Tidak ada yang kaya jika tidak ada yang miskin. Betulkah? Tentu saja. Orang dikatakan kaya karena ada perbandingan antara orang miskin. Jadi, apakah orang miskin memiliki kesempatan untuk menjadi kaya? Ya, siapa pun bisa menjadi kaya dan keluar dari kemiskinan jika mereka berusaha lebih keras.
Tapi bukankah realitanya banyak orang yang berusaha lebih keras tapi masih terjebak dalam kemiskinan? Memang banyak orang yang sudah bekerja tetapi masih  hidup dalam kemiskinan. Dari  pernyataan tersebut,  kita mengetahui bahwa kemiskinan tidak dapat disalahkan secara singkat  karena kurangnya kerja keras atau kurangnya tabungan.Â
Kemiskinan adalah masalah sosial yang bahkan tidak bisa dihindari oleh negara maju. Kemiskinan sebagian besar disebabkan oleh lingkaran setan yang juga dikenal sebagai masalah bertingkat, sehingga tidak mudah untuk keluar dari lingkungan tersebut.
Berikut adalah beberapa faktor yang menjadi sorotan mengapa seseorang sulit keluar dari lingkaran kemiskinan:
1. Privilese Sosial (Hak Istimewa Sosial)
Privilese adalah hak istimewa yang diperoleh sejak lahir. Privilese bisa dikatakan sebagai modal awal seseorang sejak lahir tanpa harus repot mencarinya. Privilese tidaklah suatu hal yang negatif, tetapi masih banyak orang  naif yang tidak mengakui bahwa mereka telah berhasil dengan bantuan hak istimewa mereka. Banyak orang masih berpikir bahwa mereka sukses dengan usaha mereka sendiri. Padahal, sukses bukan hanya tentang betapa sulitnya, ada banyak elemen pendukung, salah satunya adalah privilese ini.
2. Adanya Kemiskinan Sitemik
Kemiskinan Sistemik, yaitu kemiskinan terorganisir, sengaja ditujukan untuk memiskinkan penduduk dunia, dengan tujuan mengubah sebagian orang kaya menjadi "Tuhan" dan sebagian lainnya menjadi pengemis.
Kemiskinan yang dialami banyak orang saat ini adalah kemiskinan struktural. Artinya, orang-orang yang dilabeli miskin itu, bukan karena mereka malas, tetapi karena sistem tidak memberi mereka  pilihan selain menjadi miskin. Sistem yang tidak setara inilah yang menjadi penyebab dari masalah kemiskinan ini. Misalnya, tidak semua masyarakat memiliki akses pendidikan yang berkualitas, tingkat elektrifikasi yang masih rendah sehingga banyak masyarakat yang belum memiliki listrik, reklamasi lahan sehingga petani terpaksa menjual lahannya untuk batu bara dan kelapa sawit, serta penggundulan hutan untuk pertambangan.
3. Memiliki kemampuan kognitif yang rendah
Banyak orang miskin  tidak mengembangkan keterampilan kognitif mereka. Hal ini terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan yang cukup. Padahal pendidikan memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran, termasuk pemikiran tentang bagaimana mengubah jalan hidup.  Jika alasan ini tersampaikan kepada orang miskin, kemungkinan besar jawaban dari mereka adalah: "Jangankan sekolah, untuk makan saja susah!"