"Well, you can't expect things to be normal after the bomb. Difficulties will be experienced throughout the duration of the emergency period. Normality will only be assumed after the cessation of hostilities."
Begitulah sepenggal dari percakapan yang dilontarkan dalam film animasi asal Inggris, When The Wind Blows (1986) produksi animator Jimmy Murakami, berdasarkan komik dengan judul sama karya Raymond Briggs yang bercerita mengenai Nuclear Winter.Â
Perang nuklir di dunia ini tercatat hanya pernah terjadi sekali, yaitu ketika Amerika Serikat bekerjasama dengan Britania Raya dan menjatuhkan dua bom atom, Fat Man dan Little Boy ke kota Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
Little Boy dijatuhkan lebih dulu ke kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan menyebabkan sekitar 140.000 orang meninggal sebagai akibat langsung dari ledakan.Â
Sementara itu, Fat Man direncanakan untuk jatuh di kota Kokura, tetapi awan menutupi yang mengharuskan perubahan arah dengan target alternatif di Nagasaki dan jatuh pada tanggal 9 Agustus 1945. Sekitar 39.000 orang diperkirakan tewas langsung oleh pengeboman di Nagasaki, dan 25.000 lebih terluka.Â
Serangan bom di Nagasaki memiliki tingkat kematian tertinggi ketiga dalam Perang Dunia II setelah serangan nuklir di Hiroshima oleh Little Boy dan serangan bom api di Tokyo.
Efek dari senjata nuklir tidak hanya mematikan sesaat ketika bom tersebut meledak. Namun juga setelah beberapa saat hingga bahkan bertahun tahun setelah paparan dari bom tersebut.Â
Dari kasus Hiroshima dan Nagasaki saja, tercatat bahwa ribuan korban lainnya meninggal kemudian hari akibat dari penyakit radiasi dari paparan awal bom tersebut, seperti contohnya kanker, hingga banyaknya bayi yang lahir dengan keadaan cacat dari ibu yang telah terradiasi sebelumnya.
Nuclear Winter, tema yang diusung dari film When The Wind Blows, merupakan istilah yang digunakan pada teori yang menggambarkan efek iklim dari perang nuklir, yang pertama kali dikemukakan pada awal tahun 1980-an.