Mohon tunggu...
Ghevira Tyas
Ghevira Tyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa yang memiliki ketertarikan dibidang fashion dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Dark Side of Trendy Clothing

22 Mei 2023   12:19 Diperbarui: 22 Mei 2023   17:02 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil untuk mendeskripsikan pakaian yang di produksi dengan jumlah banyak dalam waktu singkat. Istilah ini muncul pada tahun 1990-an. Di tengah maraknya industri fashion, fast fashion telah menjadi salah satu kekuatan dalam industri tersebut. 

Dengan harga yang terjangkau dan mengikuti tren terbaru, fast fashion menjadi sangat populer dan banyak diminati oleh masyarakat. Selain itu, perusahaan fast fashion memiliki ketersediaan produk yang melimpah dan memperbarui koleksi mereka secara teratur, bahkan beberapa kali per musim. Konsumen dengan mudah menemukan berbagai macam pakaian dan aksesori di toko fast fashion. Hal tersebut mendorong konsumen untuk membeli lebih banyak dan lebih sering.

Fenomena fast fashion ini memiliki dampak yang signifikan pada ekosistem. Proses produksi dengan jumlah banyak dan singkat membutuhkan banyak sumber daya alam seperti air, energi, dan bahan baku. Proses produksi tekstil dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca yang akan berpengaruh terhadap iklim dan pemanasan global.

Selain itu, pencemaran air dan tanah dapat terjadi jika menggunakan bahan kimia yang berbahaya seperti pewarna sintesis dan bahan pengawet. Limbah pabrik garmen seringkali dibuang langsung ke sungai dan mengancam makhluk hidup. Konsumsi yang berlebihan dan siklus pemakaian yang pendek menyebabkan banyak pakaian fast fashion yang dibuang dan menciptakan penumpukan di pembuangan sampah karena limbah tekstil yang tidak terurai.

Dibalik kecepatan produksi dalam jumlah yang banyak, praktik fast fashion seringkali memanfaatkan tenaga kerja dengan upah buruh yang rendah agar dapat memproduksi pakaian dengan biaya yang murah. Hal ini menyebabkan eksploitasi buruh dan kondisi kerja yang tidak menguntungkan. Pekerja sering kali bekerja di luar jam kerja, tidak mendapatkan upah yang layak, serta tidak ada akses jaminan sosial. Mereka seringkali dipaksa bekerja dengan kondisi yang berbahaya tanpa perlindungan kesehatan yang memadai.

Maka dari itu, sebagai agen perubahan kita dapat berkontribusi dengan memilih pakaian yang berkualitas, tahan lama, dan diproduksi secara etis. Kita dapat menerapkan fashion timeless yaitu gaya yang tidak terpengaruh pada tren dan tetap relevan sepanjang waktu. Fashion timeless berfokus pada pakaian yang memiliki daya tahan lama dan dapat digunakan di berbagai kesempatan. Contohnya seperti blazer, kemeja putih, dan celana hitam. Hal ini dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu kita juga dapat memilih untuk medukung merek pakaian yang berkomitmen terhadap praktik berkelanjutan.

Penting bagi kita untuk menjadi lebih sadar dan mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan oleh keputusan pembelian kita. Dengan mengutamakan kualitas, keberlanjutan, dan produksi yang bertanggung jawab kita dapat mengurangi kontribusi kita terhadap fast fashion. Jadilah Konsumen yang bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun