Mohon tunggu...
Ghea Arifah
Ghea Arifah Mohon Tunggu... -

seseorang yang gampang 'berpindah'. Menulis cuma ketika merasa tidak adil pada sesuatu, langsung ditumpahkan lewat tulisan. Tulisan dimata saya adalah sebuah luahan, ungkapan, dan ekspresi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bangga Indonesia

21 Mei 2010   16:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangga. Ketika saya mendefinisikan kata ‘bangga', berarti saya mempunyai sesuatu dimana saya sangat menerima, bersyukur, dan berbuat yang terbaik demi sesuatu tersebut. Begitupun dengan negara ini, tempat saya dilahirkan, Indonesia. Saya terlahir sebagai seorang anak Indonesia yang berdarah ‘blasteran' Padang-Madura-Ambon. Saya bangga menjadi orang Indonesia. Indonesia meraih kemerdekaannya dengan susah payah. Berdasarkan sejarahnya, Indonesia merupakan negara pertama yang memproklamasikan kemerdekaannya setelah perang dunia ke-II, tahun 1945. Setelah kemerdekaan itu didapat, Indonesia juga mengalami guncangan demi guncangan pemerintahan dari orde lama, baru, sampai ke orde reformasi sekarang. Menjelang umurnya yang ke-64, umur yang cukup tua dan matang bagi suatu negara, Indonesia masih dalam kategori negara berkembang. Ini merupakan tantangan utama kita sebagai generasi masa depan untuk membuatnya menjadi lebih baik. Namun, yang terjadi sekarang malah berbeda. Perasaan cinta dan bangga itu mulai memudar, Itu terlihat dari generasi-generasi sekarang.

Di zaman ini, tidak sedikit orang-orang yang terkikis rasa nasionalismenya dari mulai tidak menghargai sampai tidak lagi memperjuangkan apa yang telah dicapai oleh orang-orang Indonesia terdahulu. Tidak seperti zaman dulu dimana rakyat Indonesia memerjuangkan kemerdekaannya dengan mengangkat bambu runcing maupun bedil, tidak lewat perundingan diplomasi yang begitu ketat, maupun main kucing-kucingan dengan si penjajah. Kini zaman berbeda dimana kita harus bersaing dan berkompeten melawan penjajahan terselubung di era globalisasi ini. Tidak ada perang fisik yang terjadi sekarang. Akan tetapi, apapun keadaannya, bagaimana kita bisa melanjutkan kemerdekaan bangsa ini sedangkan rakyatnya mulai tidak mencintai negerinya sendiri? Yang saya lihat sekarang, kita selalu menjelek-jelekkan bangsa kita. Kita selalu mengeluhkan betapa payahnya pemerintah mengurus rakyat dan begitu banyaknya masalah yang timbul dan tak ada habisnya. Kita berbicara seakan-akan kita bukan bagian daripada yang dibicarakan itu. Kita juga berbicara betapa payahnya negara kita yang meraih posisi negara terkorupsi kelima di Asia tenggara, negara yang penuh polusi, negara yang tingkat kemiskinannya amat tinggi, dan lainnya. Sadarkah? Yang kita bicarakan itu tidak lain adalah bagian dari diri kita juga. Kita termasuk elemen didalamnya. Sadarkah kalau kita hanya berada di tempat dan tidak berbuat apa-apa? Tidak hanya itu, paradigma bangga Indonesia pun menjadi bias. Betapa bangganya kita memamerkan budaya barat yang dominannya (tidak semua) merusak tatanan kebanggaan Indonesia yang sesungguhnya.

Satu-satunya solusi adalah kembalikan makna ‘bangga' ke dalam arti yang sebenarnya. Mulailah kita belajar bangga terhadap negeri kita sendiri. Cobalah kita selalu mensyukuri, menerima, dan berusaha menjaga amanah, yaitu negara ini. Kita merupakan orang yang berada didalamnya. Kita adalah penerus bangsa. Setidaknya untuk memupuk rasa bangga itu, mulailah bersikap positif terhadap negeri sendiri. Lihatlah semua yang ada, dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang begitu melimpah ruah, kita bukanlah bangsa yang kerdil dan bisa diremehtemehkan. Kita adalah bangsa yang besar. Bayangkan, kita adalah negara dengan banyak generasi-generasi muda yang menelurkan juara baik akademik maupun non-akademik, negara kita terdiri dari 17.504 pulau, kita adalah negara dengan suku terbanyak(740 suku), negara dengan bahasa daerah yang terbanyak(583 bahasa), negara muslim terbesar di dunia, negara yang mempunyai candi Budha terbesar di dunia (Candi Borobudur), negara yang mempunyai fosil purba tertua (pithecanthropus erectus), negara pemenang Thomas Cup terbanyak (13 kali), negara dengan terumbu karang terkaya di dunia, negara penghasil LNG terbesar di dunia, negara produsen timah terbesar kedua, negara dengan hutan terbesar setelah amazon, negara yang mempunyai bunga terbesar di dunia (Rafflesia Arnoldi) dan masih banyak sederet catatan kebanggan Indonesia. Apa artinya semua kekayaan itu jika kita sendiri tidak mengakui dan menghargainya? apa jadinya semua prestasi itu jika kita tidak bangga dan tidak memperkenalkan bangsa lain betapa hebatnya kita? Kita bisa bangkit dengan apa yang kita punya. Tidak hanya selalu mengeluh dan pasrah dengan keadaan Indonesia sekarang, karena semua hal itu tidak mengubah apapun. Harusnya kita terpacu untuk menjadi lebih baik dengan action. Setidaknya mulailah action itu dengan berbangga. Berbanggalah dari hal yang kecil seperti menanamkan sedikit demi sedikit rasa bangga hingga bangga yang besar seperti berbuat sesuatu hal dengan tujuan dapat memberikan kemaslahatan bagi bangsa dan negara. Sesungguhnya tidak akan ada bangsa ini, jika tidak ada kita yang bangga dan memperjuangkannya. Mari mulai hidupkan kebanggaan itu, bangga Indonesia!

*Tulisan pernah saya kirim ke Kompas Muda Competition. tapi gak menang. hhe

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun