Mohon tunggu...
Gheisa Gheisa
Gheisa Gheisa Mohon Tunggu... Lainnya - Menjadikan yang terbaik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang menyerah sebelum berhasil

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Positivisme dalam riset pendidikan

18 Maret 2020   21:33 Diperbarui: 18 Maret 2020   21:48 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

           

       Positivisme telah membuat terobosan yang cukup mengejutkan dalam penelitian pendidikan.prinsip dasar yang dipakai oleh aliran tersebut.Jika kita seorang peneliti dan dipandu oleh dasar-dasar positivisme,maka kita harus mencari data yang dapat diverifikasi oaleh para peneliti lain yang qualified dari pihak mana saja didunia ini.

       Beberapa penemuan yang empiris bisa saja ditandai dan diungkapkan dengan terma-terma yang berbentuk gradasi.

       Langkah kita berikutnya adalah melakukan generalisasi data,untuk merumuskan hipotesis,yang dimulai dari lingkungan khusus dan berdasarkan hal-hal yang bisa diobservasi.

      Langkah kita terakhir adalah mengkonstruk sebuah teori berat kesimpulan dari berbagai generalisasi dari hipotesis level tinggi.

Dalam banyaknya penelitian pendidikan,langkah ini bisa saja tidak mungkin dilakukan karena tidak banyak generalisasi yang dapat diuji, meskipun yang ideal dalam penelitian pendidikan.Sebagai metode positivisme terhadap ilmu sosial,yang didalamnya ada pendidikan dapat dipahami bila kita terlebih dahulu memahami pengadaian dasar dari penelitian ilmu-ilmu alam.

Ada tiga hal yang menjadi dasar sehingga pendekatan positivistik terbuka untuk penelitian:

Pertama positivistik mengasumsikan bahwa fenomena Pendidikan seperti hubungan guru dan murid

Kedua beberapa penganut positivistik lain seperti behaviorist

Ketiga positivistik melihat sekolah sebagai objek dan bukan semata melihatnya sebagai kelompok

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun