Kebutuhan akan energi listrik di Indonesia masih menjadi masalah di berbagai daerah. Belum lagi isu menipisnya energi fosil membuat kita harus beralih ke energi terbarukan. Padahal, sumber daya alam yang terdapat di Indonesia sangat melimpah, contohnya air. Potensi air darat di Indonesia untuk diubah menjadi energi adalah 70 GW dan harusnya dapat dimanfaatkan secara optimal.
Hal ini yang menggerakkan mahasiswa Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Universitas Brawijaya, Malang untuk memanfaatkan potensi air yang ada di Indonesia. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) dengan bimbingan Dimas Firmanda Al Riza, ST, M.Sc , Â dosen Keteknikan Pertanian UB yang sering bergelut di bidang energi terbarukan, Budi Satriyo (TEP 2012) bersama anggota timnya, Ghani Rasyid Ning (TEP 2012), Gilang Radhitya (TEP 2012), Muhammad Adiansyah (TEP 2012), dan Faradyna Sumarsono (TEP 2013) mengembangkan suatu pembangkit listrik yang sangat praktis dan ramah lingkungan. Seperti yang kita ketahui, sebagian besar pembangkit listrik tenaga air membutuhkan suatu bangunan khusus sehingga mengubah kondisi sungai, namun berbeda dengan alat yang mereka ciptakan ini. Alat yang mereka beri nama PIONER (Pipe of Energy) itu mampu menghasilkan listrik dengan kecepatan sungai mulai 0,8 m/s. Budi menjelaskan, "Daya pada alat ini memang belum optimal, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar daya yang dihasilkan bisa lebih besar".
Menurut mereka, keunggulan alat ini terletak pada sistemnya yang tidak menggunakan transmisi, mudah dirakit, relatif ringan, tidak butuh bangunan khusus, dan tidak terlihat/tenggelam (submersible). "PIONER akan menjadi pioneer pada pengembangan submersible hydropower di Indonesia. Semoga pemerintah dapat menanggapinya dengan baik dan alat ini dapat bermanfaat untuk saudara-saudara kita yang belum mendapatkan listrik", tambah Budi. Mereka menargetkan bahwa alat ini dapat dirakit satu sama lain dan menghasilkan energi sebesar 2-5 kW tiap 1 km sungai kecil yang ada, tergantung pada besarnya sungai yang dimanfaaatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H