Teh merupakan salah satu komoditi tanaman yang sangat berperan strategis dalam bidang ekonomi di Indonesia, namun kini daya jual teh didalam negeri maupun diluar negeri mengalami penurunan.
Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1,2 triliun (0,3% dari total PDB nonmigas). Komoditi ini juga menyumbang devisa sebesar 110 juta dollar AS setiap tahunnya (ATI, 2000). Potensi pengembangan komoditi teh di Indonesia sangat besar ini dikarenakan begitu banyak lahan atau perkebunan teh yang terdapat di Indonesia, ini dikarenakan Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat sesuai untuk habitat tanaman teh sendiri. Indonesia merupakan Negara ke-5 penghasil teh terbesar di dunia, tentu saja komoditi teh memiliki nilai ekspor yang tinggi dan menjadi salah satu penghasil pendapatan ekspor tertinggi untuk Indonesia. Banyak perusahaan yang mengelola teh di Indonesia sebagai contoh ada Badan Usaha Milik Negara yaitu PT Perkebunan Nusantara yang mengelola teh dalam negeri untuk dikonsumsi negeri sendiri atau di ekspor ke luar negeri.
Namun kini dari tahun ke tahun daya saing penjualan teh dalam negeri di dunia mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa masalah yang belum bisa diatasi oleh Indonesia seperti :
- Rendahnya produktivitas tanaman karena dominannya tanaman teh rakyat yang belum menggunakan benih unggul
- Terbatasnya penguasaan teknologi pengolahan produk
- Belum mampunya petani mengikuti teknologi anjuran  sebagaimana direkomendasikan  (Good Agriculture Practice/GAP; Good Manufacture Process/GMP) dan standar kualitas produk sebagaimana disyaratkan oleh ISO.
- Penurunan volume, nilai, pangsa pasar ekspor dan rendahnya harga teh Indonesia
Dikarenakan hal-hal tersebut diatas nilai ekspor Indonesia semakin jauh tertinggal dengan negara-negara penghasil teh lainnya. Sebagian besar produk ekspor teh di Indonesia berupa produk hulu yaitu teh curah, ekspor tertinggi teh Indonesia adalah teh hitam curah. Negara kita jauh ketinggalan dikarenakan kurang berkembangnya industri hilir teh di dalam negeri dan menyebabkan harga jual teh Indonesia tetap rendah. Berbeda dengan negara-negara seperti Jepang, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, meskipun mereka mengimpor teh, tetapi mereka mampu memberikan nilai tambah pada teh dengan mengolahnya menjadi produk hilir dan mengekspornya dengan harga lebih tinggi.
Namun, sebenarnya teh Indonesia masih bisa bangkit dengan memanfaatkan pasar Domestik yang masih cukup besar. Pasar teh di Indonesia kini berkembang pesat namun bukan dalam bentuk teh murni tetapi dalam bentuk kemasan, seperti yang kita tau di jaman yang modern ini masyarakat lebih memillih gaya hidup yang praktis dan mudah, masyarakat sudah tidak ingin direpotkan dengan membuat teh sendiri, masyarakat hanya ingin mengeluarkan uang dan langsung mendapatkan kebutuhan mereka. Ini menjadi peluang untuk produsen dan tentunya pemerintah agar bisa meningkatkan daya jual teh terutama di dalam negeri, produsen dan pemerintah dapat meningkatkan produksi teh dengan membuat variasi terlebih dahulu sebelum di pasarkan ke konsumen. Maka dari itu daya jual teh di dalam negeri masih dapat ditingkatkan, karena kualitas teh kita sendiri masih sangat bagus dan mampu bersaing dengan teh yang dihasilkan di negara lain, hanya saja yang perlu diperbaiki disini adalah cara mengolahnya. Produsen dan pemerintah harus mencari variasi dalam memproduksi teh sebelum dipasarkan agar daya jual teh dapat meningkat terutama daya jualnya didalam negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H