Natal merupakan momentum penerang jiwa atas lahirnya peradaban Kristen (cinta kasih, damai, keselamatan, kebangkitan, kepedulian) berbasis keimanan yang kukuh. Pasalnya, umat Kristian menyakini tugas mulian kehadiran Sang Juru Selamat ke bumi ini sebagai penerang atas segala bentuk kegelapan, kejahatan dan keburukan. "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12); “Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Lih. Yoh.1:9-11). Keseruisan membumikan pesan suci Mesias pun menjadi tama bersama Natal antara Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dengan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang bertajuk “Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia” (bdk. Yoh. 1:9) (www.pgi.or.id) Ditengah-tengah menurunnya sikap ramah dan arif di Jawa Barat. Kehadiran natal diharapkan menjadi momentum bagi seluruh umat beragama di Jawa Barat untuk makin meningkatkan toleransi dan sikap damai dengan cara menahan diri supaya membiasakan berdialog dalam menyelesaikan segala persoalan. Ini dikemukakan oleh Miftah Faridl, Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Bandung Dialog sangat penting dalam menjembatani segala perbedaan tanpa menggunakan jalan kekerasan. Ia mencontohkan pandangan dalam Islam yang menyebutkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. ”Rahmatan lil alamin artinya menjadi rahmat bagi seluruh alam. Momentum Natal ini sekaligus menjadi pembuktian bagi makna Islam itu,” ujarnya. Konsep damai dan penghargaan kepada umat beragama lain untuk beribadah tidak hanya dikenal dalam Islam. Agama apa pun mengajarkan umatnya untuk saling menghormati dan bertoleransi. ”Umat agama apa pun sudah sepatutnya menghargai dan memberikan kesempatan kepada saudara-saudara kita merayakan Natal. Sikap memaksakan kehendak serta pandangan kepada orang lain tidak diajarkan dalam agama apa pun,” ungkapnya. (Kompas, 24/12) Sejatinya, kehadiran Natal 2010 yang diperingati setiap tanggal 25 Desember diharapkan menjadi momentum awal dalam menjaga keharmonisan, keseimbangan, keselarasan antarmanusia sekaligus membangun kerukunan kehidupan antarumat beragama yang toleran, damai, adil, rukun di bumi pertiwi ini. Selamat Natal 2010 dan Tahun Baru 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H