Mohon tunggu...
Ghaniya Ratu Bilqis
Ghaniya Ratu Bilqis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Kebiasaan Viralitas yang Terjadi di Media Sosial

25 Juli 2024   18:37 Diperbarui: 25 Juli 2024   18:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi informasi saat ini telah membantu kita dalam menerima informasi dari berbagai belahan dunia. Media sosial sebagai salah satu sarana informasi mampu menyebar jala berita dengan begitu cepat ke seluruh belahan dunia. Arus berita yang cepat ini mampu membuat suatu berita tersebar luas atau biasa dinamakan 'viral'. Viral adalah istilah yang digunakan ketika suatu hal menyebar sangat luas terutama di media sosial. Ketika sebuah konten di media sosial menjadi viral, hal itu bisa terjadi karena banyaknya orang yang berinteraksi dengan postingan tersebut, seperti menonton, menyukai, berkomentar, atau membagikan sehingga konten tersebut tersebar secara luas.

Konten yang menjadi viral biasanya mendapat perhatian besar dalam waktu singkat, algoritma juga membantu meningkatkan engagement postingan agar semakin banyak orang yang melihat dan berinteraksi. Contoh berita viral yang terjadi di Indonesia adalah artis yang ketahuan melakukan money laundry, sebuah komunitas kecil yang membersihkan sungai dari tumpukan sampah, dan pernikahan sepasang artis terkenal. Viralitas biasanya terjadi karena masyarakat menaruh atensi pada hal itu serta berinteraksi dengan konten tersebut, seperti berkomentar dengan memberikan tanggapan atau opini, menyukai, dan membagikan konten.

Berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, X, dan TikTok telah memfasilitasi ruang bagi masyarakat untuk membuat konten yang beragam. Karena adanya perkembangan teknologi saat ini, banyak orang yang berlomba untuk membuat postingan atau konten yang berpotensi untuk viral, agar mereka bisa mendapatkan atensi yang masif. Pada media sosial terdapat fitur-fitur seperti trending topics dan hashtags, fitur tersebut dapat membantu pengguna untuk menemukan postingan yang relevan. Keviralan sebuah postingan juga berhubungan dengan kemampuan pengguna untuk menghubungkan dan berbagi dengan massa yang mereka miliki. Kombinasi jaringan sosial yang luas serta algoritma dapat membuat platform menjadi efektif dalam membagikan konten yang berpotensi viral dalam waktu yang singkat.

Keberadaan algoritma juga membantu meningkatkan massa sebuah postingan sehingga kesempatan sebuah konten untuk viral meningkat. Algoritma bekerja dengan menyajikan konten yang sekiranya kita sukai atau relevan berdasarkan riwayat aktivitas kita di platform.. Mereka juga akan memprioritaskan postingan yang berpotensi viral, dengan menganalisis sejumlah data yang diterima oleh postingan tersebut dalam waktu singkat. Algoritma juga akan memperhitungkan interaksi, seberapa sering postingan tersebut ditonton atau dibaca hingga selesai. Apabila suatu postingan menunjukkan pola interaksi yang tinggi dan cepat, maka algoritma akan meningkatkan dan menampilkannya kepada lebih banyak pengguna. Maka dari itu, postingan atau konten yang memiliki peluang untuk viral mendapatkan audiens yang banyak dengan cepat.

Pada perkembangan era teknologi informasi ini, banyak netizen Indonesia yang ingin postingannya viral di media sosial. Mereka akan berusaha untuk melakukan apa saja demi mendapatkan perhatian dan pengakuan dari komunitas online. Faktor lainnya dari keinginan seseorang untuk viral adalah keuntungan ekonomi. Ketika sebuah konten viral, pengguna akan mendapatkan atensi dan massa yang banyak. Dengan begitu, ia dapat memonetisasi akunnya dan meraih untung dari endorsement. Hal itu bisa menjadi keuntungan dibalik keviralan. Konten viral bisa dibagi menjadi berbagai macam jenis, jenis konten yang diproduksi bisa mengandung unsur humor, politik, hingga isu sosial yang sensitif, karena jenis konten seperti ini dinilai mudah untuk menarik perhatian orang. Penyebaran konten viral juga didorong oleh sifat masyarakat yang cenderung untuk berbagi informasi yang dianggap menarik.

Perilaku masyarakat Indonesia kini yang dinilai mudah memviralkan suatu kasus didasari oleh beberapa faktor, seperti menuntut hak yang direbut, mendesak aparat umum untuk mengusut suatu kasus, atau sebagai tekanan bagi suatu organisasi. Hal ini dianggap menjadi salah satu cara jitu untuk mendapatkan justifikasi. Layaknya efek domino, kebiasaan ini menjadi virus menular bagi warga Indonesia. Netizen tanpa sadar telah menjadikan kebiasaan ini sebagai budaya. Banyak pro dan kontra yang dihasilkan dari pengaruh viralitas ini. Sebagian orang menganggap kebiasaan ini tidak patut untuk dilakukan, karena tak sedikit orang yang memviralkan suatu hal secara tidak langsung lupa tidak menyembunyikan privasi orang lain.

Dari banyaknya konten viral yang dinilai menghibur, ada juga konten viral yang mengundang emosi dan kebencian. Mereka menyalahgunakan keviralan dengan menyalahkan orang lain yang tidak bersalah. Namun, ada juga orang yang menggunakan kesempatan viral untuk memberitakan seorang pelaku kasus kejahatan. Viralitas seperti ini biasanya dilakukan sebagai sanksi sosial dan rasa jera bagi pelakunya. Tapi terkadang orang-orang lupa akan privasi yang harus dijaga. Karena adanya perasaan kecewa dan emosi yang berat yang diakibatkan oleh pelaku, privasi dari pelaku dikuliti sampai habis. Seakan tidak ada tempat bagi pelaku untuk bersembunyi. Hal ini yang dirasa menjadi efek buruk dari viralitas yang terjadi di Indonesia.

Dibalik banyaknya efek buruk dari viralitas, hal ini bisa membantu orang-orang yang merasa tidak memiliki kuasa. Mereka yang merasa tidak berani untuk melaporkan pelaku ke aparat hukum, mereka memilih untuk membagikan kasus yang dialami ke media sosial. Dengan bantuan pengguna online lainnya, akhirnya kasus tersebut bisa ditangani oleh yang lebih berpengalaman di bidang itu. Seperti contoh kasus yang sempat viral di aplikasi X, seorang gadis asal Surabaya yang diteror oleh teman SMP-nya selama 10 tahun. Hanya karena waktu SMP dia diberi uang untuk jajan di kantin, ia menyukai, meneror, dan melecehkan gadis itu. Kekuatan viral akhirnya membantu kasus tersebut untuk selesai secara hukum karena adanya seorang polisi yang berkomentar dan mengulurkan tangan untuk membantu si korban.

Penggunaan viralitas dapat berdampak baik apabila postingan atau konten yang disebar mengandung hal positif juga. Sebagai masyarakat yang tumbuh di era teknologi, sudah sepatutnya kita untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi digital dan mencontohkan perilaku yang baik bagi generasi penerus bangsa. Dengan menyebarkan informasi yang mengandung hal positif dan meninggalkan berita yang berdampak buruk, kita dapat mengurangi kebiasaan viralitas yang dinilai "numpang tenar" dengan tidak berinteraksi dengan postingan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun