Mohon tunggu...
guntara hari
guntara hari Mohon Tunggu... -

psikiater,hipnoterapis,sedang mendalami seksologi.sedang belajar menulis. sering menjadi nara sumber di radio swasta di jakarta dan tangerang, berbicara di seminar di sekolah,kantor,tempat kumpul komunitas.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Over Acting Bikin Bunuh Diri?

10 Januari 2011   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:46 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa hari yg lalu ada teman yg menanyakan ke saya, apakah kesepian bisa jadi sebab overacting? Langsung saya jawab ya. Saya pikir Logikanya cukup ringkas sebenarnya. Kesepian dapat memicu sikap (yg sebenarnya positif) overcompensated-sikap mengantisipasi yg kelebihan. Kadang kala berlebihannya sedemikian ekstrim sampai (ingin) bunuh diri-walaupun mungkin sebenarnya orang ini takut mati atau biasanya menurut keluarga dan orang sekitarnya 'bukan sifatnya' atau 'nggak ada alasan kuat'. Jadi yg terjadi adalah dorongan untuk bertindak secara kompulsif (sering kita kenali sebagai fenomena khilaf?).

Pengalaman saya di ruang praktek, sebagian besar pasien dgn 'percobaan bunuh diri' dilatarbelakangi kondisi depresi atau sejenisnya, namun yg memicu tindakan bunuh dirinya seringkali sikap overacting tadi, mungkin khilaf atau kebablasan-karena sebenarnya takut mati tadi dan hanya mau 'nunjukkin ke orang-orang' atau karena sedihnya terlalu berat / bebannya tak kuat lagi ditahan, individu ini lalu 'tiba-tiba memutuskan' untuk bunuh diri. Hal ini bisa diinterpretasi sebagai suatu bentuk sikap overacting, sebab kenyataannya, setelah itu banyak diantaranya yg mengungkapkan rasa menyesal dan merasa “wah untung nggak beneran mati ya, serem juga”.

Sebab lain orang overacting, karena memang sudah 'bawaan orok' atau dengan kalimat lain: karena memang butuh diperhatikan, istilah mutahirnya 'narsis' yg mirip dgn ciri kepribadian histrionik dlm ilmu psikiatri. Kalau yg ini menurut yg empunya "biasa aja kali", justru kalau tidak jadi pusat perhatian, mereka akan merasa ada yg kurang. Nah seberapa over tindakan dan perilakunya sangat tergantung dari didikan, kultur budaya mengijinkannya. Faktor lain, seberapa besar respons yang ia dapat dari orang lain, makin kurang tanggap responsnya makin over tindakannya, bahkan sampai bunuh diri. Jadi dari yang saya dengar di ruang praktek, org sekitarnya yg 'seyogyanya' menyesuaikan diri sehingga mereka tidak perlu sampai over??????.

Overacting bisa juga karena ada udang di balik bakwan. Kita akan melihatnya dgn jelas setelah bakwannya ketahuan. Alasan yang kita jumpai seringkali berhubungan dgn: PDKT-cari pacar, hubungan bawahan-atasan, strategi marketing-penawaran yg muluk2, dll. Saya tak berani cerita lebih jauh soal ini karena saya pikir saya belum cukup pengalaman utk berbagi.

Mudah-mudahan posting ini bisa menyumbang sedikit pemikiran tentang penyebab bunuh diri, terutama karena sekarang mulai banyak yg melakukannya di tempat umum dan banyak juga yang mau memberitakannya.Guntara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun