[caption id="attachment_85136" align="aligncenter" width="600" caption="Sejumlah tokoh agama, antara lain, (dari kiri) I Nyoman Udayana Sangging, Andreas A Yewangoe, Ahmad Syafii Maarif, Bikkhu Pannyavaro, dan D Situmorang, hadir dalam pertemuan di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Senin (10/1). Para tokoh itu mengkritik kinerja pemerintah/Ilustrasi Admin/ (KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)"][/caption] Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah SBY semakin menjadi-jadi. Betapak tidak, para agamawan yang tergabung dalam badan pekerja gerakan tokoh lintas agama ikut menyurakannya sekaligus melawan kebohongan atas segala kebijakan pemerintah. Memasuki tahun 2011 keseriusan pegiat lintas iman untuk melawan kebohongan ini telah digelar diskusi dan dengar pendapat publik sampai dua kali; Pertama, bertempat di gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Senin (10/1); Kedua bertempat di PGI (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia), Jumat (14/1) Menurut Syafii Maarif, "Monster kerapuhan sedang mengelilingi negara kita. Moral, politik semuanya rapuh," ujar Buya dalam pernyataan publik tokoh lintas agama bertajuk "Pencanangan Tahun Perlawanan Terhadap Kebohongan: Pengkhianatan Harus Segera Dihentikan". Pemerintah masih mengedepankan pencitraan dan bersikap berpura-pura. Salah satunya adalah dalam upaya penegakan hukum dan HAM. "Memberantas korupsi, menjaga lingkungan hidup beserta kekayaan, kantong kemiskinan masih sangat mudah ditemukan di mana-mana. Rakyat kecil tidak pernah merasakan keadilan dari pertumbuhan ekonomi," kata Romo Benny Soesatyo, Sekretaris Jenderal Konferensi Wali Gereja Indonesia. (Tempo, 10/1) Para tokoh lintas agama menawarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk bertemu guna menyampaikan pandangan soal permasalahan bangsa. "Hanya yang harus memanggil Presiden SBY sendiri," kata Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu`ti Alih-alih lantaran tokoh lintas agama tidak memiliki komunikasi politik langsung dengan Presiden, maka pernyataan ini dinilai pemerintah telah melakukan pembohongan publik. "Pernyataan tokoh lintas agama hanya untuk mengkritisi pemerintah. Ini merupakan bagian tanggung jawab warga negara terhadap masa depan negara," katanya. Ini dikemukakan oleh Staf khusus Presiden bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparingga, mengatakan, pernyataan soal 18 kebohongan pemerintah itu belum diputuskan oleh para tokoh lintas agama. "Ada beberapa tokoh lintas agama yang kurang setuju," katanya. (Metro TV, 14/01) Mengenai keterlibatan tokoh lintas agama dalam mengkritisi pemerintah ini, Sukron Abdilah Koordinator Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung memberikan komentar "Hal ini mengindikasikan ada kesatuan misi agama untuk memerangi heroisme kenegaraan yang dilakukan SBY. Saya yakin ini merupakan sinyal posotif bagi kebersamaan memerangi dehumanisasi. Tokoh agama sedang menggelorakan pluralisme dengan semangat humanisme transedental. Yang dapat menyatukan perbedaan adalah ajaran humanisme yang didukung tiap agama" komentarnya 15 Januari 2011 14:12:52 Untuk itu kita harus mendukung gerakan toko agama melawan kebohongan, seperti ditulis Abdul Kholik Mahmudi peneliti Ahimsa Institute "Keresahan tokoh lintas agama adalah keresahan kita juga. Hidup masyarakat tak kunjung membaik, dilain pihak pemerintah seolah sudah lupa janjinya. Bahkan malu pun tidak punya. Gerakan politik tidak dapat menekan SBY karena belenggu koalisi dan mentalitas politisi yang minus kebajika. Suara tokoh agama masih kita percaya apolitis. Ini alternatif suara masyarakat. Kita harus mendukungnya" pesannya 15 Januari 2011 14:53:12 Ihwal gerakan ini memang perlu didukung secara bersama-sama supaya keluar dari pemimpin yang lalim kata Riva Rahayu mahasiswa Pascasarjana UIN SGD Bandung program studi religious studies "Panuju!! Jadi bukti mun ajaran dina sakabeh agama nu yakin kana wajibna numpas kabohongan, dilaksanaken ku tokoh-tokohna dirojong ku rahayatna, deur atuh mimitian ku paheuyeuk-heuyeuk leungeun ngeunceungkeun tali keur nanjerkeun nagara nu leupas tina pamingpin nu deteka ka bangsana" 15 Januari 2011 17:28:24 Kiranya, suara tokoh lintas agama ini perlu kita galakan supaya pemerintahan ini tidak disebut sebagai Negeri Para Bedebah oleh Adhi Massardi dalam puisinya "Ada satu negeri yang dihuni para bedebah/Lautnya pernah dibelah tongkat Musa/Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah/Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?/Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah/Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah/Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah Di negeri para bedebah/Orang baik dan bersih dianggap salah/Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan/Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah/Karena hanya penguasa yang boleh marah/Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah Maka bila negerimu dikuasai para bedebah/Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah/Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum/Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya Maka bila negerimu dikuasai para bedebah/Usirlah mereka dengan revolusi/Bila tak mampu dengan revolusi/Dengan demonstrasi/Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi/Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan" [Ibn Ghifarie]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H