TikTok telah menjadi fenomena global yang merambah hampir semua kalangan, khususnya remaja Indonesia. Aplikasi ini telah merevolusi cara orang berinteraksi, menghibur diri, dan bahkan membangun karier. Fenomena ini bukan hanya tentang hiburan semata, tetapi juga telah mengubah pola komunikasi, kreativitas, serta nilai-nilai sosial di kalangan generasi muda.
Fenomena TikTok di Kalangan Remaja Indonesia
TikTok menawarkan format video singkat yang memungkinkan penggunanya untuk membuat dan berbagi konten kreatif, dari tantangan tarian hingga tutorial edukatif. Aplikasi ini telah menarik perhatian jutaan pengguna, terutama di kalangan remaja. Di Indonesia, TikTok telah menjadi salah satu platform yang paling banyak diunduh, dan banyak remaja yang menghabiskan waktu berjam-jam setiap harinya untuk menonton atau membuat konten.
1.Konten yang Viral dan Tren Sosial:
TikTok sangat terkenal dengan kemampuannya untuk membuat tren viral yang menyebar cepat. Remaja Indonesia sering kali mengikuti tren yang berkembang di platform ini, seperti tantangan dansa, filter wajah, atau bahkan tren berbagi pesan sosial. Tren ini memperkuat rasa kebersamaan di antara sesama pengguna, menciptakan budaya pop yang cepat berubah.
2.Ekspresi Diri dan Kreativitas:
TikTok memungkinkan remaja untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang lebih terbuka dan kreatif. Mereka dapat berbagi cerita pribadi, menampilkan bakat, atau bahkan membuat konten edukatif. Ini memberi ruang bagi mereka untuk membangun identitas online, mencari perhatian, atau bahkan mendapatkan pengakuan dalam bentuk "likes" dan "followers".
3.Dampak Sosial dan Kesehatan Mental:
Meskipun TikTok menawarkan banyak hal positif, ada juga dampak negatif yang perlu diperhatikan. Remaja seringkali merasa tertekan untuk mengikuti standar kecantikan atau gaya hidup tertentu yang populer di TikTok. Hal ini dapat mempengaruhi harga diri mereka dan menyebabkan kecemasan, stres, atau perasaan tidak cukup baik. Selain itu, fenomena "cancel culture" dan perundungan daring juga semakin marak di platform ini.
Analisis Fenomena dengan Teori Tradisi
Untuk menganalisis fenomena TikTok ini, kita dapat mengaitkannya dengan teori Tradisi Komunikasi yang dikenal dengan nama Konstruksi Sosial Realitas (Social Construction of Reality) yang dikembangkan oleh Peter Berger dan Thomas Luckmann. Menurut teori ini, realitas sosial tidak hanya dipahami sebagai hal yang objektif, tetapi sebagai sesuatu yang dibentuk melalui interaksi sosial dan komunikasi antar individu dalam masyarakat. TikTok, sebagai sebuah platform media sosial, menjadi ruang di mana remaja Indonesia membangun dan membagikan "realitas sosial" mereka.
1.Proses Sosialisasi melalui TikTok:
TikTok memungkinkan remaja untuk terhubung dengan teman sebaya, selebriti, dan influencer yang mereka idolakan. Dalam proses ini, mereka mulai membentuk persepsi tentang apa yang dianggap "baik", "tampan", atau "berhasil". Mereka membangun identitas mereka berdasarkan konten yang mereka buat atau konsumsi, dan ini mempengaruhi cara mereka melihat diri sendiri dan orang lain.
2.Konstruksi Nilai dan Norma Sosial:
TikTok berfungsi sebagai arena tempat nilai dan norma sosial dibentuk dan disebarkan. Tren, gaya hidup, dan bahkan ideologi yang tersebar di TikTok tidak hanya mencerminkan perubahan nilai di kalangan remaja, tetapi juga ikut membentuknya. Misalnya, tren dalam TikTok dapat memunculkan kesadaran akan isu-isu tertentu, seperti kesetaraan gender, lingkungan, atau hak-hak minoritas, yang kemudian menjadi bagian dari "realitas sosial" mereka.
3.Pengaruh Media terhadap Persepsi dan Interaksi:
TikTok berperan dalam membentuk persepsi remaja terhadap dunia luar. Media sosial, seperti TikTok, tidak hanya sebagai tempat hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai alat pembelajaran dan refleksi diri. Melalui interaksi dengan video-video yang beredar, remaja Indonesia dapat memahami nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakat mereka dan membentuk respons mereka terhadap dunia sosial.
Kesimpulan
Fenomena TikTok di kalangan remaja Indonesia lebih dari sekadar trend hiburan. Platform ini telah mengubah cara mereka berkomunikasi, mengekspresikan diri, dan membangun identitas sosial mereka. Dengan mengaitkan fenomena ini dengan teori Konstruksi Sosial Realitas dari Berger dan Luckmann, kita bisa memahami bagaimana TikTok berfungsi sebagai ruang di mana remaja membentuk dan membagikan "realitas sosial" mereka, serta bagaimana media sosial ini mempengaruhi nilai-nilai dan norma yang mereka anut. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk mengawasi dampak TikTok terhadap perkembangan sosial dan mental remaja, agar mereka dapat memanfaatkan platform ini dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H