FOMO (Fear of Missing Out) semakin marak di era internet saat media sosial menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Disebabkan oleh perbandingan sosial di platform seperti Instagram, Facebook, dan X (dulu Twitter), FOMO merujuk pada perasaan cemas atau takut akan tertinggal atau kehilangan kesempatan yang sedang berlangsung. Ini sering membuat seseorang merasa harus mengikuti tren atau terlibat dalam setiap kegiatan yang tampaknya menarik agar mereka tidak merasa terisolasi atau tertinggal.
FOMO dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan stres emosional. Siklus ini cenderung membuat seseorang mengukur kebahagiaannya berdasarkan apa yang dimiliki atau dilakukan orang lain. Keinginan untuk selalu tahu apa yang terjadi di sekitar mereka atau untuk selalu mengikuti apa yang disukai orang lain.
Mereka yang terjebak dalam siklus FOMO sering kali merasa seperti mereka kehilangan sesuatu yang sangat penting atau menyenangkan, meskipun mereka mungkin sudah memiliki cukup banyak pengalaman yang bermakna. Dalam kasus krisis identitas, FOMO juga dapat menyebabkan seseorang merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya karena perasaan terus-menerus terhubung dengan kehidupan orang lain yang seolah-olah sempurna di mata mereka.
Namun, perspektif Islam sangat berbeda. Dalam ajaran Islam, penting untuk menumbuhkan rasa syukur atas apa yang kita miliki dan dengan senang hati menerima takdir Allah. Rasa puas dengan apa yang telah diberikan Allah, atau "qana'ah", adalah salah satu prinsip Islam yang sangat penting. Sifat ini mengajarkan orang Islam untuk menghindari merasa tidak puas dengan kehidupan mereka dan tidak merasa perlu untuk mengejar sesuatu.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Seseorang yang paling bahagia adalah yang selalu bersyukur, meskipun sedikit yang dimilikinya." Hal ini mengingatkan kita untuk meningkatkan rasa syukur dan mengelola apa yang kita miliki dengan baik daripada terjebak dalam hasrat untuk memiliki segalanya seperti yang dimiliki orang lain.
Untuk menghindari dampak negatif FOMO dalam krisis identitas ini, penting bagi orang-orang untuk mulai menyadari bahwa perasaan mereka bukanlah bukti kenyataan. Langkah-langkah penting termasuk meningkatkan kesadaran diri, berkonsentrasi pada pertumbuhan pribadi yang lebih otentik, menerima ke tidak sempurnaan dan harus mulai mensyukuri atas apa yang kita miliki.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI