Mohon tunggu...
Ghea Arbella Yoaningrum
Ghea Arbella Yoaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai hal berbau fotografi, membaca novel, dan membaca isu yang sedang hangat di media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan Struktural Pemangkas Impian Remaja

26 Desember 2022   18:02 Diperbarui: 26 Desember 2022   18:35 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemiskinan struktural masih menjadi permasalahan "hangat" yang terjadi di Indonesia. Sejatinya, kemiskinan struktural ini terbentuk karena habbit turun-temurun masyarakat kita sendiri. Kondisi yang menghimpit, membuat masyarakat terjebak dalam lingkup kemiskinan. Rasa-rasanya permasalahan yang satu ini terasa seperti lingkaran kelam yang tak berujung. 

Kemiskinan struktural ini sendiri memiliki makna kemiskinan yang terjadi karena ketidakmampuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. 

Faktor apa saja yang memengaruhi kemiskinan yang satu ini? Faktor utama yang memengaruhi kemiskinan struktural, yakni minimnya pendidikan dalam suatu lingkup sosial. Ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi pendidikan dasarnya bisa menghantarkan mereka ke dalam berbagai masalah. Mulai dari mendaptakan pekerjaan serabutan yang menyebabkan mereka mendapatkan gaji di bawah standar, hingga permasalahan asupan gizi yang tidak tercukupi.

Permasalahan pendidikan dasar yang tidak terpenuhi ini sebenarnya terasa seperti boomerang bagi pemerintah. Pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan gratis dan mewajibkan warga negaranya untuk menempuh pendidikan selama 13 tahun. Namun nyatanya, masih banyak masyarakat yang tidak bisa sekolah. Padahal jika ditilik lebih jauh, jumlah sekolah yang ada lebih dari cukup untuk menampung semua masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan ini. Sayangnya, kemiskinan struktural berperan aktif di sini.

Pendidikan gratis yang digalakkan pemerintah ternyata tidak cukup untuk meng-cover segala biaya yang digunakan untuk menempuh pendidikan. Seperti yang diketahui dari cerita masyarakat di sekitar saya, mereka mengeluhkan bahwa biaya sekolah sangatlah mahal. 

Berangkat dari kemiskinan yang melatari, mereka tidak memiliki dukungan apapun di belakangnya. Ketidakampuan mereka inilah yang tanpa disadari bisa mematahkan mimpi anak-anaknya. Tidak ada pendidikan dasar maknanya tidak ada pendidikan lanjutan yang bisa menghantarkan mereka ke gerbang cita-citanya.

Kondisi struktural yang serba menekan ini membuat masyarakat bingung. Mereka tidak tau cara untuk menyelesaikannya karena mereka berpikiran bahwa kemiskinan yang mereka miliki sudah menjadi takdir yang tidak bisa diubah dan mereka tidak mau mencoba cara lain untuk keluar dari lingkaran kemiskinan itu sendiri. Tidak mudah memang melepaskan diri dari jeratan kemiskinan. Namun, jika dirasa-rasa, semua itu bergantung pada mindset yang terbentuk dalam pribadi masing-masing. Banyak ditemukan cerita orang yang berhasil menuntaskan kemiskinan dalam hidup mereka dengan merubah pola pikir. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun