Mohon tunggu...
GheaRayya
GheaRayya Mohon Tunggu... pegawai diri sendiri -

only hate the road when i'm missin' home

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

HUT, Hari Istimewa? Tidak!

30 Mei 2014   23:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:55 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasa saja, semuanya berjalan seperti hari-hari sebelumnya yang sudah berlalu. Sudah tiga tahun ini, menjelang datangnya HUT, aku merasa di tanggal itu, hari itu, semua masih sama seperti hari sebelumnya. Namun, bukan berarti dengan begitu aku jalan di tempat. Tidak!
Yang kumaksudkan dengan HUT = hari biasa adalah, bahwa aku tidak pernah mengharapkan datangnya ucapan selamat HUT dari orang lain, bukan pula hal ini berarti aku tidak mau menerima ucapan yang menghampiriku. Aku hanya menyetel pikiranku, bahwa di saat HUT yang utama adalah mengucap syukur padaNya dan bermohon untuk masih diberikan kesempatan memperbaiki diri, selalu dilindungi dan ditunjukkan jalan kebenaran yang lurus, Sirathol Mustaqiim.
Dan memang benar, di tahun ini tak ada ucapan datang dari kolega kantor, hanya dari 3 teman dekat. Kalau dari suami dan anak, ucapan dan doanya adalah yang pertama. Aku sengaja tidak mem-publish tanggal lahir di media sosial tempatku bersosialita dengan kolega. Aku juga melarang suami untuk memposting ucapan di wall. Ucapan lain juga datang dari keluarga besar dan para sahabat masa kuliah. Tidak ada lagi orang lain.
Indahnya menerima doa dari orang-orang yang benar-benar tulus… tanpa harus diingatkan oleh reminder facebook-pun mereka ternyata mengingatnya. Nah ini lah poin yang kumaksudkan, bahwa HUT=hari biasa, namun HUT akan jadi luar biasa saat ucapan dan doa datang bukan karena reminder. Itulah arti diriku ada di kehidupan mereka, para pengucap dan pendoa saat HUT-ku tiba.
Hal ini sekaligus kujadikan barometer atas rasa silaturahim yang ingin selalu kujalin. Jika mereka dapat mengingatku tanpa ada bantuan reminder, artinya silaturahimku dengan mereka harus pula selalu kupupuk, tanpa pamrih, tanpa menunggu mereka duluan yang menyapaku. Dan Alhamdulillah, sejak tiga tahun mempraktekkan hal ini, aku kembali tersambung dengan sahabat-sahabat lama saat masih sekolah di kampung halaman.
That's true, when I give more, I'll get much more!
@Kia's house, May 29, 2014: 3.57pm [very hot outside]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun