Kepada Yth rekan-rekan penulis. Kami, harian Kompas mengundang rekan-rekan dalam acara silaturahmi akhir tahun pada hari selasa (21/12) pukul 16.00 sampai selesai di Geraha Kompas-Gramedia, Jl RE Martadinata 46 Bandung [Sekretaris Redaksi] 17 Desember 2010 18:14 51 Ajang silaturahim tahunan ini berubah menjadi pertemuan akhir bagi penulis. Pasalnya, sejak tanggal 02 Januari 2011 Kompas Jawa Barat ditutup. "Harian Kompas yang berada di daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Utara sejak 02 januari 2011 akan ditutup dan semua suplemen kedaerahan itu harus bergerak ke tingkat nasional" kata Dedi Muhtadi saat membuka Forum Silaturahmi penulis di Graha Kompas Jl. RE. Martadinata No. 46 Lantai 3 Bandung, Selasa (21/12) sore Sekitar 50 penulis Jabar ini merasa kaget dan mempertanyakan ihwal pengembalian Biro daerah ke pusat. Mengingat hampir semua harian nasional beralih ke daerah dengan merespon segala bentuk kearifan lokal. Kompas malah melakukan senteralisasi. Ini dikeluhkan oleh Muhamad Husen "Innalillahi wa inna ilaihi raaji'un. Hari ini Kompas lagi naik daun bila dibandingkan dengan Pikiran Rakyat dari segi penjualan dan penerimaan koran di Kota Bandung sekitar 06.30 wib, tapi di Tasikmalaya dan Subang jam 05. 30 kita bisa mendapatkan Kompas untuk dibaca dengan cepat" tegasnya Anehnya saat naik daun, Kompas malah berusaha mengambalikan suplemen daerah-daerah ini ke nasional. "Kakarage maca geus euweuh deui" tambahnya Ia berharap dengan hilangnya ini bisa memunculkan media yang baru. "Esa hilang, dua terbilang" paparnya Senada dengan Husen, Teguh menuturkan, "Ada dua peristiwa yang mengagetkan dalam diri saya. Pertama, Saat hadirnya Kompas Jabar ini bisa mengurangi oplahnya Pikiran Rakyat. Kedua, Saat oplahnya Kompas Jabar meningkat malah dikembalikan lagi ke nasional" ujarnya Berbeda dengan Asep Salahudin, "Saya tidak merasa kaget mengingat koran-koran nasional yang mempunyai suplemen Jabar telah mengalami hal yang sama, seperti yang terjadi pada harian Sindo, Republika" katanya Untuk kasus Republika, karena ditiadakan rubrik Jabar oplahnya menurun derastis. Berbeda pada saat Jabar ada yang oplahnya meningkat. "Ini kawalat ka Jabar" jelasnya Boleh jadi peristiwa serupa menimpa Kompas ketika naik oplah dipindahkan ke nasional. "Kawalat ka Jabar tah" cetusnya Sejak dibukanya biro Jabar tahun 2005 yang giat merespon terhadap isu-isu kedaerahan dan pelayanan publik. Kompas berpegang teguh pada pedoman "Bukan menjabarkan Kompas, tapi mengkompaskan Jabar" ungkap Dedi Menjawab pelbagai keluhan, Mas Adi berkata "Memang lembaran daerah akhir berakhir dan tidak ada sejak 02 Januari 2011. Namun, kita ambil positifnya bagi penulis butuh perjuangan untuk bisa tampil dipentas nasional" harapnya Upaya menjaga silaturahmi dengan penulis, maka pihak redaksi akan tetap membuka ruang forum diskusi. "Kita jadikan ruangan ini sebagai forum diskusi yang inten dan lebih fokus terhadap segala persoalan yang menimpa bangsa ini" ungkap Dedi Mengingat keputusan ini. "Apakah ada semacam pengumuman resmi sebalumnya dari redaksi tentang penutupan sumplemen Jabar yang bisa dibaca oleh pembaca setia Kompas. Tangal 02 Januari 2011 Kompas Jabar Leungit" usul Husen Mudah-mudahan keputusan ini bisa berubah, tutur Dhipa Galuh Purba. Harapannya berada pada Tribun Jabar saat Kompas Jabar tidak ada. Meski tantangannya berat bagi penulis untuk bisa bersaing dan hadir dikancah nasional. "Akan tetapi itu semua saya ucapkan terimakasih atas silaturahminya dan ini menunjukan dihargainya para penulis oleh Kompas" katanya. [Ibn Ghifarie]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H