Fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu negara rawan bencana alam di dunia mau tidak mau menuntut kesiapan pemerintah dan masyarakatnya dalam bertindak menghadapi bencana.Â
Sebagai negara tropis yang berada di "ring of fire" atau daerah cincin api (daerah yang sering mengalami gempa dan gunung meletus), selain potensi bencana gempa bumi, gunung meletus tsunami, terdapat bencana yang rutin terjadi seperti kebakaran hutan, kabut asap, banjir, dan tanah longsor. Di samping pembangunan fisik atau infrastruktur, tanpa *perbaikan lingkungan alam (ekologi)* maka bencana alam akan terus terjadi.
Pesan itu disampaikan oleh Presiden Joowi Rakornas Penanggulangan Bencana di Sentul, Selasa (4/2/2020) di hadapan para pimpinan BNPB dari seluruh daerah, sekaligus para kepala daerah.Â
Presiden Jokowi menjelaskan baik kepala daerah dan BNPB harus memiliki manajemen kebencanaan yang baik, karena ancaman terjadinya bencana alam ke depan akan meningkat di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Bencana yang rutin terjadi, namun terus tidak dapat diantisipasi dengan baik menjadi sorotan, seperti kebakaran hutan, longsor, dan banjir. Presiden mengajak perubahan pola pikir, yang tidak hanya memerhatikan fisik infrastruktur (tanggul, dll), tetapi juga memikirkan perbaikan lingkungan.
1. Tanam Vetiver. Presiden memerintahkan kepada seluruh kepala daerah yang wilayahnya termasuk rawan banjir dan longsor untuk mulai ditanami tanaman berakar keras seperti vetiver (akar wangi). Tanaman yang akarnya sangat lebat (dalam 2 tahun akar bisa tumbuh 3-4 meter) dapat mencegah longsor dan menyerap air (mencegah banjir). Pemerintah pusat akan menyuplai 50% dari kebutuhan tanaman akar wangi di daerah.
2. Untuk kebakaran hutan yang diperparah dengan musim kemarau, jika tidak dicegah dan masyarakat tetap tidak peduli bahkan sengaja membakar hutan demi keuntungan pribadi, maka bencana ini akan sangat merugikan dan sekalinya terjadi, sulit dihentikan.Â
Presiden Jokowi mencontohkan, kebakaran hutan di negara maju sekaliber Australia di mana mereka kesulitan memadamkan api yang membakar sekitar 6 juta hektar lahan dan menewaskan hampir 500 juta hewan. Di Aceh, Riau, kebakaran lahan biasanya berdampak pada kabut asab yang bisa membahayakan kesehatan masyarakat. Untuk itu, TNI-Polri diminta tegas menindak para pembakar hutan.
3. Tanam Mangrove. Dalam hal bencana tak terduga seperti gempa bumi dan tsunami, Presiden Jokowi meminta pemda dan instansi terkait menyiapkan langkah-langkah mitigasi, penanganan tempat pengungsian. Lebih jauh, untuk bencana tsunami, Presiden meminta di pemukiman yang berdekatan dengan pantai/laut ditanam hutan mangrove, karena itu mampu meminimalisir laju air ke daratan dan mengurangi dampak kerusakan. Langkah perbaikan lingkungan alam lagi-lagi menjadi prioritas.
4. Kerjasama Pentahelix. Semua upaya penanggulangan bencana alam yang berpotensi terjadi di Indonesia harus dilaksanakan secara pentahelix yang artinya itu dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah, akademisi, peniliti, dunia usaha, dan masyarakat. Media massa juga diminta aktif memberitakan kepada masyarakat terkait informasi kebencanaan. TNI-Polri juga diminta untuk melakukan tindakan hukum yang tegas bagi para masyarakat yang melakukan perusakan lingkungan.
Langkah pemerintah yang mulai fokus untuk memperbaiki lingkungan alam dalam hal pencegahan bencana jelas sebuah langkah tepat. Namun sekali lagi, pemerintahan tidak akan berjalan baik jika tidak didukung masyarakatnya, jika masyarakatnya tetap berperilaku cuek terhadap alam dan justru tega merusak lingkungan demi keuntungan pribadinya, jangan salahkan alam jika ia murka dan terus terjadi bencana. Maju Terus Indonesiaku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H