Mohon tunggu...
Ghanis BintangDesyanur
Ghanis BintangDesyanur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama: Ghanis Bintang Desyanur Pribadi NIM:2108016082

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Isbat Nikah Dalam Kepastian Hukum

30 September 2023   14:29 Diperbarui: 3 Oktober 2023   09:44 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pencatatan  pernikahan  disebutkan dan di atur dalam  peraturan  perundangan  di  Indonesia dalam Undang-Undang Perkawinan yang berlaku nasional bagi seluruh warga negara  Indonesia  tanpa  memandang  agama.  Bagi  warga  negara yang beragama muslim,  aturan  pencatatan  tersebut  ditegaskan  ulang  di  dalam  Kompilasi  Hukum  Islam,  dengan  pernyataan  bahwa  pernikahan  harus  dilakukan  di  hadapan  pencatat  untuk  terlaksananya  pencatatan.  Namun,  Kompilasi  memberikan  ruang tersendiri bagi tercatatnya atau tersahkannya oleh negara pernikahan yang  dilakukan  tanpa  pencatatan.  Kompilasi  mengatur  bahwa  pernikahan  yang  tadinya  belum  tercatat  dapat  diisbatkan ke  Pengadilan  Agama.  Apa itu isbat nikah ?
Secara bahasa Isbat Nikah berasal dari bahasa Arab yaitu isbat dan Nikah. Isbat berarti  penetapan, pengukuhan, pengiyaan. Sedangkan menurut istilah, Isbat Nikah adalah penetapan tentang kebenaran (keabsahan) nikah, atau pengesahan atas perkawinan yang telah dilangsungkan menurut syari'at Islam akan tetapi tidak dibawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah, tidak dicatatkan, dan tidak tercatat pada register nikah Kantor Urusan Agama setempat.

Adapun alasan-alasan pengajuan permohonan Isbat Nikah tersebut diatur dalam Pasal 7 ayat (3) Kompilasi Hukum Islam yang menegaskan, bahwa Isbat Nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan:
1. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian.
2. Hilangnya akta nikah.
3. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan.
4. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
5. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Dasar hukumnya
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, bagi yang beragama muslim pencatatan dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA).  Sedangkan landasan hukum isbat nikah pada Pasal 49 angka (22) penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 & Pasal 7 ayat (3) huruf (d) KHI, perkawinan yang disahkan hanya perkawinan yang dilangsungkan sebelum berlaku Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. 

Namun pada Pasal 7 ayat (3) huruf (a) Kompilasi Hukum Islam memberikan peluang untuk pengesahan nikah yang tidak dicatat oleh PPN yang dilaksanakan sebelum atau sesudah berlaku Undang-Undang  Nomor 1 tahun 1974 untuk kepentingan perceraian Pasal 7 ayat (3) huruf (a) Komplikasi Hukum Islam.


Pentingnya isbat nikah ketika belum melakukan  pencatatan perkawinan akan menimbulkan kemaslahatan umum karena dengan adanya pencatatan ini akan memberikan kepastian hukum terkait dengan hak-hak suami atau isteri, kemaslahatan anak maupun efek lain dari perkawinan itu sendiri. Serta manfaat pencatatan perkawinan adalah untuk bukti autentik jika terjadi masalah dalam perkawinan misalnya menentukan status anak yang lahir dalam perkawinan antara pasangan tersebut dan jika terjadi perceraian akta perkawinan yang di gunakan sebagai bukti dan suatu alat dalam menyelesaikannya. Yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah ialah suami atau isteri, anak- anak mereka, wali nikah, dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.

Jurnal
Nurlaelawati, E. (2013). PERNIKAHAN TANPA PENCATATAN: ISBAT NIKAH SEBUAH SOLUSI?. Musawa. Vol 12 No. 2.
https://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/MUSAWA/article/view/122-06/999

Aturan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tahun 2006 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009.
Komplikasi Hukum Islam.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Website
https://www.pa-cilegon.go.id/artikel/639-kepastian-hukum-itsbat-nikah-dan-status-anak-setelah-undang-undang-nomor-1-tahun-1974 , Di akses pada 30 September 2023 jam 14.00 WITA.
http://pa-blitar.go.id/pablweb/informasi-pengadilan/162-sebuah-rekontruksi-perkawinan-melalui-isbat-nikah.html, Di akses pada 30 September 2023 jam 14.30 WITA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun