Media massa memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk, mempengaruhi dan mengarahkan opini publik. Melewati berbagai platform seperti televisi, radio, surat kabar, bahkan media digital, tidak hanya menyampaikan informasi, media massa juga menjadi tempat untuk merancang  narasi yang dapat mempengaruhi pemahaman serta interpretasi masyarakat tentang apapun isu yang terjadi.  Dengan menentukan agenda publik, media massa memiliki kemampuan untuk memperlihatkan atau mengurangi urgensi suatu berita, yang kemudian membentuk titik fokus masyarakat (McQuail, 2010).  Tidak hanya itu, media massa memiliki cara untuk menginterpretasikan berita melalui proses framing  yang memainkan peran penting untuk membentuk persepsi, sikap, dan emosi publik terhadap suatu topik.  Di era yang serba digital seperti saat sekarang ini,  dengan maraknya  media  sosial, maka peran media massa semakin kuat. Kini masyarakat tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen yang bisa berpartisipasi aktif dalam memodifikasi, menyebarkan  informasi yang disajikan, memberikan dimensi baru dalam dinamika pembentukan opini masyarakat.  Hasilnya, media massa dapat mempengaruhi  opini publik tentang tindakan,kebijakan, dan respon sosial-politik di berbagai masyarakat. Media massa adalah wadah komunikasi yang difungsikan untuk menyampaikan informasi, hiburan, dan pesan kepada publik yang luas melalui berbagai media seperti, surat kabar, televis, radio serta media digital seperti situs web berita dan media sosial.  Dalam era digital saat ini media massa digital telah menjadi kekuatan politik dan sosial yang kuat. Media massa dapat mobilisasi massa, dan mempengaruhi pemilihan  dan mempercepat penyebaran ideologi (McQuail, 2010).Â
Persepsi publik tentang politik luar negeri memegang peranan yang sangat penting karena bisa mempengaruhi strategi dan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Di Dalam era demokrasi modern, opini dan pandangan publik seringkali menjadi faktor determinan bagi kebijakan luar negeri oleh suatu  negara (Holsti, 1992). Penerimaan atau penolakan  masyarakat terhadap tindakan, inisiatif, atau kebijakan luar negeri pemerintah dapat melimitasi dan mewadahi kapasitas negara dalam menjalankan hubungan diplomasi di dunia internasional. Misalnya dalam konteks  persepsi negatif dari publik mengenai suatu kebijakan luar negeri tertentu bisa menjadi masalah politik  bagi penguasa saat ini atau pihak yang berkuasa nanti nya. Media memiliki kemampuan untuk membentuk bagaimana masyarakat bisa melihat isu-isu luar negeri.  Akibatnya pemerintah seringkali berupaya agar memahami dan merespon dinamika ini untuk memastikan dukungan masyarakat terhadap kebijakan luar negeri (Entman, 2004 ). Salah satu yang menjadi instrumen penting di era digital saat ini adalah narasi media, dikarenakan narasi media bisa menjadi untuk membentuk persepsi publik yang dapat mempengaruhi perilaku sosial dan budaya. Memanfaatkan teknologi informasi yang semakin maju, keahlian dalam membangun narasi menjadi kemampuan yang sangat diperlukan bagi profesional media yang ingin mencapai audiens dengan efektif (McKee, 2003)
Ada 3 mekanisme pengaruh media:
Framing dalam media: Seleksi Perspektif dan Sudut Pandang yang dimana dalam konteks media mengacu terhadap proses dimana media memilih dan mengemas cerita atau informasi tertentu untuk mempengaruhi persepsi dan pemahaman audiens. Media memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana suatu isu atau peristiwa dipresentasikan.
 Agenda Setting Menurut McCombs dan Shaw, "media massa memiliki kemampuan untuk menggeser agenda berita mereka ke dalam agenda publik" (Griffin, 2010). Pemahaman ini menjelaskan bahwa media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi bahkan membentuk cara berpikir masyarakat yang terpapar informasi. McCombs dan Shaw lebih lanjut menjelaskan bahwa media memiliki kemampuan untuk membuat orang menilai sesuatu yang penting berdasarkan apa yang dikatakan media, dengan kata lain, kita menghargai apa yang dianggap penting oleh media.
Bias dan stereotip: Bias dan stereotip adalah dua ide yang sering dikaitkan dalam kritik terhadap media. Bias menggambarkan kecenderungan atau keberpihakan yang mungkin mengaburkan objektivitas saat menyampaikan berita, sedangkan stereotip mencerminkan persepsi yang seringkali tidak tepat atau terlalu sempit tentang suatu kelompok.
     Â
Contoh studi kasus
Sebagai contoh studi kasus, krisis politik antara Rusia dan Ukraina pada 2014 yang melibatkan aneksasi Krimea oleh Rusia menunjukkan bagaimana pemberitaan media internasional berdampak pada pandangan masyarakat global. Media di negara-negara Barat cenderung menyoroti tindakan Rusia sebagai invasi militer yang melanggar norma-norma internasional, dengan fokus pada potensi ancaman terhadap integritas Ukraina. Akibatnya, di banyak negara Barat, persepsi negatif terhadap Rusia meningkat, memicu tuntutan untuk sanksi. Di sisi lain, media Rusia menggambarkan konteks berbeda, menyoroti argumen sejarah dan keamanan serta pertimbangan etnis di Krimea sebagai dasar aneksasi (Lucas, 2014). Efek langsung dari narasi media yang seringkali tendensius ini adalah eskalasi ketegangan diplomatik antara Rusia dan Barat, penerapan sanksi ekonomi, dan retorika yang meningkat dari kedua pihak. Pemberitaan yang tidak seimbang memperdalam kesenjangan persepsi dan membatasi peluang untuk dialog dan negosiasi yang efektif (Tsyagakov, 2017).
Strategi dan Solusi
Dari penjelasan diatas bisa kita lihat bahwa penting nya edukasi publik  tentang literasi media untuk mengonsumsi berita. Dengan literasi media, individu dapat mengidentifikasi informasi yang faktual dari bahasa politik yang digunakan, sehingga mengurangi risiko disinformasi dan meningkatkan pemahaman tentang situasi politik secara menyeluruh. Selanjutnya, menggalakkan komunikasi dan diskusi terbuka terkait pemberitaan media memungkinkan pertukaran pandangan dan pengetahuan, yang penting untuk mendalamkan wawasan dan menghargai keragaman perspektif dalam masyarakat (Dahlgren, 2013, ) . Di sisi lain, kerjasama antara media, pemerintah, dan masyarakat menjadi esensial guna memastikan informasi yang disajikan kredibel dan seimbang. Melalui sinergi ini, masyarakat dapat mendapatkan informasi yang lebih lengkap, sedangkan pemerintah dan media berkomitmen untuk menyediakan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi  publik.