Bila ada pertanyaan, apakah arch plot sama dengan tidak ada konflik internal? Sebenarnya kita bisa menambahkan konflik internal dalam diri si protagonis. Kita mungkin juga bisa menambahkan unsur dorongan antagonis internal melalui prinsip-prinsip yang dipegangnya atau keragu-raguan dalam bertindak. Namun, penting untuk diingat bahwa hal ini bersifat sementara. Si protagonis perlu merasakan keberanian lagi dalam hidupnya untuk bertindak. Saya ingat kembali saat saya menonton The Hobbit terdapat adegan dimana Bilbo yang ingin pulang ke Shire setelah dirinya ragu apakah misi itu akan berhasil. Meskipun begitu setelah dia menemui situasi baru, dia harus mengumpulkan keberanian untuk bertindak daripada kabur dari situasi yang dihadapinya dan pulang ke Shire.
Coyne (2015) mengatakan bahwa tindakan murni protagonis tidak diganggu oleh keraguan atau penyimpangan batin atau kecemasan yang mendalam. Meskipun, arch plot terdengar klise dan sering dipakai, serta mendapat julukan cara paling klasik untuk mengisahkan sebuah fiksi, akan tetapi cara ini memanglah efektif bagi pemula sekalipun untuk menulis cerita fiksi.
Daftar Pustaka
Coyne, Shawn. (2015). The Story Grid. New York: Black Irish Entertainment.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H