Gherly Moel, nomor peserta 001
------------------------------------
Bu Sayeedah menatap cermin besar yang baru saja dibelinya dan digantung di dinding kamarnya. Atas saran pak polisi, akhirnya dia mengalah. Sebelum pulang, dia sempat membeli cermin di pasar.
"Cermin...cermin di dinding, siapa perempuan paling cantik di ngarab dan ngendonesah...???" Kedua tangannya kesulitan mengibas-ngibaskan rambut gimbal yang sudah hampir dua bulan tidak dicuci. Hampir tersentak ketika ada sepasang kecoa yang tengah pacaran di balik rambut gimbalnya tiba-tiba loncat ke pundaknya.
"Onta eh ontaaaa...dasar kecoa mesum, seperti Hery fuk dan mbok Narkem, pacaran di kepala ane, ente pikir rambut ane semek-semek? Eh semak-semak...?" Seperti biasa, Bu Sayeedah marah-marah sendirian dalam kamarnya. Biasanya bu Sayeedah selalu acak-acak tempat sampah jika marah-marah, tapi kali ini, sempak-sempaknya, eh Sempat-sempatnya dia mengambil sapu lalu mengejar-ngejar dua kecoa yang terbang seakan-akan meledeknya.
Bu Sayeedah kembali menghadap cermin. Bedak tebal 3 senti masih mengendap di wajahnya. Bibir merahnya dimanyun-manyunkan. Ia berharap bibir sexynya melebihi keseksian bibir mick jagger untuk artis internasional, atau melebihi bibir mandra untuk artis lokal.
I"Ayo jawaaab, siapa yang paling cantikkk???"
Tiba-tiba cermin itu bicara.
"Sayeedah adalah perempuan tercantik di dunia..."
Bu Sayeedah senyum-senyum sendiri. Dikecupnya cermin sepenuh bibir seksinya. Tanpa sepengetahuannya, cermin itu hampir muntah ketika bibir itu mendarat di wajahnya.
"Saya belum selesai bicaranya, madam..."