Toleransi
Toleransi merupakan sebuah karakter yang harus dimiliki oleh seorang individu untuk menghargai orang lain. Dengan memiliki karakter yang bertoleransi, kita tidak akan memandang rendah orang lain.
Toleransi dalam bahasa Latin, yaitu "tolerantia", yang artinya kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang mengikuti aturan, di mana seseorang dapat menghargai, menghormati terhadap perilaku orang lain. Istilah toleransi dalam konteks sosial budaya dan agama berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu masyarakat (Bakar, 2016).
Karakter bertoleransi ini sangat penting mengingat negara Indonesia adalah negara yang masyarakatnya memiliki banyak perbedaan, baik itu suku, agama, ras, adat-istiadat, kebudayaan maupun golongan.
Dinamika sosial yang semakin berubah seiring dengan perkembangan zaman mengakibatkan melemahnya sikap toleransi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini bisa ditandai dengan maraknya persaingan antar kelompok masyarakat yang bukan hanya diakibatkan karena perbedaan kepercayaan atau perebutan wilayah saja, tapi juga bisa terjadi karena rasa toleransi yang mulai pudar dan tidak lagi tertanam dalam jiwa masyarakat. Apalagi sekarang ini, ideologi bermunculan yang membuat masyarakat Indonesia bersikap intoleran (Qodir, 2016).
Â
Ungkapan adigang, adigung, adiguna sering dipakai masyarakat Jawa. Ungkapan yang berisi nasihat agar seorang pemimpin tidak berwatak angkuh atau sombong seperti watak binatang yang tersirat dalam ungkapan ini. Ungkapan adigang, adigung, adiguna yang arif itu menjadi wejangan atau nasihat yang pas dan baik bagi pihak-pihak yang sedang memiliki kekuatan, kedudukan, dan kekuasaan, yang dengannya diharapkan ia dapat memegang kendali atas dirinya sehingga tidak terpeleset pada perilaku angkuh dan sombong (Jatirahayu, 2013).
Sri Mangkunegara IV dalam Serat Wulang Reh berpesan agar menjauhi sikap adigang-adigung-adiguna :
- Adigang, digambarkan seperti kidang (rusa): yakni mengandalkan kebat lumpat (kelincahannya) yang identik dengan mengandalkan kedudukannya sebagai putra raja atau putra bangsawan, sehingga berbangga diri.
- Adigung, digambarkan seperti liman (gajah): yakni mengandalkan tinggi-besarnya yang identik dengan mengandalkan kepandaiannya.
- Adiguna, digambarkan seperti sawer (ular); yakni mengandalkan bisa-nya yang beracun dan mematikan yang identik dengan mengandalkan keberaniannya
Dalam pewayangan, tokoh yang identik dengan watak adigang-adigung-adiguna tersebut adalah Prabu Dasamuka (Rahwana Raja), raja di Ngalengkadiraja. Memang ia orang yang berkedudukan atau memiliki kedudukan tinggi yaitu sebagai raja di Ngalengkadiraja sekaligus pintar bersiasat atau sangat julig (sangat licik), dan terkenal sangat pemberani tapi tanpa perhitungan.
Tentu, Sri Mangkunegara IV berharap agar para anak-cucunya kelak tidak meniru tabiat atau sifat dan watak Prabu Dasamuka alias Rahwana Raja yang adigang-adigung-adiguna, meskipun ia terkenal sakti mandraguna (Susetya, 2019).