja berapa ratus pedagang yang tiap hari minggu berjualan disana (pasar PaUn) dipastikan  akan mengakibatkan hilangnnya lahan resapan air dilokasi kampus  (UNPAD). Ketiga, Pemandangan disekitar  Kampus tidak lagi menjadi asri, hijau, teduh dan nyaman namun jika itu dibiarkan  dengan sendirinya suasana akan menjadi rumit  dan menjadi persoalan antara para pedagang dengan pihak UNPAD. Keempat, untuk mengembalikan kenyamanan dilingkungan kampus agar pihak UNPAD berani memprioritaskan pengembalian  lokasi kampus  sebagai tempat yang nyaman, indah dipandang mata, PTN dan para pedagang harus duduk bersama membicarakan  permasalahnya  untuk jangka waktu yang akan datang demi menyelamatkan lokasi yang asri dilingkungan PTN UNPAD, bahwa sesungguhnya daya tarik mahasiswa adalah kenyamanan  dan kesejukan dalam belajar, kalau kampus  semerawut dengan pasar, bau sampah yang menyengat, lingkungan menjadi kumuh insya allah tidak akan ada lagi calon mahasiswa yang ingin mendaftarkan/melanjutkan ke PTN tersebut.

Pada akhirnya saya hanya bisa merasa prihatin terhadap  tindakan apa yang dilakukan oleh kalangan pejabat UNPAD (rektor/dosen) bisa memberikan fasilitas kepada para pedagang untuk berjualan di area lingkungan pendidikan tersebut  yang hanya sekedar  untuk meramaikan suasana dipagi hari, demikian pula bagi para mahasiswanya belum ada tindakan yang bisa memberi masukan kepada pihak rektorat, lain dari pada itu imbasnya jalur lalu lintas terhambat (macet), numpuknya sampah dipintu gerbang yang tidak sedap dipandang mata. Demikian apa yang saya tulis semoga menjadi bahan pertimbangan bagi kalangan rektorat atau  pejabat  pemerintah kota Bandung  (Pemkot) untuk menertibkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun