Banyuwangi merupakan salah satu daerah penghasil ternak di Jawa Timur, menurut data yang dikeluarkan oleh Pusat Statisitik Provinsi Jawa Timur yang diperbarui pada 24 Februari 2024, Banyuwangi menghasilkan produksi daging ternak sapi sebesar 3.629.752,55/KG dan kambing sebesar 462.135,60. Sektor peternakan di Banyuwangi berperan penting dalam perekonomian lokal, memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat serta mendukung ketahanan pangan di wilayah tersebut. Peternakannya pun tidak hanya tentang intensif atau modern, namun adapula ternak lokal yang dikelola oleh masyarakat setempat. Â
Peternakan di Banyuwangi mengadopsi beragam sistem pengelolaan, dari yang bersifat tradisional hingga yang semi-intensif. Banyak peternak lokal masih menggunakan metode pemeliharaan alami untuk memaksimalkan kesejahteraan hewan serta menghasilkan produk daging dan susu dengan kualitas tinggi.
Salah satu daerah yang melakukan ternak lokal yang menggunakan metode alami berada di Dusun Krajan, Tamansari, Kec. Licin, Kabupaten Banyuwangi. Dekat dengan lokasi pemandian alam Sendang Seruni. Observasi ternak lokal melalui narasumber dari warga yang tinggal di sana yaitu pak Napian. Selama ini pak Napian berternak kambing dan sapi kurang lebih 5 tahun, Khususnya ternak kambing pedaging. Peternakan ini memberikan kontribusi positif bagi ekonomi warga Dusun Krajan, karena hasil penjualan kambing pedaging menjadi salah satu sumber pendapatan yang mendukung kehidupan sehari-hari masyarakat. Pak Napian mengakui bahwa meskipun memiliki kambing Etawa, produksi susu belum optimal karena kurangnya fasilitas pemeliharaan intensif dan keterbatasan pakan yang kaya nutrisi khusus untuk kambing perah. Selain itu, apabila kambing atau sapi sakit jarang sekali didatangkan dokter. Selain karena kurangnya dana hampir tidak didatangkan seorang pun dokter hewan, dokter hewan divisi peternakan juga sangat jarang sekali.
       Dalam ternak kambing, kandang yang digunakan terbuat dari kayu dan bambu yang dirakit bersama-sama untuk menjaga kekuatan dan kenyamanan bagi hewan. Kandang ini biasanya dibangun dengan ketinggian tertentu dari tanah untuk menjaga kebersihan dan mencegah kelembapan berlebih, yang dapat menyebabkan penyakit kulit atau infeksi pada kambing. Luas kandang menyesuaikan jumlah kambing yang ada agar setiap kambing memiliki ruang gerak yang cukup. Ini penting untuk menghindari perilaku stres, terutama pada kambing betina yang sedang bunting, yang rentan terhadap stres jika kandang terlalu sempit atau sesak. Kandang yang luas juga menjadi faktor pendukung keberhasilan persalinan normal pada kambing, karena memungkinkan kambing untuk bergerak lebih bebas dan nyaman.
Selain itu, reproduksi pada kambing dibiarkan berlangsung secara alami dengan pemilihan bibit pejantan yang unggul untuk menjaga kualitas keturunan. Hal ini berbeda dengan sapi yang umumnya menggunakan metode Inseminasi Buatan (kawin suntik) untuk meningkatkan peluang kehamilan dan mengontrol kualitas genetik. Pada kambing, metode alami ini juga mendukung keseimbangan hormonal yang lebih baik bagi betina. Peternak memastikan kebutuhan nutrisi ekstra bagi betina bunting dan menyediakan air minum yang mudah dijangkau, terutama saat mendekati masa persalinan, guna memastikan kondisi tubuh yang prima bagi kambing betina
       Pakan utama hijauan yang diberikan di antaranya adalah tanaman Gamal (Gliricidia sepium), yang kaya akan protein dan mudah diperoleh di sekitar lokasi peternakan. Gamal juga memiliki keunggulan dalam memperbaiki kualitas tanah karena akarnya mengikat nitrogen, sehingga peternak dapat memanfaatkan tanaman ini secara berkelanjutan. Apabila stok Gamal terbatas, kambing diberi alternatif pakan lain seperti legum, rumput gajah, atau silase, yang difermentasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kandungan nutrisinya. Silase khususnya berguna saat musim kemarau, ketika hijauan segar lebih sulit didapat.
 Dengan metode pemeliharaan alami yang diterapkan oleh peternak lokal, ternak kambing di Banyuwangi menunjukkan bagaimana praktik tradisional tetap relevan dan efektif dalam menjaga kesejahteraan hewan serta kualitas hasil ternak. Penggunaan pakan hijauan alami, desain kandang yang memperhatikan kenyamanan hewan, dan metode reproduksi alami tanpa intervensi teknologi tinggi menunjukkan kesederhanaan yang berdampak positif. Meski masih terdapat tantangan, seperti keterbatasan pakan saat musim kemarau atau rendahnya hasil produksi susu, peternakan kambing ini tetap memberikan kontribusi penting bagi perekonomian masyarakat dan ketahanan pangan lokal. Dengan potensi besar yang dimiliki, ke depannya dukungan lebih lanjut dalam bentuk pelatihan, fasilitas, dan pengembangan teknologi sederhana dapat membantu peternak lokal meningkatkan kualitas dan produktivitas. Peternakan ini menjadi contoh bahwa dengan metode yang sesuai dengan lingkungan sekitar, hasil ternak yang berkualitas dan berkelanjutan dapat dicapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H