Mohon tunggu...
Ibn Ghifarie
Ibn Ghifarie Mohon Tunggu... Freelancer - Kandangwesi

Ayah dari 4 anak (Fathia, Faraz, Faqih dan Fariza) yang berasal dari Bungbulang Garut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fahira Idris; The Most Inspiring Tweeter Atas Pertanyaan Tajam Terhadap FPI

7 September 2010   03:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:23 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Dear FPI, bila memang itu tindakan kalian, apakah kalian yakin sesuai dengan perilaku Nabi Muhammad." (Fahira Idris Sang Tweeter Terinspiratif Sejagad) Dari penulisan status di Tweeter ini berbuah The Most Inspiring Tweeter, yang ditutup 28 Agustus 2010, menyatakan Fahira Idris (@fahiraidris) sebagai juara. Ia memperoleh 71 persen suara, unggul jauh dibandingkan dengan 15 nominator lain dari Amerika Serikat, Inggris, India, Filipina, dan Malaysia. Walhasil suara untuk Fahira jauh di atas Diana Adams (@adamsconsulting), penulis dan wirausahawan yang sering menyampaikan suara hati para tunawisma asal Atlanta, AS yang mendapatkan 11 persen suara. Dalam survey yang digelar oleh Tony Hastings, pemilik The Top 10 Blog, Fahira pun dinyatakan unggul dari  Aaron Lee, seorang ahli pemasaran Internet asal Malaysia yang memiliki 141.756 followers. Berkat keberaniannya mengajukan pertanyaan tajam terhadap FPI. Pada 9 Agustus 2010 lalu, ia bahkan menyambangi markas FPI, untuk bertanya, berdialog sekaigus menyampaikan keluhan masyarakat pada FPI. Alkisah, saat itu, Minggu 8 Agustus 2010, di Twitter ribut-ribut soal FPI, banyak yang mengkritik FPI soal HKBP Bekasi, soal tindakan anarkis yang dilakukan. Saya waktu itu terpengaruh, ok, mungkin FPI memang melakukan kekerasan. Namun, dari pada mencaci maki, saya langsung mengajukan pertanyaan. Ada beberapa yang saya tuliskan, di antaranya, "Dear FPI, bila memang itu tindakan kalian, apakah kalian yakin sesuai dengan perilaku Nabi Muhammad.”; “Dear FPI, apakah kalian yakin akan direstui Allah.” Juga, "Dear FPI, Islam cinta damai bukan kekerasan.” Kuatnya iktiar untuk berdialog dengan FPI. Lalu saya bertanya di Twitter, ada yang tahu markas FPI di mana. Maraknya hujatan yang dialamatkan kepada FPI, membuat ia bergerak hatinya untuk berbagi ihwal islam yang ramah, adil, damai dan mengutuk tindakan kekerasan atas nama apapun, hingga meminta maaf atas tindakan FPI. Untuk orang-orang yang saling menghujat, sebagai muslim saya mengatakan pada teman-teman lain bahwa Islam tidak seperti itu. Saat itu, saya atas nama umat Islam juga meminta maaf, karena itu (tindakan FPI) bukan mencerminkan agama Islam. Mengenai dialog dengan FPI, ia menuturkan Saya ditelepon Uni Lubis (Pemimpin Redaksi ANTV). Kata dia, besoknya jam 14.00 saya bisa bertemu FPI. Lalu saya mengumumkan bagi siapa saja yang punya keluhan ke FPI untuk mengirimkan ke fahira.idris@gmail. Saya buka email saya. Ajaibnya, langsung terkirim 500 email. Saya sampaikan semuanya ke FPI, ke Habib Riziek. Saya khawatirnya lingkaran dalam FPI tidak memberikan gambaran situasi yang sesungguhnya. Email yang masuk ke saya dari korban maupun keluarga korban dari seluruh Indonesia. Ada yang dari nonmuslim, juga umat Islam yang keberatan, berimbang. Sampai sekarang masih ada, mencapai 1.200 email yang secara berkala saya sampaikan pada FPI. Dialog ini berisi, FPI memiliki prinsip amar makruf nahi munkar, salah satunya, lawan kemaksiatan dengan tangan. Namun, pengertian ‘tangan’ yang dimiliki FPI dan saya berbeda. Bagi FPI, tangan adalah tangan. Sepemahaman saya, tindakan adalah action, tindakan. Misalnya, jika ada perbuatan maksiat, kita lawan dengan tindakan, misalnya bekerja sama dengan pihak terkait, membuka lapangan pekerjaan agar mereka tak lagi melakukan tindakan maksiat. Kehadiranya di markas FPI mendapatkan tanggapan. Pimpinan FPI, Habib Rizieq bilang belum pernah ada orang yang bertabayun, atau menanyakan langsung. Selama ini, katanya hanya menuduh saja. Di sana saya bertanya apa misi FPI dan mengapa identik dengan kekerasan. Intinya saya berdialog. Kalau ada yang saya tak setuju, saya utarakan baik-baik. Tak ada caci maki. Saya salut waktu Habib mengatakan FPI dalam milad lalu sepakat bahwa upaya pembersihan (sweeping) dilakukan oleh pemda, kalau ada hal-hal seperti itu [maksiat] diturunkan Satpol PP dan kepolisian. Awalnya saya khawatir, FPI di Twitter ramai 3 hari mau puasa, suasana jadi tidak enak. Saya dua kali minta tolong, saya bilang, Habib, jangan sampai ada kejadian anarkis. Pada hari ke-9 sampai 13 puasa, suasananya berbeda. Sampai sekarang saya lihat, tidak ada kejadian anarkis. Terus terang saya jadi deg-degan. Tapi jangan sampai ada. Soal pembubaran FPI, ia tulis dalam Twitternya, "Yang niat membubarkan FPI, jangan ikut saya.” Saya bukan dalam tujuan membubarkan FPI. Saya sampaikan bagi yang mau ikut saat itu, perempuan, pakai busana muslim, bagi yang masih panas hati, cukup doakan saja tidak perlu ikut. Bahkan ada yang mau nitip tabung gas 3 kilogram, kayak mau perang. Tapi saya tekankan, saya ini muslim, tidak akan diapa-apakan. Saat menjawab pertanyaan anda tidak takut atas pertanyaan di tweeter, ia menjelskan Saya tidak takut karena saya benar. Dari SMP sampai SMA saya sekolah di sekolah Islam Al Azhar. Kakek saya, KH Hasan Basri adalah mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saya mendapat pelajaran agama dari kakek dan orang tua bahwa tidak ada kekerasan dalam Islam. Islam adalah damai. Nabi pun dalam perang baru mengangkat pedang jika diserang. Tak pernah menyerang duluan. Pascadialog dengan FPI adakan perubahan imej tentang FPI. Memang, dibanding ormas Islam lainnya, FPI agak sedikit keras. Namun, menurut penjelasan mereka, imej itu karena media tidak berimbang. Ada yang jelek langsung ditonjolkan, di-rewind terus. Padahal waktu mereka mengirim 1.300 relawan ke tsunami Aceh tak ada yang memberitakan. Mereka juga bilang, ada pihak-pihak yang mengatas namakan FPI, pakai surban dan lain-lain. Ia menghimbau kepada pengguna Twitter sebagai media untuk sharing ilmu. Twitter itu media sosial, media untuk sharing ilmu. Saya bahkan mendapatkan ilmu agama dari Twitter ahli-ahli agama, Quraish Shihab, MUI, saya sangat menikmati. (VivaNews, 30/8)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun