Happy Birthday, Ren!
12 tahun sudah kau bersamaNya, di surgaNya. Jika dan hanya jika, kau diberi kesempatan untuk masih bisa menerima smsku, di setiap tanggal 24 Januari, maka hari ini kau akan membaca pesanku, Happy Birthday 31 tahun, sahabat sejatiku, sahabat terbaikku, sahabat tersayangku, sahabat terkasihku, sahabat tercintaku. TakdirNya hanya mempertemukan kita di masa-masa SMA, itu pun tidak selama tiga tahun penuh. Tapi, kebersamaan denganmu saat itu menjadi catatan sejarah masa SMA yang masih segar bermain dalam ingatanku, hingga detik ini.
Betapa bertumpuk-tumpuk buku diary saat itu bertema namamu, sedetail apapun yang kau berikan untukku, dan pastinya penuh canda tawa, meskipun banyak juga tangis sedih dan kecewa. Betapa waktu-waktu yang berlalu bersamamu, mengukir kenangan dalam bingkai palsu persahabatan, karena sejatinya, ada pengharapan yang kutanam bersama berlalunya waktu bersamamu, dan kau pun begitu, ternyata, yang itu kutahu setelah kepergianmu. Kau ternyata juga menyimpan pengharapanmu itu padaku. Pengharapan kita yang tidak pernah saling bertemu, karena kita masing-masing menyimpannya rapi dalam folder di sudut hati atas nama persahabatan. Lagi, terkuaknya tabir perasaan itu terjadi pada gelombang waktu yang berbeda dengan saat perasaan itu menyeruak. Dan apa yang tersisa? Hanyalah sebuah penyesalan, dan sebuah angan untuk bisa kembali ke masa itu, mengulangi skenarioNya dan menjalankan peran yang diinginkan, dan tentu saja itu adalah sebuah kemustahilan belaka.
Happy Birthday, Ren!
Sudah beberapa tahun terakhir ini aku tidak pernah menuliskan ucapan itu. Aku hanya mengucapkannya lirih dari sudut hatiku, dan berharap ucapanku sampai padamu, naik ke surgaNya. Tahun ini aku punya kesempatan untuk menyapamu lewat kata-kataku ini. Aku punya banyak waktu untuk kembali merewind kenangan kebersamaan denganmu. Meskipun kenangan itu kadang hadir tiba-tiba di setiap waktu yang tak tentu. Aku senang mengingat semuanya, meski tidak detail, karena semua cerita lengkapnya ada di berlembar-lembar buku diaryku, terutama yang kuberi nama Vyndrea, haha, itu nama unik hasil kreativitasku yang memadukan inisial namaku dan namamu, haha… apakah kau sudah pernah kuberitahu tentang Vyndrea ini Ren? Aku lupa, apakah aku sudah menguaknya padamu, entah…
Di setiap tanggal 24 Januari, bersama airmata yang berlinang, apakah kau menerima gelombang perasaanku ini, Ren? Aku selalu menyelipkan kalimat ini saat ingatanku berkelana ke masa persahabatan kita, aku kangen kamu, aku kangen senyummu, sikap cuekmu, sikap lembutmu, gaya cool-mu, suara tawamu, caramu menenangkanku, aku kangen ekspresimu saat kau cerita tentang MLTR dan lagu-lagu kesukaanmu. Aku kangen kamu Ren, maukah kamu datang menemuiku? Rasanya sudah lama sekali kamu tidak datang padaku. Dan hari ini, aku kangen sekali padamu. Kangen yang sama dengan yang kurasakan di setiap tanggal kelahiran dan kematianmu, kangen seperti 12 tahun yang lalu, saat pagi hari aku menelponmu tapi tidak kutemui suaramu di ujung seberang telpon itu, dan malah sms menyayat hati bagai sembilu itu yang kuterima sebagai ganti respon atas telponku. Ah sudahlah, aku tidak mau menuliskan lubang menganga yang terwujud di 12 tahun yang lalu itu. Terlalu menyakitkan, terlalu menyayat dinding hatiku yang bertuliskan namamu.
Happy Birthday Ren!
Tidurlah dengan tenang, dengan senyum manismu itu, dan semoga takdirNya akan mempertemukan kita kembali di kehidupan nanti, insya Allah, amiiin…
MCR, 24 Januari 2015 (24 Januari 1984-24 Januari 2003)
(untuk ketenangan dan keabadian tidur panjangmu, kukirim Al Fatihah seiring kuketikkan tanda kurung tutup ini)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H