Masih ingat dengan persoalan hubungan industrial antara buruh pabrik Aice dengan manajemen perusahaan? Pada Oktober 2020, terjadi skandal yang melibatkan perusahaan es krim Aice dan para buruhnya.
Yang menjadi persoalan adalah perusahaan Aice dituduh melanggar hak-hak buruh, termasuk upah yang tidak mencukupi, jam kerja yang berlebihan, dan kondisi kerja yang tidak aman. Buruh juga mengklaim bahwa Aice melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa alasan yang jelas.
Setelah adanya tekanan dari serikat buruh dan publik, Aice memutuskan untuk melakukan perubahan. Mereka mengakui beberapa pelanggaran dan berjanji untuk memperbaiki kondisi kerja serta memberikan kompensasi kepada para buruh yang terdampak.
Namun, serikat buruh dan para pekerja masih belum puas dengan respons perusahaan. Mereka menyatakan bahwa tindakan yang diambil oleh Aice masih belum memadai untuk mengatasi masalah yang ada. Konflik ini telah menarik perhatian media dan masyarakat secara luas, serta memicu perdebatan mengenai perlindungan hak-hak buruh di industri es krim.
Kenapa bisa terjadi konflik dan berkepanjangan? Dalam studi kasus yang kami lakukan satu faktor yang melatar belakangi kasus tersebut adalah iklim komunikasi organisasi, setalah kami mencoba menganalisa dari kejadian yang ada kami melihat adanya iklim komunikasi yang kurang baik pada kasus tersebut,
Dalam studi kasus ini, penting bagi perusahaan Aice untuk menerapkan transparansi dan penanganan konflik yang efektif. Mengkomunikasikan secara jelas masalah yang dihadapi oleh para buruh, serta komitmen perusahaan untuk memperbaiki situasi, dapat membantu membangun kepercayaan dan memperbaiki iklim komunikasi organisasi.
Aice perlu meningkatkan komunikasi internal dengan para buruhnya. Membuka saluran komunikasi yang terbuka, seperti forum atau rapat reguler, dapat memberikan ruang bagi para buruh untuk menyampaikan masalah dan aspirasi mereka secara langsung kepada manajemen. Hal ini dapat membantu menghindari munculnya ketegangan yang lebih besar dan memfasilitasi pemahaman yang lebih baik antara kedua belah pihak.
Aice dapat membangun hubungan harmonis dengan buruhnya melalui keterlibatan dan partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan. Melibatkan para buruh dalam proses yang mempengaruhi pekerjaan dan kondisi kerja mereka dapat memberikan rasa memiliki dan meningkatkan iklim komunikasi organisasi yang inklusif.
Dalam kesimpulan, studi kasus antara buruh dan perusahaan Aice menunjukkan pentingnya membina hubungan harmonis dalam lingkup dan strategi komunikasi organisasi. Transparansi, komunikasi internal dan eksternal yang efektif, keterlibatan dan partisipasi, serta keterlibatan pihak ketiga dapat menjadi langkah-langkah penting dalam memperbaiki iklim komunikasi organisasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H